Mohon tunggu...
risma yanti
risma yanti Mohon Tunggu... Bidan - wanita mandiri

Suka anak kecil

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekonsiliasi Demokrat Curi Perhatian Netizen

28 Mei 2019   19:13 Diperbarui: 28 Mei 2019   19:30 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua tahu, paska pemilu serentak 2019 yang lalu partai demokrat diserang  para rivalitas politiknya dengan berbagai isu. Namun, partai ini tetap konsisten terhadap jalan politik yang dipilih. Yaitu menyelamatkan tanah air dari perpecahan dengan cara rekonsiliasi. Hanya satu tujuannya, agar tanah air kita tetap bersatu meski beda pilihan.

Tak tanggung-tanggung, partai yang dikomandoi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut difitnah dan disebut sebagai penghianat oleh para lawan dan kawan sesama koalisi. Ketersinggungan ini bermula dari kedatangan ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono ke Istana beberapa waktu lalu untuk bertemu Presiden Joko Widodo.Padahal, waktu itu kapasitas AHY hanya sebagai warga Negara yang memenuhi undangan Negara dalam hal ini Presiden.

Hanya saja, sebagai partai yang sudah berkuasa selama sepuluh tahun itu, demokrat tidak mempedulikan isu keretakan dalam satu koalisi. Terbukti, partai berlambang mercy tersebut tetap jalin komunikasi yang baik terhadap kedua kubu. Baik para pendukung capres dan cawapres nomor urut 01 terpilih, Jokowi-Amin, atau dengan para pendukung capres nomor urut 02, Prabowo-Sandi.

Sebagai seorangan negarawan,  SBY paham betul bentuk dinamika lika liku perpolitikan tanah air. Terlebih disaat pemilu 2019 lalu yang begitu panas dan alot. Terutama paska pemilu. Yang mengharuskan para kontestan harus menjalankan konsitusi yang ada di Indonesia. 

Begitu juga dengan pasangan presiden yang dinyatakan kalah oleh KPU pada tanggal 21 Mei dini hari itu. Dimana pasangan capres dan cawapres Prabowo  Subianto- Sandiaga Uno harus menjalankan konstitusi karena terindikasi adanya kecurangan pada pemilu tahun ini.

Selain itu, efek dari kekalahan dari salah satu pasangan presiden, mengharuskan pemilu tahun ini telah memakan korban sebanyak delapan orang dari aksi unjuk rasa pendukung capres 02 pada 22 Mei lalu.

Efek lain dari panas nya suhu politik kali ini disebabkan adanya keiri dengkian dari kawan koalisi yang menyebabkan pasangan Prabowo-Sandi kalah. Berhembus kabar, jika penyebab ini dikarenakan ambisi dari salah satu parpol untuk mengisi posisi jabatan wakil presiden pada pemilu 2014 lalu sirna. 

Indikasi perpolitikan semakin panas, Kenapa? Selain karena baru kali ini dalam sejarah pesta demokrasi di Indonesia dilakukan serentak (pemilu Presiden, DPR RI, DPR Daerah, dan DPD) dilakukan, presidential threshold ikut menyumbang memanaskan suhu politik karena calon presiden yang ikut menjadi peserta hanya dua pasang. Dan, pasangan tersebut, sebelumnya di Pemilu 2014 ikut bertarung di pilpres yakni Jokowi versus Prabowo. 

Tak hanya persoalan pilpres yang diributkan masyarakat hari ini. Persoalan lainya bermunculan atas kebijakan pemerintah yang terus menyengsarakan masyarakat. Dan, banyaknya janji-janji dari Jokowi yang hingga hari ini belum terwujud. Meski, masa jabatan akan berakhir pada Oktober mendatang. 

Ditambah, keinginan dari pihak pendukung Jokowi untuk kembali memimpin bangsa dan negara Indonesia untuk kedua kalinya hingga tahun 2024 mendatang. Semoga, dengan terpilih kembalinya Jokowi dengan wakil baru nya yang akan mendampinginya hingga lima tahun kedepan, mampu membawa perubahan signifikan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. 

Semoga sajaa. Dan bagi pasangan Prabowo-Sandi terus bersabar. Teruslah perjuangkan kebenaran tersebut melalui Mahkamah Konsitusi (MK). Hingga, lembaga sengketa pemilu tersebut mampu memutuskan serta memberikan jawaban yang baik untuk kemenangan bagi capres nomor urut 02 jelang pelantikan Jokowi-Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden baru untuk periode 2019-2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun