Koalisi Adil Makmur terancam pecah pasca pilpres. Hal ini terjadi lantaran hasil pilpres menunjukkan kemungkinan besar Prabowo-Sandi akan kalah dalam kontestasi kali ini. Meskipun berbagai upaya telah ditempuh, termasuk adanya usulan people power dari sejumlah pendukungnya, tampaknya kekalahan tersebut tak dapat dihindarkan.
Guna menyelamatkan nasibnya, partai-partai koalisi di kubu Prabowo-Sandi mulai membuka komunikasi dengan petahana. Demokrat sudah jelas-jelas berseberangan dengan koalisi pasca digelar pertemuan antara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Jokowi. Elite-elite Demokrat mulai terang-terangan menyerang pendukung Prabowo-Sandi.
Sementara PAN mulai membuka komunikasi dengan Jokowi, meskipun ada penghalang besar yang siap mementahkan pertemuan tersebut, yaitu Amien Rais yang sudah kadung benci dengan Jokowi.
Partai Berkarya tidak diperhitungkan lantaran kemungkinan besar tidak lolos elektoral tresshold. Partai Keluarga Cendana ini tampaknya belum bisa berbicara banyak di pemiu kali ini. Citra orde baru yang selalu disusungnya belum mampu menarik minat masyarakat.
Di tengah situasi tersebut, hanya PKS yang tak tergoyahkan dukungannya. Sejak tahun 2014, PKS dikenal loyal dengan Gerindra. Sayangnya, kesetiaan itu seringkali tak dianggap oleh Gerindra.
Dalam hal kerja keras, PKS paling depan. Tapi giliran ada enaknya, PKS ditinggalkan. Salah satu bukti nyata disia-siakannya PKS adalah sampai saat ini tidak ada kejelasan tentang nasib wagub DKI yang diusulkan PKS, padahal sudah berbulan-bulan diajukan namun sampai saat ini tak ada kejelasannya. Isu Sandi bakal kembali jadi Wagub yang justru menguat.
Dengan kondisi ini, Gerindra tampaknya kualat dengan PKS yang selalu setia namun diabaikan.  Â
