Mohon tunggu...
Risda Dwi Maydiva
Risda Dwi Maydiva Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa 22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kanjuruhan Berduka

25 November 2022   21:26 Diperbarui: 25 November 2022   21:34 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stadion Kanjuruhan adalah sebuah stadion sepak bola yang terletak di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia.  Pada tanggal 1 Oktober, telah terjadi kericuhan setelah kakalahan Arema FC (Malang) vs Persebaya (Surabaya) pada laga BRI Liga 1 dengan skor 2 -- 3 yang dimenangkan oleh Persebaya Surabaya. 

Banyak opini mengenai alasan terjadinya kericuhan tersebut.  Ada yang beranggapan kericuhan ini bermula karena terdapat supporter Arema FC (Aremania) yang turun ke lapangan dikarenkan tidak menerima kekalahannya di kandang sendiri sehingga menghampiri para pemain Arema FC untuk menanyakan mengenai kekalahannya sehingga berakibat tidak kondusif.

Kemudian aparat polisi yang memutuskan dengan sengaja menyebarkan gas air mata di seluruh penjuru stadion untuk meredakan supporter beringas. Ada pula yang beranggapan jika supporter turun ke lapangan adalah hal lumrah setelah pertandingan untuk bertemu idolanya sehingga polisi tidak perlu menyebarkan gas air mata ke seluruh stadion. 

Tragedi ini sempat menjadi pusat perbincangan seluruh dunia dikarenakan banyaknya korban tewas pada kericuhan ini. Dan kabarnya, peluang piala dunia U-20 Indonesia teracam batal dikarenakan telah adanya peringatan dari pusat sepak bola dunia (FIFA) untuk tidak melakukan penyemprotan gas air mata pada setiap adanya acara pertandingan sepakbola. 

Hal tersebut merujuk pada pasal 19 b FIFA  Stadium Safety and Security Regulations tentang Pitchside Stewards, ada standar operasional yang dilanggar atau tidak. Yang berisikan "No firearms or 'crowd control gas shall be carried or used ( senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa apalagi digunakan).

Hingga saat ini telah terdapat 132 korban tewas pada tragedi tersebut yang merupakan mayoritas supporter Arema FC (Aremania dan Aremanita) . Para korban tidak hanya orang dewasa, terdapat pula anak - anak kecil yang turut tewas pada tragedi tersebut. Saat kericuhan berlangsung, para aparat polisi tidak hanya menyemprotkan gas air mata pada area lapangan yang merupakan latar terjadinya kericuhan, melainkan juga pada area tribun sehingga membuat para supporter yang tidak turut serta melakukan kericuhan (wanita dan anak kecil) turut panik dan berdesakan untuk keluar stadion. 

Dan nahasnya, hanya terdapat 2 gerbang pada stadion kanjuruhan yang cuma mampu dilalui satu gerbang dikarenakan gerbang lain digunakan untuk pemain sepakbola persebaya keluar stadion sehingga membuat para supporter berebut dan saling terinjak.

Seluruh indonesia turut merasakan duka cita pada tragedi ini dan memviralkan kalimat "tidak ada sepakbola seharga nyawa" dan kalimat " tragedi kanjuruhan bisa terlupakan tapi ibu selamanya akan membenci bola" pada sosial media. Banyak para selebriti dan masyarakat  turut berduka cita dan menuntut tuntas atas terjadinya tragedi ini. 

Dan terdapat pula para supporter  Arema FC (Aremania dan Aremanita) yang melakukan doa bersama untuk para korban di area stadion kanjuruhan. Tidak hanya supporter Arema, Supporter Persebaya (Bonek dan Bonita) juga melakukan doa bersama untuk para korban di tugu pahlawan Surabaya.

Fakta baru bermunculan jika gas air mata yang disemprotkan oleh para polisi tersebut telah kadaluarsa. Gas air mata yang digunakan oleh aparat polisi kabarnya adalah keluaran produksi tahun 2019 dan telah kadarluasa pada  2 tahun lalu (2021). 

Fakta tersebut telah disetujui komnas HAM, sehingga terdapat banyak sekali efek yang masih dirasakan supporter yang menjadi korban hingga hari ini, salah satunya adalah mata yang masih memerah dan gangguan pernapasan. Lalu mengapa masih digunakan? Pertanyaan ini masih belum menemukan jawaban dan membuat masyarakat tidak menyangka dan sangat kecewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun