Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Udangnya Rusia di Balik Perang Brutal Suriah

27 Februari 2018   21:10 Diperbarui: 27 Februari 2018   21:24 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang Suriah telah memasuki tahun ketujuh. Perang ini telah mengakibatkan korban lebih dari 400 ribu orang. Ternyata, Rusia memiliki agenda tersendiri ikut andil dalam perang ini. Sumber: bbc.com

 Perang di Suriah sudah memasuki tahun ke delapan. Perang yang dimulai sekitar Maret 2011 ini setidaknya telah merenggut nyawa dari lebih dari 400.000 orang. Jumlah pengungsi telah mencapai yang melarikan diri keluar negeri mencapai 5 juta orang. Sementara pengungsi dalam negeri mencapai 6,3 juta jiwa. Perang ini telah mengakibatkan kerusakan yang parah di Suriah. Diberitakan edition.cnn.com (24/02/2018).

Perang Suriah bisa dikatakan menjadi perang dua kekuatan dunia. Rusia masuk ke Suriah untuk membantu Bashar al-Assad, presiden yang kini memerintah.  Sementara Amerika ingin menggulingkan Assa'd dengan mendukung oposisi penentang presiden Suriah yang mulai berkuasa sejak Juli 2000 menggantikan ayahnya. Hafez al-Assad. Masih dari sumber yang sama.

Kenyataannya, perang yang akan memasuki tahun ke tujuh ini tidak hanya melibatkan dua kekuatan dunia itu, tetapi juga para pendukungnya. Di sisi Rusia ada Iran dan Turki yang membelokkan dukungannya dari Amerika. Israel sendiri meskipun tidak secara langsung terlibat, menjaga perbatasan agar Iran tidak masuk terlalu jauh. Perang ini menjadi teater pertarungan berbagai kepentingan.

Terakhir, Turki menggempur Afrin bagian dari Suriah yang menjadi markas dari pasukan Kurdi yang ditabalkan Erdogan sebagai teroris. Karena tidak ingin Turki masuk wilayahnya, Suriah berdama dengan Kurdi ini dan ikut melawan Turki di Afrin. Sangat kompleks dan membuat rakyat Suriah kian menderita tak terperi. Seperti dikutip dari kompas (24/02/2018).

Di luar semua kompleksitas dan penderitaan rakyat Suriah, ada satu berita yang mengejutkan khalayak dunia. Sebuah pengakuan Rusia telah membuka salah satu motif terlibat dalam perang Suriah.

Dalam upaya, sebagai alasan, mendukung rezin Bashar al-Assad, Rusia sekaligus juga menguji coba senjata barunya. Setidaknya Rusi telah menguji coba 200 senjata jenis baru di Suriah. Dikutip dari news.detik.com (23/02/2018) yang bersumber dari AFP, seorang angota senior parlemen Rusia mengatakan bahwa dalam rangka membantu saudara mereka di Suriah, Bashar al-Assad, Rusia menguji coba senjata baru. Informasi ini disampaikan oleh Vladimir Shamonov kini memegang posisi sebagai Ketua Komisi Pertahanan.

Hal ini menjadi masuk akal, karena pada peperangan minggu lalu, Suriah berhasil menembak jatuh pesawat F-16 Israel. Suriah diyakini tidak memiliki persenjataan yang cukup untuk menjatuhkan pesawat Israel yang diakui kelihaiannya di udara. Pesawat Israel terakhir ditembak jatuh pada tahun 1982.

Masih dari sumber yang sama, Rusia diduga mengirimkan pesawat siluman tebaru Su-57, meski Kremlin membantahnya. Reaksi tidak tegas disampaikan Kremlin terkait munculnya foto-foto pesawat siluman Rusia ini. Diberitakan news.detik.com (23/02/2018).

Terkait dengan alat-alat perang ini, Rusia termasuk pemain utama dalam industri senjata selain Amerika, Cina, Inggris dan Perancis. Dirilis dari kompas.id (03/02/2018). Sudah menjadi suatu hal yang umum, jika untuk menambah nilai dan daya jual peralatannya, para produsen senjata ini menguji cobanya di medan perang nyata, sehingga bisa diberi gelar battle proven.

Dukungan ternyata tidak selalu tulus. Rusia menolong Assad karena ada misi tersembunyi menguji keampuhan peralatan perangnya. Mengujinya di negara lain dan mengorbankan yang bukan rakyat Rusia. Itulah salah satu sisi kelam dan kejam dari sebuah perang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun