Ketika ditanya pewarta: apakah Amien Rais sudi bertemu kembali dengan Ratna Sarumpaet pasca pengakuan kebohongannya, Amien menjawab:
"Ngapain, (bertemu) sama pembohong kayak gitu. Nih sekarang sudah jadi sampah politik ini. Kasihan sesungguhnya," ungkapnya. (TribunnewsBogor.com, 11/10/2018)
Amien Rais merasa geram. Akibat kebohongan Ratna, dirinya harus diperiksa sebagai saksi di Polda Metro Jaya. Amien merasa menjadi salah satu dari sekian banyak korban dari kebohongan Ratna Sarumpaet.
Pertanyaannya adalah: apa sih defenisi dari sampah politik itu? Dan siapakah sebenarnya yang menjadi sampah politik, Ratna Sarumpaet atau Amien Rais?
Saya tidak tahu apa definisi "sampah politik" menurut Amien Rais. Tetapi kalau merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi,
Artinya: Ratna adalah orang yang tadinya berguna bagi Amien Rais dan Tim-nya karena secara politik dapat "terpakai" sesuai dengan tupoksinya.Â
Tetapi sayang, sekarang Ratna tidak terpakai lagi, maka dengan sedikit menyesal dan banyak kesal, beliau harus dibuang ke "tong sampah" sebagai "sampah politik".
Kedengarannya sungguh kejam. Tetapi tidak heran, demikianlah kenyataannya. "Politik itu memang kejam", beda-beda tipis dengan takdir yang buruk.Â
Anda hanya diperlukan ketika Anda berguna, disaat tak berguna lagi, siap-siaplah dibuang ke tong sampah sebagai sampah politik. "Tidak ada kawan abadi, yang ada adalah kepentingan abadi".
Selama Ratna dapat berkontribusi untuk Tim, Ratna bukan sampah, dia adalah permata berharga. Tetapi ketika Ratna tidak lagi berguna dan tidak dapat memberikan sumbangsih untuk Tim, siap-siaplah untuk dibuang ke "tong sampah" sebagai "sampah politik".
Untuk itu seorang politisi harus kreatif membuat gebrakan-gebrakan baru, membuat pernyataan-pernyataan sensasional sekalipun kontroversial.