Mohon tunggu...
Rio Alif Ramzy
Rio Alif Ramzy Mohon Tunggu... Lainnya - A cinephile as picky as coffee connoisseur.

A head full of imagination.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Misteri Cinta yang Erotis dalam Film "The Handmaiden"

3 November 2017   17:19 Diperbarui: 4 November 2017   18:08 37749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: YouTube-Magnolia Pictures & Magnet Releasing

Park Chan-wook bukan untuk pertama kalinya mengunjungi Cannes Film Festival. Sutradara asal Korea Selatan ini pertama kali menjajal salah satu perang suci terbesar dalam sejarah sinema, Palme d'Or, dengan Oldboy di tahun 2002; film tersebut berhasil merebut Jury Prize, dan penyuka perfilman sudah pasti tahu film ini. Park Chan-Wook kembali mencoba peruntungannya di tahun 2004 dengan Thirst, dan sekali lagi ia menyabet Jury Prize. Dua belas tahun kemudian, dalam perhelatan Cannes di tahun 2016, Park Chan-Wook kembali bertarung dengan karyanya yang terbaru, The Handmaiden.

Park Chan-wook mengikuti inti cerita dari novel yang ia adaptasikan dalam film ini, yaitu Fingersmith karya Sarah Waters. Dalam The Handmaiden, Count Fujiwara (Ha Jung-woo) merekrut Nam Sook-hee (Kim Tae-ri) dalam usahanya merebut hati Lady Hideko Noriaki (Kim Min-hee), menikahinya, kabur diam-diam, memasukkannya ke dalam rumah sakit jiwa, dan merebut harta warisannya. Nam Sook-hee diharuskan berperan sebagai pelayan pribadi Hideko, dan tanpa diduga-duga rasa cinta malah tumbuh antara sang majikan dan sang pelayan.

Dalam portfolionya, Park Chan-wook baru pertama kali bermain dengan drama percintaan sebagai materi utama filmnya. The Handmaiden, sebagai proyek eksperimennya, berhasil menangkap perasaan suka sama suka yang kompleks antara Sook-hee dan Hideko di antara kekangan para pria dan rencana-rencana tipuan yang rumit. Park Chan-wook mengindikasikan perasaan cinta antara keduanya seperti foreplay yang merangsang dan sangat sugestif, sebagian besar memanfaatkan perangai Hideko yang polos. Begitu Sook-hee dan Hideko secara tidak langsung menerima perasaan satu sama lain, nafsu dan gairah tidak lagi hanya sebagai kabut yang sekadar melayang di udara tetapi juga asap yang jelas kelihatan.

Park Chan-wook tetap kembali kepada gaya sinema yang provokatif dalam The Handmaiden. Unsur lesbianisme dan erotisme adalah hal yang tidak terpisahkan dalam Fingersmith. Tanpa dipungkiri, unsur-unsur inilah yang diolah lebih lanjut. Asia Timur, seperti Cina dan Jepang, menampilkan erotisme yang eksotis dan lebih bernafsu dibandingkan Dunia Barat. Sepertinya Park Chan-wook menyadari hal ini, dan dengan memindahkan latar belakangnya dari Inggris era Victoria ke Korea di jaman pendudukan Jepang, secara otomatis unsur erotisme lebih lagi ditingkatkan. 

Kata-kata, benda-benda, dan perubahan pada latar belakang dan scene memiliki makna ganda. Sinematografi yang mumpuni memaksimalkan keindahan kulit dari Kim Min-hee dan Kim Tae-ri. Berbagai scene yang sensual disebar dengan cermat di sana sini. Terkadang Park Chan-wook melempar unsur kekerasan yang tidak pernah menjijikan, tetapi mengundang nafsu atau daya tarik. Memang kemampuan Park Chan-wook dalam mengolah hal-hal provokatif seperti ini tidak usah diragukan, tetapi di sisi yang sama ia berkembang dengan pesat dan terlihat semakin mahir memberdayagunakan potensi media yang ia pakai.

Dari sudut pandang cerita, Park Chan-wook pun tidak melupakan unsur-unsur lainnya. The Handmaiden juga adalah cerita misteri. Hanya saja, Park Chan-wook menangani plot twist dengan cara yang berbeda. Di bagian pertama film, plot twist disajikan di akhir bagian dan jadi transisi ke bagian kedua film. Penonton dibuat seminimal mungkin mengantisipasi plot twist tersebut, sehingga ketika bagian itu datang, ia menampar penonton yang sudah dibuat off-guard sebelumnya. Barulah di bagian kedua, plot twist dibuka satu persatu dan barulah penonton dibuat sadar maksud dan tujuan bagian pertama film dipresentasikan dengan cara sedemikian rupa. Jadi, penonton tidak dibuat berjaga-jaga dari awal seperti cerita misteri lainnya. Park Chan-wook juga menginjeksikan unsur humor dalam cerita, yang memberikan bumbu unik tersendiri. Humor diberikan dengan kadar yang tepat sehingga menghindari unsur misteri cerita membuat The Handmaiden ditanggapi dengan sangat serius oleh penonton, dan inti cerita sebagai cerita romansa tetap punya porsi terbesar.

Dari sudut pandang sinematografi dan penyuntingan, The Handmaiden terlihat ciamik dan unik. Chung Chung-hoon menangkap desain produksi Ryu Seong-hee yang mewah dengan indah. Tiap bagian bangunan rumah Hideko yang bak istana itu dieksplor sampai tidak bersisa, dan potensi setiap lokasi latar dipakai sebaik mungkin. Warna-warna dan pencahayaan diatur benar-benar sehingga memanjakan mata. Penyuntingan dibuat lincah hampir di setiap waktu. Dengan pintar, sinematografi dan penyuntingan dipakai bukan hanya untuk menyiapkan plot twist tetapi juga memperkuat unsur komedi serta kinkiness dari cerita.

The Handmaiden, pada akhirnya, adalah cerita mengenai pembebasan. Sook-hee dan Hideko adalah perempuan pada jamannya yang terkekang oleh kelas, status sosial yang unik antara Jepang dan Korea, dan lelaki. Di antara jeratan, kekerasan dan tipuan, baik Sook-hee maupun Hideko menemukan cinta di tempat yang penuh keputusasaan. Dengan pertemuan mereka, mereka menemukan potensi dalam diri mereka masing-masing, serta membebaskan diri dari semua yang selama ini membelenggu mereka. 

Di tangan Park Chan-wook, Fingersmith diubah menjadi cerita yang relevan dengan kondisi sekarang serta membekas di hati penontonnya. The Handmaiden menjadi salah satu film penting di tahun 2016 yang mempresentasikan kemampuan sinema Asia yang patut diperhitungkan.

AGASSI (THE HANDMAIDEN) (2016) | Pemenang, Vulcan Award for Technical Contribution, 2016 Cannes Film Festival; Nominasi, Palme d'Or, 2016 Cannes Film Festival | Sutradara: Park Chan-wook | Pemain: Kim Min-hee, Kim Tae-ri, Ha Jung-woo, Cho Jin-woong, Kim Hae-sook. Moon So-ri |Penulis skenario: Chung Seo-kyung, Park Chan-wook | Penata produksi: Ryu Seong-hee | Sinematografi: Chung Chung-hoon | Penyunting: Kim Sang-bum, Kim Jae-bum | Penata musik: Cho Young-wuk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun