Terhitung hampir 3 tahun teror Pandemi COVID-19 menakuti manusia, permasalahan diberbagai sektor pun bermunculan disaat virus ini mulai memasuki fase puncak. Berbagai kebijakan-kebijakan telah diterapkan untuk mengatur dan menghentikan perkembangan virus ini. Mulai dari Work From Home, Social Distancing, PPKM, dan lain sebagainya. Semua itu telah kita lalui dan sampai sekarang permasalahan akibat pandemi ini sudah teratasi.
Apakah benar-benar teratasi? Apakah ada dampak negatif dari kebijakan-kebijakan ini?. Jawabannya ada, Pandemi dan kebijakan yang ada memaksa kita menimbulkan permasalahan baru, yang merusak lingkungan yakni terkait polusi plastik bekas pandemi (coronavirus waste) seperti masker, sarung tangan, dan lain sebagainya. Dan sayangnya lagi limbah ini sudah sampai dilaut.
Ribuan masker dan sarung tangan bekas, telah berada didasar perairan bergabung bersama detritus di ekosistem laut. Sudah, sekitar 8 juta ton plastik memasuki lautan kita setiap tahun, menambah sekitar 150 juta ton yang sudah beredar di lingkungan laut. Di dukung dengan tips-tips yang menyuruh kita untuk mnegganti masker setiap 4 jam sekali menjadikan lingkungan kita sekarat.
Meskipun beberapa aktivis lingkungan telah memberikan himbauan cara mengelola masker dengan baik dan benar, dan penggunaan masker kain yang dapat dipakai berkali-kali, tetapi masih tidak dapat memukul mundur jumlah sampah plastik yang ada dilaut.
Sudah saatnya kita mulai membenahi laut kita tercinta, momen ini mungkin dapat membuka mata kita kepada lingkungan sekitar, dengan menggunakan reusable mask yang dapat dipakai berulang kali dan Pemerintah juga perlu bertindak sekarang untuk memastikan pemulihan lingkungan yang mendorong keberlanjutan.