Mohon tunggu...
Rini Devita Sari
Rini Devita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa hebat

Fighting!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama dalam Budaya di Indonesia

7 Desember 2021   09:17 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:20 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki suku, agama, dan budaya yang beragam. Keberagaman yang terjadi di masyarakat menimbulkan sikap toleransi antar umat beragama, seperti bangunan masjid yang dibangun di sebelah gereja atau menghormati hari raya antara umat Kristen dan Islam. Devinisi dari keragaman budaya atau dikenal dengan sebutan multicultur adalah peristiwa alami karena terbentuknya berbagai budaya, interaksi antara umat beragama, baik individu dan kelompok dengan membawa perilaku budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Dengan adanya keberagaman ini dapat menimbulkan terbenturnya budaya, ras, dan agama. Menurut Mulyana, benturan antar suku masih berlangsung di berbagai wilayah, mulai dari sekedar sterotip dan prasangka antar suku, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka dan pembataian antar suku yang memakan korban jiwa.  Dari adanya permasalahan yang terjadi supaya tidak berlanjut, pentingnya masyarakat untuk mengetahui tentang moderasi beragama dalam keragaman budaya di Indonesia. 

Dalam Bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah yang berarti tengah -- tengah, adil, dan berimbang. Sedangkan dalam bahasa Inggris, moderasi digunakan dalam kata average (rata -- rata), core (inti), non-aligned (tidak berpihak), dan standard (baku). Pengertian umunya, moderasi adalah mengendepankan keseimbangan dalam bentuk keyakian, watak, dan moral, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, kelompok, dan lain sebagainya. jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari moderasi beragama adalah jalan tengah di tengah keberagaman budaya di Indonesia. Moderasi beragama harus selalu dipahami oleh masyarakat sebagai sikap beragama yang berimbang, penghormatan agama orang lain yang berbeda keyakinan atau disebut dengan inklusif.  Menurut Shihab, konsep beragama inklusif adalah selain sebatas pengakuan dalam kemajemukan beragama, tapi juga diaktualisasikan ke dalam bentuk keterlibatan aktif terhadap lingkungan sosial.  Indonesia memiliki enam agama yang diyakini oleh negara, yakni Islam, Kristen, Budha, Hindu, Protestan, dan Konghucu. Selain itu, ada beberapa masyarakat indonesia yang menganut kepercayaan dari agama leluhur. Oleh karena itu, sesuai dengan pernyataan dari Nasaruddin Umar, beliau menyebutkan moderasi beragama dalam konteks Indonesia terbentuk dari hasil diaktuluasi nilai -- nilai syariat dengan budaya lokal di Indonesia. 

Faktor -- faktor yang menyebabkan timbulnya konflik antar umat beragama adalah sebagai berikut. Pertama, menguatkan kelompok -- kelompok keagamaan berhaluan testual ke radikal.  Misalnya, muncul kelompok -- kelompok yang memiliki niatan untuk mengubah negara Indonesia menjadi negara indonesia yang berlandaskan syariat islam sepenuhnya. Kedua, Sikap eksklusif dengan memandang diri lebih benar dan menutup kebenaran dari agama lainnya. Misalnya, seseorang yang memaki orang lain dengan tuduhan berbuat bid'ah (mengada-ada), mendustakan agama, sesat, kufur. Hanya karena orang tersebut memakai sarung dan peci ketika shalat. Pendangkalan dari umat Islam, hal ini menyebabkan terpengaruhnya untuk mengikuti gerakan -- Gerakan Islam radikal. Umunya, organisasi -- organisasi radikal berlatar bekalang dengan pendidikan ilmu pengetahuan. Keempat, pemeluk agama yang mengidap tirani mayoritasnya berjubah agama. orang yang mengidap tirani adalah orang dengan perilaku arogan, despotic, dan superior. 

Menurut Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, tantangan dalam moderasi beragama adalah pertama, pesatnya pemahaman dan pengalaman agama yang berlebihan, terlalu ekstrem, dan bertolak belakang dengan esensi ajaran agama. Kedua, munculnya tokoh yang mengklain kebenaran atau suatu tafsir agama dan memaksa orang lain yang berbeda untuk mengikuti pemahaman dengan cara paksaan ataupun kekerasan. Ketiga, pemahaman yang merongrong atau mengancam ikatan bangsa dan moral -- moral bangsa. Contoh dari permasalahan berikut, yaitu pengeboman gereja katedral di Makasar. Kejadian tersebut menyebabkan satu jamaat tewas dan sembilan orang jemaat luka -- luka. Selain itu, ritual atau tradisi di Indonesia yang terlalu kejawen, membuat banyak orang berspekulasi bahwa tradisi atau ritual ini merupakan penyimpangan dari ajaran Nabi Muhammad SAW. Padahal doa -- doa yang digunakan ritual tersebut merupakan doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT. Cara supaya terhindar dari pemahaman agama yang berlebihan adalah dengan cara selektif dalam memilih teman, kelompok agama, dan bersikap baik, saling tolong menolong, tingkatkan rasa toleransi antar umat agama maupun beragama. Dengan adanya penguatan moderasi beragama ini dapat membuat masyarakat indonesia lebih menghormati dan toleransi terhadap keragaman budaya di Indonesia. Yang mana menjadikan indonesia sebagai negara plural dan multicultural sebagai contoh untuk negara -- negara lain untuk selalu menghormati agama, budaya, maupun etnis yang ada. 



Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun