Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaimana Seorang Politisi Bisa Kehilangan Akal Sehatnya?

12 Oktober 2018   07:20 Diperbarui: 12 Oktober 2018   07:36 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : salafynews

Ketika masih SMP, guru fisika kami Bapak J. Hutapea menjelaskan bahwa ada 3 syarat agar bunyi dapat didengar manusia, yaitu:

  1. Ada sumber bunyi,
  2. Frekuensinya antara 20Hz-20.000Hz (audiosonik),
  3. Adanya zat perantara (medium)

Tetapi menurut beliau masih ada satu syarat lagi yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan, yaitu: harus ada pendengar yang indra pendengarannya berfungsi dengan baik dan pendengar tersebut tidak dalam keadaan kehilangan kesadarannya.

Masih menurut beliau seseorang yang sedang kehilangan kesadarannya tidak akan dapat mendengarkan bunyi sekalipun ada sumber bunyi yang frekuensinya antara 20Hz-20.000Hz (audiosonik) dan ada zat perantara (medium).

Beliau menjelaskan, seseorang dapat kehilangan kesadarannya apabila orang tersebut sedang berada dalam keadaan:

  1. melamun/tidak konsentrasi
  2. tidur nyenyak
  3. pingsan atau koma.

Hal terakhir mengingatkan saya kepada banyak politisi yang akhir-akhir ini sering kehilangan akal sehatnya sehingga tidak dapat mendengarkan suara atau keinginan rakyat.

Mereka membuat pernyataan-pernyataan ngawur di media dan tindak-tanduk mereka di lapangan juga sering grasa-grusu, sama sekali tidak menggambarkan diri mereka sebagai orang yang layak diteladani.

Pertanyaan yang pasti timbul di pikiran kita adalah: mengapa para politisi itu bisa sampai kehilangan sehatnya? Bukankah mereka orang-orang berpendidikan tinggi dan secara ekonomi juga sudah mapan?

Paling tidak ada beberapa penyebabnya mengapa mereka demikian:

Yang pertama adalah, ambisi (nafsu) mereka untuk berkuasa terlalu tinggi sehingga mereka berani mempertaruhkan apa saja untuk mencapai tujuannya.

Mereka tak segan-segan mengorbankan keluarga, teman, masyarakat bahkan agamanya sendiri demi memenuhi ambisinya.

Yang kedua adalah ego yang terlalu tinggi. Ambisi mereka yang terlalu tinggi membuat mereka menjadi egosentris. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun