Mohon tunggu...
Riony Rahayu
Riony Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 3 Cibadak Kab. Sukabumi

Berusaha Terus Berkarya Untuk Memajukan Peradaban Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tatap Muka 2021

4 Desember 2020   16:57 Diperbarui: 4 Desember 2020   17:04 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Covid-19 yang hadir di negara kita tercinta Indonesia sejak Maret 2020 telah melumpuhkan berbagai program dan kegiatan di semua lini kehidupan, termasuk salah satunya Pendidikan. Hampir satu semester lebih para guru/pendidik dan siswa tidak bisa melakukan kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Sudah jenuh? Ataukah sudah nyaman? Itulah pertanyaan paling mendasar yang kemudian  mengarah pada siswa, tenaga pendidik, serta tenaga kependidikan yang selama ini melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) secara online.

Pada Awal kemunculan Covid-19 dan sistem pendidikan di Indonesia berubah total dengan menutup sama sekali kegiatan tatap muka, siswa dan guru masing-masing gagap, gelagapan, serta canggung dan sulit menerima bahwa pembelajaran yang biasanya dilakukan secara langsung/tatap muka harus dilakukan melalui fasilitas teknologi yang hanya memungkinkan interaksi berupa video bersuara, atau bahkan hanya berupa gambar atau tulisan yang dikirimkan oleh guru pada gawai pribadi siswa melalui WA Group, Google Classroom, Google form, youtube, serta berbagai platform pembelajaran lainnya.

Awal mula PJJ berlangsung, guru dan siswa melakukan adaptasi kemelekan teknologi yang lambat laun membuka banyak pengetahuan dan bakat baru untuk belajar dengan memanfaatkan teknologi online. Hal ini merupakan salah satu hikmah dari PJJ yang selama ini "terpaksa" dilakukan, dan ternyata di balik itu semua, setelah beberapa bulan PJJ para guru dan siswa yang akhirnya terbiasa online mendapat kenyamanan dari belajar di rumah. Lantas apakah tatap muka tidak akan dilakukan? Tentu saja tidak.

Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Pak Nadiem Makarim dalam siaran langsung "PENGUMAN KEPUTUSAN BERSAMA Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 Di Masa Pandemi Covid-19 hari Jumat tanggal 20 November lalu menjelaskan bahwa PJJ dalam jangka waktu lama akan menyebabkan berbagai efek negatif pada siswa, di antaranya adalah adanya ancaman putus sekolah, kendala tumbuh kembang, serta berbagai masalah psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga. Maka dari itu, untuk semester ke dua Januari 2020 Pak Nadiem Makariem "Memperbolehkan" diadakan tatap muka. Namun dengan catatan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat, serta mendapat izin dari tiga pihak yaitu pemerintah daerah, satuan pendidikan, serta orang tua siswa. Izin tatap muka ini tidak lagi mengacu pada keputusan gugus covid yang membagi wilayah pandemi dengan zona merah, zona kuning, dan zona hijau. Jadi sekolah yang berada di zona merah "memiliki kesempatan" melaksanakan tatap muka, sebaliknya sekolah yang berada di zona hijau boleh memilih untu tidak melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Menjalankan pembelajaran tatap muka menggiring masyarakat terutama pendidik, tenaga kependidikan, siswa, dan orang tua untuk memasuki tatanan kebiasaan baru dalam pembelajaran atau yang biasa disebut AKB (Adaptasi kebiasaan Baru). Dalam ilmu biologi, ada beberapa ciri yang akan membedakan mahluk hidup dengan mahluk tak hidup, dan adaptasi merupakan salah satu ciri yang membedakannya.

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup (Wikipedia.com). Adaptasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: adaptasi morfologi (bentuk luar tubuh), adaptasi fisiologi (adaptasi sistem kerja tubuh), dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi merupakan "makanan" mahluk hidup sehari-hari dalam usahanya untuk bertahan hidup. Dan yang tidak mampu beradaptasi akan tergerus jaman (mengalami kepunahan). Selama PJJ, kita sudah beradaptasi, dan sekarang Pembelajaran Tatap Muka yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai dari Januari 2021 ini juga tentu menuntut guru dan siswa kembali melakukan adaptasi.

Daftar ceklist yang harus dimiliki satuan pendidikan sebelum menjalankan pembelajaran secara tatap muka di antaranya adalah: 1) ketersediaan sarana dan sanitasi kebersihan (seperti toilet yang bersih dan nyaman, serta sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand sanitizer), 2) mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan, 3) kesiapan menerapkan wajib masker, 4) memiliki thermogun, 5) memiliki pemetaan warga satuan pendidikan yang: memiliki comorbid tidak terkontrol, memiliki akses transportasi yang aman, memiliki riwayat perjalanan dari daerah yang tingkat resiko covid-19 yang tinggi atau riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi positif covid-19 dan belum menyelesaikan isolasi mandiri, serta 6) mendapatkan persetujuan komite sekolah/perwakilan orang tua wali siswa.

Setelah sekolah mengantongi izin tatap muka, kegiatan pembelajaran akan memasuki era masa transisi menuju kebiasaan baru dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan.

Protokol kesehatan yang harus dijalankan satuan pendidikan di antaranya adalah: 1) Kondisi kelas (minimal jarak 1,5 meter dan jumlah maksimal peserta didik per ruang kelas Paud 5 orang, Pendidikan Dasar dan menengah 18 orang, dan SLB 5 orang); 2) Jadwal pembelajaran yang menggunakan sistem bergilir/shifting yang ditentukan oleh satuan pendidikan; serta 3) Menjalankan Perilaku wajib seperti menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjalankan etika batuk/bersin.

Berbagai adaptasi yang dilakukan terangkum dalam istilah iman, aman, dan imun.  Iman adalah aktivitas untuk senantiasa berdo'a untuk diberi keselamatan dan kesehatan pada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari wabah serta mara bahaya. Aman adalah menjaga diri dengan selalu berusaha melakukan dan menjaga protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari, dan Imun adalah melakukan berbagai aktivitas yang menunjang sistem imun/antibodi tubuh kita agar selalu terjaga seperti berolahraga secara teratur, konsumsi makanan bergizi, serta usahakan berjemur di pagi hari. Berjemur di bawah sinar matahari dari pukul 07.00-09.00 akan berpengaruh positif pada tubuh kita, selain untuk menjaga imunitas tubuh, juga akan membantu pembentukan pro-vitamin D menjadi vitamin D yang bermanfaat dalam pembentukan tulang dan gigi.

Kembali pada pertanyaan di awal, apakah kita sudah siap melakukan pembelajaran tatap muka? Jawabannya harus SIAP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun