Mohon tunggu...
Riski Gilang Ramadan
Riski Gilang Ramadan Mohon Tunggu... Atlet - Pelajar

Hobi,menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Taman Hutan Raya yang Menyimpan Sejarah dan Hal Mistis Kolonial

2 Desember 2022   23:52 Diperbarui: 3 Desember 2022   00:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Taman hutan raya Ir. H. Djuanda sebagai taman terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah hindia belanda berbentuk hutan lindung Gunung Pulosari Sebagai taman hutan raya, maka Hutan Lindung Gunung Pulosari ini merupakan taman hutan raya yang pertama didirikan di Hindia-Belanda. Pada tahun 1965 taman hutan raya ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat waktu itu, Brigjen. H. Mashudi, sebagai Kebun Raya atau Hutan Rekreasi. 

Baru pada tanggal 14 Januari 1985 taman hutan diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 spesies. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya.Namun ada yang menarik disini yakni terdapat Goa Belanda dan Goa Jepang,dimana Goa Belanda ini dibangun pada tahun 1912 dengan membobol dikit di sisi aliran sungai Cikapundung.


Fungsi awalnya adalah sebagai saluran penyadapan aliran sungai untuk keperluan pembangkit tenaga listrik. Tahun 1918 tampaknya ada perubahan atau penambahan fungsi gua karena di dalam gua ditambahkan ruang-ruang dan cabang lorong hingga panjang keseluruhan gua mencapai 547 meter. 

Tinggi mulut gua 3,2 meter dan jumlah cabang lorong 15 buah. Beberapa ruang tampak seperti ruang tahanan. Setelah terjadinya perubahan fungsi, maka dibuatlah jalur air yang baru menggunakan pipa-pipa besar yang ditanam di bawah tanah kawasan Tahura.


Pada masa penjajahan Jepang, fungsi gua sebagai gudang penyimpanan senjata dan mesiu dilanjutkan sambil menambahkan gua-gua baru lainnya di dekatnya (1943-1944) yang belakangan disebut sebagai Gua Jepang. Untuk membangun gua ini, Jepang menerapkan kerja paksa (romusha) pada penduduk saat itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun