Kalah memang bisa menjadikan orang kalap. Pikiran jernih sudah tidak berfungsi sehingga hanya emosi yang diperturutkan. Omongan ngawur pun terlontarkan tanpa memperhatikan resiko yang ditimbulkan.
Adalah Arief Poyuono, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini mengajak para pendukung Prabowo-Sandi untuk tidak mangakui pemerintahan dan menolak untuk membayar pajak.
Ajakan ini sangat kebablasan dalam konteks bernegara. Selama ini pajak menjadi salah satu komponen pemasukan terbesar negara. Bahkan gaji para anggota DPR juga diambilkan dari sana.
Sebagai seorang politisi menyikapi kekalahan seharusnya dengan berbesar hati untuk menunjukkan kedewasaan berpolitik, bukannya malah mengajak masyarakat untuk ancur-ancuran.
Dalam setiap kontestasi, kalah menang itu hal yang biasa. Kedewasaan berpolitik diperlukan untuk menerima segala hasil. Berani berkontestasi berarti siap untuk menerima segala kemungkinan, baik menang maupun kalah. Tak siap kalah berarti menunjukkan kekerdilan jiwa. Bila ditambah dengan mengajak kepada sesuatu yang merugikan, berarti memang ada yang salah dengan mentalnya.
Sungguh bikin susah masyarakat bila dalam setiap kontestasi ada pihak yang bersikap seperti itu. Kapan negara akan maju kalau begitu?