Mohon tunggu...
Rinaldi Syahputra Rambe
Rinaldi Syahputra Rambe Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia Sibolga

Anak desa, suka membaca, menulis dan berkebun. Penulis buku "Etnis Angkola Mandailing : Mengintegrasikan Nilai-nilai Kearifan Lokal dan Realitas Masa Kini". Penerima penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka 2023 dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konten Pamer Menjamur, Siapa yang Suka Dipamerin?

20 Februari 2023   15:42 Diperbarui: 20 Februari 2023   16:09 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: freepik.com

Di media sosial kita sering disuguhkan dengan konten-konten yang sifatnya pamer. Pamer harta, pamer jabatan, pamer pasangan, pamer anak, pamer pencapaian dan lain-lain. Hampir di semua media sosial yang kita gunakan selalu muncul konten yang sama.

Bahkan konten pamer lebih populer dibandingkan konten yang lain. Pasalnya banyak konten pamer yang ditonton jutaan kali. Bahkan sering kali jadi trending di platform media sosial misalnya di platform YouTube, tiktok, facebook, instagram dll.

Pamer sudah menjadi kebiasaan yang sering disaksikan. Beragam tanggapan dan komentar yang muncul. Ada yang berisi hujatan, pujian dan nasehat. Sebagian orang beranggapan bahwa sikap pamer menunjukkan minimnya empati seseorang terhadap kesulitan orang lain.

Meskipun tanggapannya tidak selalu positif. Pelbagai tanggapan yang muncul ini justru disukai oleh konten kreator yang menampilkan konten pamer tersebut karena dapat mendongkrak jumlah penonton pada konten yang ia buat.

Tidak jarang pula konten kreator yang sering menampilkan kemewahan, kekayaan, dan pencapaian-pencapain yang luar biasa menjadikan dirinya menjadi idola baru. Memiliki penggemar, memiliki follower, fans dan lain-lain.

Sebenarnya tidak semua hal mewah yang ditampilkan di dalam konten media sosial ditujukan untuk pamer. Pun pencapaian yang di posting tidak selalu indentik dengan pamer. Bisa jadi konten tersebut hanya sebatas iklan yang sengaja didesain sedemikian rupa. Konten yang berisi tentang pencapaian juga bisa jadi ditujukan sebagai branding diri agar dikenal dan dipercaya masyarakat. Meskipun sangat sulit membedakan antara keduanya.

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul menanggapi konten yang berbau pamer, namun kita harus akui tidak sedikit yang suka menonton konten seperti itu. Apakah masyarakat kita memang suka disuguhkan dengan hal-hal yang berbau pamer?. Padahal masih banyak konten lain yang mungkin lebih bermanfaat.

Secara psikologis memang manusia suka dengan barang mahal, kedudukan mentereng, populer dll. Sebagian beranggapan dengan melihat konten seperti itu akan menambah semangat untuk mencapai keinginannya.

Namun ternyata suka melihat orang pamer juga akan memberikan efek negatif kepada psikologi seseorang. Kebiasaan seseorang akan mengubah persepsinya terhadap sesuatu. Persepsi mempengaruhi cara berfikir dan cara bersikap seseorang.

Dari tontonan yang ia lihat akan memunculkan keinginan-keinginan yang belum tentu bisa didapatkan. Kondisi ini akan mempengaruhi perilaku menyimpang seseorang. Karena terlalu terobsesi terhadap apa yang ia inginkan. Bukan tidak mungkin ia akan melakukan pelanggaran-pelanggaran agar keinginannya bisa tercapai.

Mungkin tidak semua orang merasakan hal itu. Namun kita harus hati-hati dalam mengkonsumi konten-konten yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun