Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan. (Ulangan 30:14)
Menurut pengalaman saya mengajar matematika selama kurang-lebih 11 tahun, salah satu faktor mengapa anak didik pada umumnya sangat sulit menguasai pelajaran matematika adalah karena mereka menganggap hal-hal yang dipelajari dalam ilmu matematika itu "jauh" dan terlalu "abstrak" untuk dijangkau pikiran.
Walaupun mereka sudah dituntun dalam pembelajaran yang kontekstual tetapi tetap saja mereka melihat ilmu matematika itu seakan-akan hanya ada terkurung di dalam buku saja atau di dunia lain yang sangat jauh.
Mereka memisahkan dunia matematika dengan dunia tempat mereka tinggal padahal matematika itu sendiri berasal dan aplikasinya ada di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan mempelajari matematika peserta didik diharapakan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
 Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Tetapi kenyataannya banyak yang tidak mampu menerapkannya, sekali lagi karena mereka melihatnya sangat jauh dan selalu memisahkan dunia matematika dengan dunia tempat dimana mereka tinggal.
Sama halnya dengan renungan kita tengah malam hari ini. Jemaat TUHAN sering melihat firman itu begitu sangat jauh di surga, atau terkurung di dalam Alkitab atau sejarah ribuan tahun yang lalu.
Jemaat TUHAN sering memisahkan dunia firman dengan dunia nyata sehari-hari. Mereka membaca, menghafal dan menyampaikan firman tersebut kepada diri sendiri dan orang lain tetapi tetap terasa jauh.
Sehingga tidak sedikit jemaat TUHAN yang gagal menghayati dan mampu melakukan firman tersebut dalam kehidupan sehari-hari untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.