Tanpa mengurangi rasa hormat dan tanpa bermaksud tidak mengapresiasi pernyataannya, tetapi menurut saya sikap Amien Rais yang melunak bukan karena jiwa kenegarawanannya. Tetapi karena memang Amien Rais tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Selama ini Amien Rais selalu "nyinyir" bahkan merendahkan Jokowi. Dan sikapnya itu tidak pernah berubah hingga kemudian Prabowo "meninggalkannya" dan memilih rekonsiliasi dengan Jokowi. Disaat seperti itulah langkah Amien Rais terhenti dan tidak bisa berkutik.Â
Di usianya yang semakin menua, satu persatu orang yang dulu mendengarkan suaranya mulai meninggalkannya. Seolah tidak ada lagi yangmempedulikannya. Dimulai dari para politisi di Partai Amanat Nasional (PAN), partai yang didirikannya itu memilih membuka diri terhadap Jokowi. Dan terakhir Prabowo yang tadinya didukungnya mati-matian itu pun ikut meninggalkannya.
Disaat seperti itulah Amien Rais semakin sadar bahwa segala sesuatu ada masanya. Ada saatnya untuk mengeras dan ada saatnya untuk melunak. Tetapi ada juga saat ketika dia ingin mengeras namun tak bisa lagi karena masanya sudah selesai.
Hal seperti itulah yang sedang dialami Amien Rais. Jika dia memaksakan diri untuk terus mengeras maka hal tidak baiklah bakal menghampirinya. Satu persatu akan terus pergi meninggalkannya. Dan hal itu sangat tidak baik untuk catatan akhir hidupnya.
(RS)
Sumber : tribunnews.com, Jawa pos.com, Tempo.co