Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Hanya Ketika di Jalan Aku Bisa Meminta Sedekah dan Aku Bisa Sekolah

14 Mei 2019   23:59 Diperbarui: 15 Mei 2019   00:34 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bagi kita saat melihat orang-orang yang ada di jalanan itu, pemikiran kita akhirnya jadi serupa dan sama. Karena terkadang saat kita memberikan sedekah seolah-olah kita tertipu untuk memberikan sedikit dari rezeki kita. Sebab ternyata si pengemis tersebut pulang-pulang bawa mobil pribadi untuk pulang. Atau mungkin dia telah menyimpan ratusan juta uang di gerobak pengemisnya.

Tapi pernah kita mungkin berpikir, apakah mungkin seluruh pengemis atau seluruh orang yang ada di jalan-jalan tersebut memiliki motivasi yang sama seperti para pengemis yang ternyata punya rumah, punya mobil, punya uang?

Tidakkah mungkin mereka yang datang ke jalan-jalan raya, sebagai tempat yang mungkin akan bisa menyelamatkan perut mereka walau hanya sebentar? Tidakkah mungkin mereka akhirnya memilih ke jalan-jalan meminta sedekah sebagai upaya terakhir mereka, setelah ternyata sekian kalinya gagal untuk bisa bekerja dengan layak?

Coba lihat video Thailand yang berkisah tentang seorang pemuda yang penuh iklas di dalam memberikan apa yang ia punyai. Meskipun sejak dari rumah, makanannya hanya tinggal sereal dicampur susu yang sedikit tapi supaya cukup ditambahkan dengan air keran biasa untuk bisa memenuhkan perutnya.

Tapi di sepanjang jalan ia menuju tempat kerjanya, hampir di setiap harinya ia menolong ibu-ibu yang terganjal gerobaknya. Menggeser pot bunga yang hampir mati ke pancuran air rumah yang mengenainya. Memberikan selalu sumbangan kepada seorang pengemis dan satu anaknya. Berbagi makanan dengan anjing yang selalu datang menghampirinya kala ia makan siang. Pulang ke kost-nya selalu bawakan pisang dan menggantungnya di depan pintu seorang nenek.

Hingga suatu ketika, dalam kecil-kecil perbuatan baiknya, akhirnya tiba saat dimana bunga yang layu itu pun berbunga. Si ibu penjual makanan dengan gerobaknya yang selalu menunggu kedatangan dan ingin ditolong si pemuda itu. Si Nenek yang akhirnya tahu siapa yang kerap memberikan pisang tergantung di pintu rumahnya.

Dan satu yang paling berkesan saat menonton iklan Thailand tersebut, saat akan memberikan sumbangan kepada si ibu dan anaknya yang biasa duduk di pinggir jalan. Ia terheran kok tinggal ibunya yang mengemis, anaknya kemana? Tiba-tiba anak gadisnya dengan pakaian sekolahnya tersenyum melihat si pemuda dan mamanya yang pengemis tersebut. Dia bisa bersekolah.

Apa pesan yang mau saya sampaikan dari cerita di atas? Yakni memberikan dengan keiklasan. Sekalipun mungkin pemberian kita seakan dimanfaatkan, tapi dengan hati yang penuh iklas, maka memberi seberapapun itu tidak akan pernah berat.

Sebab pada fakta kasus-kasus yang kita lihat, sekalipun mereka punya uang, punya mobil dan punya rumah sendiri, toh pada ujung-ujungnya mereka-pun mengemis. Itu artinya apa? Jelas bukan materi yang membuat mereka miskin, tapi mentalnya lah yang selalu miskin.

Dan untuk orang-orang yang seperti ini, justru saat kita bersedekah kepadanya, menyampaikan beberapa hal untuk bisa menyadarkannya. Bahwa sikapnya selama ini kurang baik. Kemudian kalau bisa menolongnya keluar dari mental miskinnya tersebut.

Kedua, tidak  memukul rata bahwa mereka yang meminta sedekah adalah orang-orang seperti kasus pengemis yang kerap kita jumpai. Mungkin ada beberapa betul-betul mengharapkan sedekah kita. Dimana dia menilai bahwa jalan adalah tempat yang paling bisa menolongnya untuk mendapatkan sedekah itu. Yang mungkin nilainya bagi kita tidak seberapa, tapi bagi dia uang tersebut sangatlah berharga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun