Mohon tunggu...
Rita Kurnia Wati
Rita Kurnia Wati Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa UINSI Samarinda

Nama Lengkap: Rita Kurnia Wati Lahir: Kutai, 04 Agustus 2001 Lulusan: SMA Islam Rahmatullah Alamat: Jl. SMD-BTG Km.73 Desa Prangat Selatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Indah (Hari Ini, Esok dan Selamanya)

2 Juni 2021   21:20 Diperbarui: 2 Juni 2021   21:32 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagaimana yang kita ketahui sebagai umat Muslim, bahwa Agama Islam merupakan agama Rahmatan lil'alaamin, yaitu agama yang damai dan juga memberikan kedamaian. Bukan hanya kepada sesama umat Muslim saja akan tetapi juga kepada seluruh umat manusia. Maka sejak awal, Islam juga telah mendefinisikan dirinya sebagai Agama yang Al-hanafiyah as-samhah artinya, bahwa Agama Islam ini menjadikan sikap toleransi sebagai nilai utama dalam beragama. Tentu dengan ketetapan yang telah Allah SWT perintahkan dalam Al-Qur'an dan Hadits.

Adapun toleransi dalam Islam ialah, didefinisikan sebagai suatu konsep yang jelas (tidak adanya paksaan dalam beragama, bagi kalian agama kalian dan bagi kami agama kami). Sebab, kebebasan beragama merupakan bagian dari rasa menghormati atas hak-hak manusia yang sangat mendasar. Islam pun menyadari bahwa keragaman beragama umat manusia merupakan kehendak Allah SWT. Toleransi beragama menurut Islam ini bukanlah untuk saling mencampur baur keyakinan, bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda. Namun, toleransi disini diartikan dalam pengertian mu'amalah (interaksi sosial). Maka, pastinya ada batasan-batasan bersama yang boleh dan tidak boleh untuk dilanggar.

Toleransi ini tentunya diliputi sikap saling menghargai, saling menolong, saling membantu dan saling melindungi antar umat agama satu dengan umat agama yang lain. Ada satu pengalaman pribadi saya, dimana saat saya kuliah dan memilih untuk mencari kost dan secara kebetulan saya mendapatkan tempat kost yang ternyata bertetangga dengan seorang nonis. Dan tepat dimalam hari saat itu, saya dan beberapa teman saya yang memang baru saja pindah ke kost  tersebut merasa sedikit bingung sebab, kami mendengar terdapat nyanyi-nyanyian yang cukup keras hingga ke kost kami, dan membuat kami merasa penasaran berasal dari mana nyanyi-nyanyian tersebut. Ternyata, nyanyi-nyanyian itu berasal dari tetangga nonis sebelah kost kami, yang sedang melaksanakan ibadah mereka. Kami pun memakluminya, karena pada dasarnya hal ini telah dicontohkan oleh  Rasulullah saw. bahwa pada zamannya, beliau tinggal berdampingan dengan mayoritas Nasrani dan Yahudi, bahkan beliau dapat  hidup dengan damai dan bisa hidup saling menghargai. Maka dari itu sudah seharusnya sebagai umat Rasulallah saw. kami pun juga harus mengikutinya.

Dan ada satu lagi pengalaman saya. Di suatu hari, ada sebuah kejadian di kost, yang saat itu hanya ada saya dan satu teman saya, kami harus memasak nasi sedangkan gas yang kami punya ternyata sedang habis dan harus membeli gas baru supaya bisa lanjut memasak. Setelah membeli gas, kami kebingungan karena gas tersebut sulit terpasang, akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk mencari bantuan dari tetangga sebelah kost yang ia adalah seorang nonis. Dengan rasa keragu-raguan karena ini pertama kalinya kami harus meminta bantuan kepadanya. Akhirnya, kami memberanikan diri untuk mengetok pintu rumahnya. Dan tidak disangka-sangka seorang ibu-ibu keluar dengan senyum lebar dan sapa hangat darinya menyambut kedatangan kami, kami pun langsung menceritakan apa yang terjadi. Dan tanpa pikir panjang beliau langsung bergegas untuk membantu kami dengan membawa beberapa peralatan untuk digunakan. Hingga akhirnya gas itu terpasang dengan baik. Dengan rasa terimakasih kami lontarkan kepadanya, kami berharap untuk bisa terus menjadi tetangga yang damai.

Nah, mungkin itu adalah kejadian-kejadian sepele yang siapa saja bisa mengalaminya, tetapi satu hal yang pasti saya belajar banyak dari kejadian-kejadian tersebut. Bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bisa saling menghargai dan membantu satu sama lain, dan bukanlah alasan untuk tidak peduli antar sesama umat beragama. Dengan kita (seorang muslim) tidak mengganggu mereka (seorang nonis), tidak merusak tempat peribadahan mereka, tetap menjaga tali persaudaraan dengan mereka. Maka, hal itu bisa dikatakan sudah lebih dari cukup untuk  terus menjaga dan menumbuhkan sikap toleransi ini, seperti yang telah Allah sampaikan dalam Qs. Al-Mumtahanah/ 8-9:

(8) (9

(8): "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil". (9): "Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim."

Jika kita ingat ada kasus dibeberapa waktu lalu yang sempat viral di media sosial, yang salah satunya ialah kasus seorang ulama berceramah di dalam sebuah rumah ibadah (gereja). Hingga menggemparkan warga Indonesia.

Kita semua paham bahwa untuk menyampaikan sebuah kebenaran itu bisa dimana saja bukan? Apalagi jika berkaitan dengan kebenaran Islam. Adapun perihal masuknya seorang muslim ke dalam gereja, ini merupakan suatu hal yang memiliki banyak perbedaan pendapat. Disatu sisi membolehkan dan disisi lain mengharamkan. Sebenarnya, yang ingin saya fokuskan disini adalah apabila ada seseorang yang membawa nama Islam, dalam sebuah ceramahnya  tetapi bukan untuk meninggikan kalimat Allah SWT itu sendiri, justru menyampaikan tentang opini pluralisme yang menganggap semua agama adalah sama, yaitu sama-sama mengajarkan kebaikan, juga sama-sama menyembah Tuhan yang sama, maka hal ini menurut saya tidaklah tepat. Karena, dengan adanya statement seperti ini dapat mengakibatkan rusaknya keyakinan dan akidah. Jika kita kembali pada konteks awalnya yaitu tentang toleransi, dengan kita berpatokkan dengan Qs. Al-Mumtahanah/ 8-9 di atas maka inilah yang disebut dengan "toleransi". Namun, jika toleransi juga diartikan bahwa kita harus mengakui benarnya keyakinan agama lain selain Islam, maka ini suatu hal yang berbahaya bagi keyakinan dan akidah yang kita miliki. Untuk itu, kita sebagai umat agama yang Rahmatan lil'alaamin, dimana Allah SWT sebagai pencipta kita dan Rasulullah saw. sebagai panutan kita. Maka, untuk mencapai ridha-Nya cukuplah bagi kita untuk selalu taat dan patuh akan perintah dan larangan-Nya. Oleh karena itu, Islam akan indah hari ini, esok dan selamanya jika kita tetap menggunakan aturan-aturan Allah didalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun