Mohon tunggu...
Riski BudiRahayu
Riski BudiRahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Jkt

Mahasiswa UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Story Telling untuk Anak Usia Dini, Guru, dan Orangtua

30 Oktober 2020   19:11 Diperbarui: 30 Oktober 2020   19:14 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa itu Story Telling?

Story Telling adalah sebuah teknik untuk menceritakan sesuatu dengan gaya, intonasi dan alat bantu untuk menarik minat pendengar. Jadi, Story Telling itu menyampaikan kan cerita atau dongeng, untuk saat ini Story Telling tidak hanya berpusat pada mendongeng, cerita legenda atau sesuatu yang non fiksi.

Story Telling sekarang dimanfaatkan oleh pengusaha muda untuk menarik minat baik itu konsumen atau infestor sebagai penanaman modal usaha mereka dengan cara Story Telling. Karena apabila disampaikan dengan cerita akan memberikan kesan yang lebih untuk para pendengar.

Jadi, kalau memang Story Telling itu hanya berisi tentang cerita-cerita fabel, cerita anak atau dongeng, tujuannya itu untuk menciptakan suasanya yang gembira. Dengan cerita itu,  pendengar atau audience bisa merasakan gembira dari efek cerita tersebut.

Story Telling bisa mengembangkan wawasan pendengar, misalnya guru atau orangtua ingin memberikan nilai-nilai moral dan nasihat kepada anak didik ataupun anaknya sendiri itu bisa dilakukan melalui Story Telling, ada nilai moral yang tersampaikan. Jadi, wawasan anak tentang budi pekerti, hal yang baik, hal yang buruk, akan tersampaikan dengan baik.

Tujuan Story Telling adalah melatih daya tangkap konsentrasi pendengar. Kalau misalkan Story Telling atau mendongeng itu menggunakan alat peraga ataupun yang menceritakan cerita tersebut itu berperan, yang mendengarkan juga bisa berlatih daya konsenstrasinya. Karena sekali saja dia tidak mengikuti jalan cerita atau lepas dari cerita itu, dia kana ketinggalan, misalnya akan menyampaikan pesan atau materi, dia akan kehilangan pesan dan kesannya itu.

Hal yang harus ada pada Story Telling yaitu tentukan tema. Temanya untuk apa? Temanya itu harus kita pertimbangkan dengan tujuan Story Telling yang tadi, apa tujuannya ingin menceritakan suasana gembira, atau ingin mempengaruhi seseorang, atau ingin meningkatkan daya pikir anak didik.

Kemudian Tokoh dan penokohan. Jadi, ciptakan tokoh yang semenarik mungkin dan penokohan atau karakternya juga harus menarik. Misalnya tokoh bernama Oneng. Yang kita tahu Oneng adalah orang yang tingkah laku nya agak telat mikir alias telmi. Padahal dalam cerita tersebut Karakter Oneng tidaklah seperti itu, dia memiliki katakter yang baik kepada temannya dan tidak sombong.

Ada juga alur, kita harus perhatikan ingin maju atau mundur atau maju-mundur, yang penting harus jelas dan cerita tersebut mudah dimengerti. Tentu juga Setting atau tempat, harus kita tentukan ingin seperti apa tempatnya, harus disesuaikan dengan tema dan disesuaikan dengan kondisi tempat dahulu dan sekarang. Kemudian Sudut Pandang, jadi pengarang cerita tersebut bebas ingin memerankan menjadi pelaku utama atau pelaku sampingan. Gaya bahasa pada Story Telling, harus diperhatikan atar menjadi ciri khas dari pengarangnya tersebut dan dari segi amanat yang berkaitan  dengan tema dan juga tujuannya agar lebih jelas.

Story Telling memiliki struktur, yang pertama ada Orientasi. yang berkaitan dengan Apa, Siapa, Dimana, Kapan. Apa, diberikan dengan ceritanya, temanya seperti apa. Siapa, siapa tokohnya bagaimana perannya dalam cerita tersebut, Dimana, tempatnya dimana. Kapan, kapan waktunya? Sekarang atau lampau atau dimasa yang akan datang, misalnya anak anak berimajinasi hidup pada tahun 2050, akan terjadi seperti apa.

Kemudian ada Komplikasi, nanti puncak ceritanya akan dibuat seperti apa, apakah menceritakan tentang sosial, natural atau psikologi. Itu semua harus dipertimbangkan. Kemudian ada Resolusi. Pengarang akan membuat cerita tersebut apakah Happy Ending atau Sad Ending. Resolusi ditempatkan pada akhir cerita, jadi kita tentukan cerita itu apakah akan Happy Ending atau Sad Ending, nanti tokohnya itu akan merasakan bahagia atau sedih, atau akan hidup bahagia atau mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun