Orang beragama sering mendefinisikan iman hanya sebatas yakin atau percaya kepada Tuhan dan firmanNya. Lalu hafal ayat-ayatNya di luar kepala sudah dianggap beriman. Tetapi Rasul Yakobus sangat tidak setuju dengan definisi yang demikian.
Melalui Ilham Roh, dengan keras Rasul Yakobus mengingatkan keduabelas suku Israel di perantauan lewat suratnya dalam Yakobus 2:19 (TB): "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar."
Artinya kalau hanya sekedar percaya saja kepada Allah, apa bedanya manusia dengan setan? Karena setan-setan pun percaya dan gemetar kepada Allah. Maksudnya, percaya saja tidak cukup tetapi harus diikuti tindakan atau perbuatan nyata.
Pada 2 ayat sebelumnya Rasul Yakobus dengan tegas menuliskan dalam Yakobus 2:14, 17 (TB) : "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?"
"Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."
Lebih tegas lagi, Rasul Yakobus membuat sebuah pertanyaan retorik yang keras dalam Yakobus 2:20 (TB) : "Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?"
Iman ternyata tidak hanya sekedar "perasaan" percaya atau yakin saja. Hal tersebut terlalu abstrak dan sangat bias. Yang terpenting adalah bukti nyata yang dapat dilihat dari perkataan dan sikap yang menggambarkan imannya yang sesungguhnya.
Untuk itu Rasul Petrus mengingatkan dalam 2 Petrus 1:5-7 (TB) : "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Jadi iman adalah yang pertama tetapi bukan yang utama. Karena kepada iman harus ditambahkan lagi dengan sungguh-sungguh beberapa hal yang membuat iman itu menjadi hidup. Jika dirumuskan akan menjadi seperti di bawah ini:
- Iman
- Iman + kebajikan
- Iman + kebajikan + pengetahuan
- Iman + kebajikan + pengetahuan + penguasaan diri
- Iman + kebajikan + pengetahuan + penguasaan diri + ketekunan
- Iman + kebajikan + pengetahuan + penguasaan diri + ketekunan + kesalehan
- Iman + kebajikan + pengetahuan + penguasaan diri + ketekunan + kesalehan + kasih akan saudara-saudara
- Iman + kebajikan + pengetahuan + penguasaan diri + ketekunan + kesalehan + kasih akan saudara-saudara + kasih akan semua orang
Artinya, iman tanpa sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan dan keberuntungan (kebajikan) sama sekali tidak berguna. Untuk itu perlu pengetahuan akan firman Tuhan untuk memperbaharui akal budi seperti yang dinasihatkan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma.
Roma 12:2
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna".