Mohon tunggu...
Risal Akbar
Risal Akbar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku Menulis maka aku hidup |Aku hidup maka aku menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Naomi dan Bunda Theresa

19 Maret 2016   02:58 Diperbarui: 19 Maret 2016   04:09 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Tetapi, kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar"

Tahun 1979, seorang wanita parubaya berusia sekitar 69 tahun menerima sebuah penghargaan prestisiu s, namanya Teresa, atau  belakangan dikenal dengan nama Bunda Teresa. Ia menerima sebuah penghargaan nobel perdamaian atas usahanya dalam menolong sesama.

Kisah hidupnya ditulis ke beberapa judul buku, rekam jejaknya diangkat ke beberapa judul film seperti Mother Theresa : In the Name of God's Poor dan Mother Teresa of Calcutta.

Meski telah wafat pada september 1997, namun higga hari ini ia masih hidup dalam bentuk petuahnya yang dikenal sederhana namun mendalam

Awal 2016, saya mulai mengenal seorang wanita parubaya yang memiliki rasa empati yang sama dengan Theresa melalui video yang diunggah di situs jejaring sosial facebook. Naomi namanya, ia memang tak begitu dikenal seperti Theresa, anda tidak akan mampu menemukan profilnya di mesin pencari google.

Namun, di kota Parepare, yang jaraknya tiga jam perjalanan dari kota Makassar, Sulawesi selatan, Naomi dikenal sebagai perempuan dengan rasa sayang dan peduli bukan hanya ke masyarakat normal namun juga kepada tunawisma yang mengidap gangguan jiwa.

Gagal menjadi tenaga medis, ia mengabdikan dirinya hingga diusia yang sudah tak muda lagi untuk merawat, menenangkan, bahkan hingga memandikan para tunawisma yang mengidap sakit jiwa yang terjaring oleh satuan polisi pamong praja (Satpol PP) di kota Parepare.

Saat sebagian warga masyarakat mencaci bahkan menghidar dan menolak kehadiran tunawisma dengan penyakit jiwa, ia justru hadir memberikan kasih sayang dan memanusiakan manusia yang sudah terganggu jiwanya.

Selama 16 tahun sudah ia mengabdikan diri, ia tak pernah meminta upah saat melakukan aksinya, bermodalkan ilmu pengetahuan medis yang pernah ia pelajari, ia mencukur, memandikan dan memakaikan pakaian kepada orang orang dengan gangguan jiwa layaknya keluarganya sendiri.

Mungkin nama Naomi belum setenar Theresa, namun setidaknya sudah tenar di hati masyarakat kota Parepare. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun