Tiada yang bisa memang menghalangi kita untuk menyampaikan suara ke publik. Dan tak satu orangpun yang bisa menghalangi kita jika memang perbuatan kita itu berlandaskan kepada kebenaran. Tapi jika nanti aksi demo pada tanggal 22 Mei nanti, yang diperkirakan bukan cuma satu hari, melainkan dua hingga tiga hari, apakah aksinya dilandaskan atas kebenaran umum?
Atau hanya ingin menunjukkan kebolehan bahwa yang penting sudah melakukan aksi,soal resikonya nanti saja? Seperti yang dilansir oleh kompas.com (18/5/2019) kepolisian-pun telah meminta dengan sangat kepada pihak-pihak yang terkait supaya tidak melakukan aksi kumpul-kumpul massa di depan KPU. Karena disinyalir masih berbahaya.
Pasalnya Endang, terduga teroris yang baru ditangkap oleh pihak kepolisian di kediamannya di Cibinong, Bogor, telah menyiapkan sejumlah rakitan bom. Bahkan dalam temuan polisi dari seluruh bom yang didapatkan dari rumahnya, enam diantaranya memiliki high explosive atau punya kapasitas ledakan tinggi.
Dari hasil penggeledahan juga polisi telah mengamankan jenis senjata softgun serta bahan pembuat bom. Seperti nitrogen, orea, sulfur, haseton, H2SO4, H2O2, KN03, aluminium, potasium, offoil, tiner, dan paku. Juga ditemukan alat penggerus (tumbuk), gas kimia, rangkaian detonator, serta satu buah panci presto. Yang semuanya bahan dasar tersebut  dibeli online atau didapat dari toko kimia.
Kepolisian-pun kini masih terus mencari jejak digital pembelian dari bahan-bahan tersebut. Kemudian diduga masih banyak orang sejenis Endang yang ingin melakukan aksi bom ke tempat-tempat umum. Terutama akan menyerang atau menarget para thogut atau pihak aparat pemerintahan.
Apalagi ternyata si terduga teroris tersebut tak tamat dari SMP alias orang-orang yang kurang berpendidikan yang selalu ditarget oleh orang-orang kunci di dalam penyebar paham mereka. Kemudian karena ketekunannya di dalam merakit bom itu sendiri, bahkan Endang punya laboratorium sendiri untuk bisa menguji daya ledaknya.
Sehingga terhadap perencanaan aksi teror bom tersebut, dimana beruntung kepolisian sudah bisa melacaknya, coba kalau kepolisian tidak atu belum bisa melacaknya, kira-kira apa yang akan terjadi di bangsa ini?
Tapi kepada orang-orang atau di pelaku yang akan melakukan aksi senyap tapi mungkin belum ketahuan oleh pihak aparat, apakah pihak massa dari BPN sendiri yang akan melakukan aksi nantinya di tanggal 22 Mei? Masihkah akan tetap melakukan demo, meskipun ada ancaman sudah di depan mata?