Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi "Non Muslim" di Bulan Ramadan

17 Mei 2019   09:57 Diperbarui: 17 Mei 2019   10:28 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya beberapa hari yang lalu membaca post seorang netizen di twitter yang merasa terharu, karena boss nya yang orang Jerman dan beragama kristen, tidak makan dan minum didepan dia. Bahkan ngemil pun tidak. Karena dia tahu, si netizen ini sedang berpuasa. Bahkan dia rela ke kantin sekedar untuk ngemil.

Dan puasa di Jerman bukan main-main loh. Bisa sampai 17-18 jam  dimusim semi ini.

Si Netizen ini terharu bukan main. Dia menyadari sebagai minoritas, bahwa ini lah toleransi terhadap muslim. Suka rela loh. Mana ada orang bisa maksa2 di Jerman?

Saya pun ikut terharu.

Sambil membayangkan pertengkaran tidak ada habis2nya di Indonesia. Dimana muslim yang sedang berpuasa, justru harus menoleransi mereka yang tidak berpuasa. Bahkan tidak saja oknum non muslimnya ogah memberikan toleransi. Bahkan ada yang merasa inilah kesempatan untuk 'lucu-lucu'an mempermainkan mereka yang sedang berpuasa. 

Saya membandingkan dengan pengalaman saya di kantor (saya hampir selalu kerja dan tinggal diantara non muslim, karena saya anti mainstream). Saya tidak pernah sekalipun mengalami hal seperti ini. Bahkan saya mengalami beberapa non muslim saat sedang makan siang menyempatkan diri untuk menunggu saya selesai sholat, supaya bisa makan siang didepan saya. Ini terjadi di dua kantor yang berbeda. Saya pindah kerja sampai 7 kali. Empat diantaranya di Kantor yang mayoritas non muslim.

Bahkan ada kejadian lucu, kemarin saat saya ke mall, ada seorang remaja yang kelihatannya non muslim, begitu melihat muka saya langsung buru2 mengeluarkan aqua dari plastik hitam yang ditentengnya, dan buru-buru memasukkan sedotan supaya bisa minum didepan saya. Sayangnya karena buru2 maka sedotannya nggak masuk-masuk. Saya berlalu sambil nyengir.

 Dan orang bertanya2, kenapa banyak oknum muslim yang menolak didirikan gereja atau pura atau tempat ibadah lain dilingkungan mayoritas muslim?

Tentu saja saya tidak mengatakan semua non muslim intoleran. Non muslim ditempat saya baik-baik kok orangnya. Saya tinggal didaerah yang mayoritas non muslim. Sekitar 70% non muslim. Mereka ramai2 dengan sukarela menyediakan takjil untuk security yang menjaga kompleks TIAP HARI. Karena mampu, mereka memberikan THR pada pekerja dikompleks kami (tanpa dipaksa2 cukup di WA sajahh). Tidak pakai ngomel2 dan upload ditwitter sambil menghina.  Dan meski jumlahnya bervariasi tapi cukup gede loh dibanding yang marah2 di twitter kemarin dulu itu.

Dan kemarin saat Lebaran, mereka betul2 turun kejalan mengatur parkir dan kelancaran jalannya ibadah sholat Ied. Ini bos2nya loh yang turun dan banyak diantara yang muslim adalah ART dan Security tapi mereka nggak gengsian.

Tapi tentu saja ada oknum muslim, sebagaimana oknum non muslim. Dan bagaimana bisa keseluruhan muslim dihakimi berdasarkan oknum mereka, lalu sementara non muslim tidak? Hayooo gimana?

*Nanti akan diedit lagi deh bisa jadi sangat berubah dari yang ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun