Petani? Ketika mendengar kata petani, apakah yang terlintas dipikiran anda? Apakah petani itu menyedihkan? Selalu ada pemikiran negatif terhadap kata petani.
Terlebih lagi dari kebanyakan masyarakat Indonesia yang pekerjaannya adalah petani selalu malu untuk mengakui dan tidak berkecukupan atau mapan.
Meningkatnya jumlah penduduk pedesaan sementara luasan lahan berkurang karena pemukiman, membuat pemuda susah dalam mencari pekerjaan di sektor pertanian. Mereka yang sebelumnya mempunyai lahan, kemudian menjualnya dan menjadi buruh tani.
Keadaan ini menambah buruh tani yang ada, sementara lahan pertanian tetap akibatnya upah buruh tani menjadi turun. Penurunan upah tersebut tentunya membuat pemuda berfikir untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di luar sektor pertanian.
Paradigma yang terjadi adalah seperti itu selama ini. Sementara itu seorang Dr. H. Moeldoko membantah hal tersebut.
Menurut Moeldoko, Indonesia harus berdaulat dan swasembada pangan. Hal itu dicapai dengan cara mengoptimalkan produktivitas. Salah satu cara agar produktivitas pertanian dapat dicapai lebih tinggi, maka lahan yang digarap harus organik.
Petani jangan menggunakan pupuk kimia secara berlebihan. Kehadiran seorang pelopor seperti Dr. H. Moeldoko ini sangat memberikan pengaruh yang besar pada pertanian di Indonesia, selain bertani dengan caranya sendiri yang tidak suka memanfaatkan kimia, beliau juga bisa memberikan contoh yang baik bagi pemuda dan masyarakat yang sangat enggan jadi petani.
Karena keberhasilannya di pertanian akan menjadi bukti bahwa menjadi petani sukses itu mudah untuk siapa saja. Tergantung dengan niat dan semangat kita dalam berinovasi.
Walau sempat di tentang oleh keluarga, namun Moeldoko tidak pernah surut untuk membuktikan jika siapa saja bisa jadi petani dan harus jadi petani sukses.
Moeldoko yang juga merupakan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kemudian bercerita saat ia memperkenalkan benih padi unggul M70D dan M400 kepada petani. "Akhirnya saya menemukan yang namanya benih padi M70D.