Mohon tunggu...
Rino Susilo
Rino Susilo Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Prinsipku adalah berusaha melakukan terbaik apa yang dilakukan sekarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Vasudhaiva Kuntumbakam Lebih dari Sekadar Toleransi Dalam Kehidupan Mutikultural

12 Juni 2021   01:05 Diperbarui: 12 Juni 2021   01:35 1789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman agama, suku, ras, dan budaya. Keanekaragaman tersebut karena dipengaruhi oleh letak geografis yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kenyataan ini sudah semestinya diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat Indonesia dan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bahwa Bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang berbeda dari negara-negara lain. Sebagai negara beranekaragam tentu ada sebuah landasan dasar yang mampu merangkul keberagaman tersebut yaitu Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara yang nenjadi warisan pusaka pahlawan pejuang bangsa yang adiluhung untuk menyatukan negara yang plural atau majemuk yang terdiri dari perbedaan-perbedaan didalamnya.

            "Sebersih apapun sepatu dicuci, ada saja kerikil yang terselip". Peribahasa ini mengandung makna bahwa walaupun Pancasila sudah mampu menyatukan berbagai perbedaan yang ada, tetap saja ada kelompok-kelompok kecil yang ingin merusaknya demi kepentingannya sendiri. Dewasa ini kita telah banyak mendengar kasus-kasus yang sangat memprihatinkan terkait dengan pudarnya keutuhan dan kesatuan bangsa. Seperti kasus pelecahan agama yang dilakukan oleh oknum tertentu yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa agama yang dianutlah paling benar. Hal ini bermula dari adanya fanatisme yang berlebihan dari oknum-oknum yang menganggap bahwa anggapan agamanya yang paling benar, menutup kemungkinan sebuah kebenaran, menggagap bahwa agama lain salah dan berujung pada tindakan radikalisme (Kamaruddin & Sabannur, 2018:77). Masalah ini tidak hanya dilakukan oleh satu agama tertentu, akan tetapi juga ada oknum-oknum dari agama lain yang saling melecehkan. Sifat fanatisme boleh saja dilakukan jika dibawa kedalam diri demi untuk kedamaian pribadi dan tidak semestinya diterapkan diluar jika hanya akan menciptakan konflik. Pemahaman terkait dengan moderasi beragama, pembelajaran perdamaian dan resolusi konflik dalam bangsa yang pluralis sangat penting dilakukan dalam Pendidikan. Adawiyah, dkk (2019:29) menyatakan bahwa untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama, penerapan pendidikan multikultural penting diterapkan dalam setiap proses pembelajaran baik di dalam kelas di luar kelas ataupun di dalam sekolah dan di luar sekolah. Sehingga sikap nasionalis tertanam sejak dini untuk menjaga keutuhan Bangsa Indonesia dan terciptanya sebuah toleransi yang mampu memahami dan menerima perbedaan antar umat beragama

            Berangkat dari permasalahan tersebut agama Hindu memiliki ajaran yang merangkul tanpa membeda-bedakan bahkan menganggap kita semua bukanlah pemilik agama itu sendiri. Semua mahkluk hidup hanyalah insan yang hanya menjalankan karmanya masing-masing yang sudah diperbuat dalam kehidupan terdahulu. Vasudhaiva Kutumbakam adalah ajaran Agama Hindu yang merupakan ungkapan bahasa Sansekerta yang berarti kita semua bersaudara, seluruh dunia adalah satu keluarga tunggal tanpa membedakan-bedakan. Vasudhaiva Kutumbakam disebutkan dalam kitab Maha Upanisad 6.72 yang berbunyi:

"Ayam bandhurayam neti ganan laghuchetasm, Udracharitnm tu vasudhaiva kutumbakam"

Artinya: Ada beberapa orang yang berpikir sempit bahwa saudara itu memiliki batasan entah itu suku, bangsa ras dan mungkin agama. Pemikiran sempit seperti ini adalah reaksi dari ego, dengan cara berpikir seperti itu maka mereka telah menghilangkan nilai nilai kemanusiaan yakni cinta kasih terhadap sesama, mereka membatasi diri untuk mencintai semua mahluk hidup. Membantu sesama manusia adalah salah satu implementasi dari Vasudhaiva Kutumbakam.

Selain itu kitab Hitopadesh 1.3.71 juga menjelaskan terkait dengan ajaran Vasudhaiva Kutumbakam yang berbunyi :

"Ayam nijah paroveti ganan laghuchetasm,

Udracharitnm tu vasudhaiva kutumbakam"

Artinya : Ini adalah tempat saya dan orang yang berada di luar adalah orang asing, merupakan pemikiran sempit. gunakanlah hati nurani karena bagaimanapun, seluruh bumi adalah sebuah keluarga.

Dari dua sloka tersebut sudah jelas bahwa semua mahkluk yang ada di alam semesta ini pada dasarnya adalah sama. Sesuai dengan sabda Tuhan dalam Bhagawad Gita Bab 14 sloka 4 yang menjelaskan bahwa semua mahkluk adalah satu keluarga dengan satu ayah yang sama yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan adalah sumber dari segala sumber. Benih yang memberikan kehidupan. Kehidupan bukan hanya di planet ini saja tetapi diseluruh planet yang ada di alam semesta. Para mahkluk hidup berada dimana-mana; di dalam tanah, udara, bahkan didalam api juga terdapat kehidupan. Hanya karena mahkluk hidup memiliki karma yang berbeda-beda, maka mahkluk hidup menerima badan yang berbeda pula.

Aplikasi ajaran vasudhaiva kutumbakam dapat dilakukan mulai dari diri sendiri yaitu dengan menganggap bahwa badan ini sejatinya bukanlah sang diri melainkan saudara terdekat untuk menjalankan ajaran-ajaran dharma. Kemudian dapat dilanjutkan pada tingkat keluarga, kerabat, orang lain dan semua mahkluk yang ada sekitarnya. Vasudhaiva kutumbakam juga mengajarkan bagaimana meningkatkan kualitas spiritual sang diri. Jika semua mahkluk mengganggap bahwa segala yang ada di bumi ini bukanlah miliknya, mulai berfikir bahwa "Aku bukanlah penganut agama tertentu, aku bukanlah orang yang berasal dari tempat tertentu, dan aku bukanlah badan ini". Berfikir seperti ini bukanlah mengajak semua mahkluk untuk tidak beragama, namun lebih dari itu yaitu meningkatkan kualitas spiritual dalam beragama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun