Mohon tunggu...
Risma Sake
Risma Sake Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kendari/ Mahasiswa Doctoral FKM Unhas

Membaca, Mencoba resep masakan baru

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri

23 Mei 2022   09:00 Diperbarui: 23 Mei 2022   09:07 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENDAHULUAN

Anemia adalah salah satu masalah gizi yang paling umum dan sulit diatasi secara global, mempengaruhi baik negara berkembang dan maju dengan konsekuensi besar bagi kesehatan manusia serta pembangunan sosial dan ekonomi. Anemia defisiensi besi terjadi pada semua tahap siklus hidup, tetapi lebih sering terjadi pada wanita hamil dan remaja terutama remaja putri.  Secara global dinegara berkembang terdapat sebanyak 27% remaja putri mengalami anemia sedangkan di Negara maju hanya 6%(1). Di Indonesia, prevalensi anemia pada remaja putri tahun 2013 sebesar 37,1% dan meningkat menjadi 48,9% pada tahun 2018, dengan proporsi anemia pada kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 Tahun (Riskesdas 2013, 2018)

Masa remaja merupakan waktu yang tepat untuk melakukan intervensi dalam mengatasi anemia. Tidak hanya karena adanya  kebutuhan yang tinggi pada masa tersebut tetapi sejumlah besar remaja dapat dijangkau dengan mudah melalui kehadirannya di sekolah atau partisipasinya dalam kegiatan kelompok lain. Selain itu remaja sangat terbuka untuk informasi baru dan praktik baru karena mereka sering memperhatikan keunggulan fisik atau akademik mereka.  Intervensi pada rematri sangat penting dilakukan karena akan menentukan kualitas sumber daya manusia generasi berikutnya.  

Kekurangan zat besi pada remaja dapat menyebabkan  berkurangnya perhatian, daya ingat dan prestasi sekolah, terhambatnya pertumbuhan fisik, timbulnya pendarahan, menurunnya status imun dan morbiditas akibat infeksi, menurunnya kapasitas fisik, bahkan gangguan kinerja fisik  dan prestasi kerja, serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin pada saat dia hamil nanti.

Intervensi untuk mencegah dan memperbaiki anemia defisiensi besi mencakup langkah-langkah untuk meningkatkan asupan zat besi melalui pendekatan berbasis makanan, yaitu diversifikasi makanan dan fortifikasi makanan dengan zat besi; dan suplementasi zat besi.  Program suplementasi zat besi yang ditujukan untuk mengendalikan anemia gizi besi belum efektif di laksanakan di Indonesia. Cakupan pemberian Tablet Tambah Datah (TTD) dan Kepatuhan terhadap aturan konsumsi mingguan TTD masih sangat rendah.  Cakupan pemberian TTD pada remaja putri di Indonesia pada tahun 2020 adalah 39,1% dan masih dibawah target RPJM.

 Beberapa kendala masih ditemukan di lapangan diantaranya kurangnya  sarana  dan  prasarana dalam hal media sosialisasi anemia dan TTD, tidak  dilakukannya  pemantauan  kepatuhan konsumsi  TTD  dan  pemantauan  kadar  hemoglobin darah  (Hb) pada  remaja  puteri, tidak  dilakukannya pencatatan  ke  dalam  buku  raport  kesehatan  oleh pihak   sekolah dan tidak dilakukannya  analisis, tindak  lanjut  dan  umpan balik  dari  pelaporan  program  TTD  baik  dari  pihak sekolah,   Puskesmas   dan Dinas   Kesehatan.

REKOMENDASI

  1. Pembentukan dan penguatan posyandu Remaja putri (Rematri) disetiap Desa dengan mendorong adanya kebijakan dan peraturan pemerintahan desa mengenai Rencana Anggaran Dasar Posyandu Rematri
  2. Membuat Rancangan Aksi untuk menentukan target capaian, strategi dan indikator keberhasilan dari Posyandu Rematri
  3. Pemberian suplemen selain zat besi dan asam folat, yaitu dengan memformulasikan suplemen vitamin dan mineral lainnya, seperti Multiple Micronutrient (MMN) untuk mengatasi kemungkinan defisiensi mikronutrien lainnya.
  4. Meningkatkan pelayanan edukasi melalui pemberdayaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam KIE tentang anemia dan TTD serta pengawasan dalam meningkatkan konsumsi TTD melalui media elektronik dan beberapa aplikasi berbasis android seperti aplikasi "Sehat Tanpa Anemia"
  5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam perencanaan, pelaksanaan, koordinasi dan melakukan review upaya lintas sektor untuk pencegahan dan pengendalian anemia. Memperkuat interaktif hubungan antara intervensi yang berbeda untuk membuat program lebih efektif.
  6. Memperkuat pengadaan, distribusi dan suplai obat logistik serta memastikan ketersediaan dan kualitas suplemen TTD yang memadai dan tepat waktu.
  7. Meningkatkan promosi dan sosialisasi Program Gizi Remaja yaitu paket intervensi "Aksi Bergizi" pada beberapa propinsi dan daerah yang belum menjalankan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun