Mohon tunggu...
Sundariii
Sundariii Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matinya Pendidikan, Redefinisi Nilai-nilai Sekolah

3 November 2017   16:13 Diperbarui: 3 November 2017   16:50 1498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendahuluan

Pendidikan adalah sesuatu yang tidak sama dengan pendidikan yang diterima di sekolah. Dan pada kenyataannya pendidikan tidak banyak berlangsung di sekolah. Pendidikan yang diterima di sekolah mungkin menjadi suatu aktivitas yang membatasi.

Kebanyakan pendidikan sekolah mengajarkan ketidakberdayaan. Akan tetapi tidak selalu. Kondisi politik terkadang ikut berpengaruh dalam pendidikan. Namun tidak selalu begitu. Televisi juga merupakan pendidik yang juga berpengaruh. Kebanyakan acara dan program televisi mengajarkan konsumerisme.

Di dalam artikel ini penulis akan menjelaskan bagaimana deskripsi matinya pendidikan: redefinisi nilai -- nilai sekolah, bagaimana peran redefinisi nilai -- nilai sekolah dalam kehidupan sekolah, bagaiamana kondisi redefinisi nilai -- nilai sekolah sekarang, bagaimana pengaruh redefinisi nilai -- nilai sekolah.

Matinya Pendidikan : Redefinisi Nilai -- Nilai Sekolah

Neil Postman, guru besar pendidikan asal Amerika Serikat dalam bukunya Matinya Pendidikan menilai hilangnya nilai-nilai sekolah disebabkan pertimbangan dan alasan abstrak dalam sistem pendidikan selama ini. Seharusnya sekolah membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran baru. Sekolah seakan-akan (hanya) bertanggungjawab terhadap kelestarian teori - teori, tanpa pernah memikirkan bagaimana caranya menciptakan rumusan-rumusan baru. Pelajar dididik menjadi pendengar yang baik. Dengan mengikuti kurikulum yang sudah pasti akan membatasi kapasitas pelajar. Menurutnya sekolah lebih berperan sebagai pembatas daripada ruang untuk pergerakan pikiran.

Pendidikan demikian, Postman, juga lebih banyak mengejarkan ketidakberdayaan. Bahwa pelajar mesti tunduk pada apa yang diajarkan guru. Guru diposisikan sebagai sosok yang selalu dianggap benar. Bertentangan dengannya berarti salah. Hasilnya, kapasitas maksimal pelajar paling mampu sejajar dengan gurunya itu. Hal ini tentu amat tidak mungkin menciptakan sistem yang baik bagi penciptaan ilmu pengetahuan terbaru.

Padahal idealnya nilai-nilai ilmu pengetahuan mesti disikapi dengan pola pikir skeptis. Sehingga dapat mendorong penciptaan ilmu pengetahuan baru.

Postman menegaskan bahwa ilmu pengetahuan mesti diajarkan secara utuh. Mulai dari latar belakang, proses penemuan, nilai-nilai kontekstual, sampai perkembangan terkini. Dengan begitu pelajar memahami tujuannya serta dapat mengkritisinya. Aspek historis ini menurut Postman sangat bagi kemungkinan kemunculan teori-teori baru. 

Menurutnya teori ini bisa saja benar di masa lalu namun tidak relevan di masa sekarang. Bahkan dengan sangat berani Postman mengungkapkan bahwa; "Ketika kita memasukkan dan menyusun kehidupan orang-orang terdahulu dalam pendidikan kita, kita harus berani mengatakan bahwa mereka adalah pembuat kesalahan yang besar (the great erorr maker) sekaligus pengoreksi-pengoreksi kesalahan yang besar (the great erorr- corrector).

Peran Redefinisi Nilai -- Nilai Sekolah Dalam Kehidupan Sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun