Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rengkuh Pikirnya, Sentuh Hatinya, dan Hentikan Kekerasan

16 Februari 2020   15:31 Diperbarui: 18 Februari 2020   03:41 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ibu dan anak. (sumber: shutterstock)

Sebagian hidup dengan ayah atau ibu tiri yang juga suka melakukan kekerasan dan mau tidak mau ia harus bertahan. Ada yang semenjak ibunya meninggal hampir setiap kali melihat ayahnya mabuk-mabukkan.

Ada yang dengan mata dan kepalanya sendiri melihat perselingkuhan orang tuanya. Ada yang harus menerima kenyataannya bahwa ibunya musti "menjual diri" untuk kebutuhan hidup. 

Saya ngin bertanya apakah ketika menghadapi perilaku seorang anak remaja, kita sudah sebelumnya memahami situasi dan kondisi mereka? Kondisi itu akan diketahui ketika kita bersedia bertanya dan membuka komunikasi hati ke hati dengan mereka. Bersedialah mendengar dan tidak buru-buru memberi penilaian. 

Orang tua dan Guru adalah Teladan

Apakah reaksi kita ketika siswa kita melakukan pemukulan terhadap siswa lain? Kita pasti marah kan? Tetapi jangan buru-buru....coba introspeksi, apakah kita juga suka menunjukkan perilaku memukul? Kata orang Jawa jangan seperti gajah yang di blangkoni, iso khotbah ora iso ngelakoni. Artinya bisanya hanya bicara tetapi tidak bisa menjalankan.

Banyak siswa memang berkarakter sulit, keras kepala dan pembangkang. Bahkan mungkin kakater siswa di setiap daerah berbeda-beda. Saya pernah bertemu dengan teman Guru dari suatu daerah. Ia sempat bercerita bahwa tipikal remaja di daerahnya memang berkarakter keras dan sulit diatur.

Tetapi tentunya tidaklah heran bahwa begitulah cara mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Ada anak-anak yang suka berkata kasar, ternyata di rumah pun ia sering dimarahi orang tuanya dengan kalimat "kebun binatang".

Jadi menyoal perilaku, sebenarnya ada faktor terkait dengan hal yang dipelajari. Kita perlu melihat keseluruhan latar belakang, tidak hanya sebagian saja.

Mendekati siswa dengan karakter demikian memang perlu waktu berkesinambungan, bicara dari hati ke hati. Tetapi percayalah ketika sudah tersentuh hatinya, ia akan menyayangi kita. 

Meski terkadang perilakunya berubah-ubah, misalnya tiba tiba suka berbohong. Tetapi sekali lagi sebagai orang yang lebih dewasa pendidik dituntut lebih bijak mensikapi anak-anak dengan karakter demikian.  Sentuhlah hatinya, jangan pukul badannya. 

Bersikap profesional bukan emosional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun