Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Diary

Corona: From Pandemic to Endemic (Hidup yang Berubah)

18 Maret 2022   15:00 Diperbarui: 18 Maret 2022   19:45 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : FB Think Positive Power

2 Maret 2022 lalu, tepat dua tahun sudah kita di Indonesia merasakan Pandemi...Corona...Covid-19. Tentu banyak dan beragam reaksi dan opini plus minus dari setiap kita dalam menyikapi dua tahun "peringatan" ini.  Satu hal yang pasti, "peringatan" ini bukan untuk dirayakan apalagi didoakan panjang umur. Semua orang waras pasti akan bilang BIG NO!

Buat saya pribadi, masa pandemi ini mengajarkan saya untuk lebih banyak BERSYUKUR :) Yang utama adalah karunia kesehatan. Saya sehat lahir batin, waras,  tidak pernah ada gejala aneh-aneh yang berkaitan dengan Covid-19. Yaa...setidaknya ini berdasarkan perasaan saya pribadi, secara nggak pernah melakukan tes Covid sama sekali. Kenapa nggak pernah? Karena memang tidak ada keperluan yang mengharuskan saya untuk itu. Yaa...berusaha menjaga dan membiasakan diri aja dengan situasi dunia yang tidak biasa.

Situasi dunia yang mendadak berubah ini pernah saya tulis dalam blog di Kompasiana “Corona: Melihatnya dari Kacamata Berbeda” (Maret 2020). Pandemi yang memaksa dunia untuk "berhenti" dari aktivitas dan hiruk pikuknya, menjadi "di rumah saja". Yup, anjuran yang selalu rutin disampaikan dengan berbagai cara dan media.

Bekerja, sekolah dan beribadah semua pindah di rumah. Zoom dan Google Meet menjadi aplikasi meeting online yang booming melengkapi video call Whatsapp, dan menjadi sarana penunjang dalam aktivitas di rumah saja tersebut. Apakah efektif? Hmm...tentu saja tidak 100% ya. Karena realitanya tidak semua hal bisa selesai dengan cara online kan? Yang nggak punya smartphone sama sekali atau yang punya tapi sinyalnya jelek, gimana atuh? Dan di dunia ini banyak banget pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan di luar rumah. Para "pejuang aspal" (copas istilah teman hehehe...), mereka yang dibayar dari pekerjaan yang dilakukan di jalanan = luar rumah adalah wujud kongkretnya.

Pekerjaan saya pun sebenarnya juga nggak bisa WFH (Work From Home) ya. Broker/Marketing Property mana bisa via online: minat, cocok, deal gitu. Hohoho...enak kalo begitu doang. Bagaimanapun mesti keluar rumah untuk survey, viewing, ketemu owner, buyer/user, dst...Dan itu menjadi tantangan sekaligus dilema. Bidang property termasuk yang juga kena dampak pandemi ini. Memang tidak sebesar dampak pada bidang hospitality seperti pariwisata dan perhotelan, tapi tetap saja terasa. Slow and smooth, daya beli menurun dan omzet langsung terjun bebas. Setidaknya itu yang saya rasakan di tahun 2020 dan 2021 :(

Lalu saya sempat membayangkan juga, seandainya saya masih bekerja as an Accountant di Jakarta dan harus WFH karena pandemi...aduh, bisa senewen kali yaa! Berada di dalam kamar kost, mantengin HP atau laptop untuk memantau pekerjaan. Trus kudu pakai aplikasi Zoom, Google Meet, dll itu...kudu bisa adaptasi dan nggak gaptek ya. Belum kalo kepikiran keluarga di rumah, bisanya maksimal paling video call doang. Pulang kampung/mudik kan dilarang. Sementara mau jalan-jalan, ke mall, ke cafe, hangout, dll...juga nggak bebas karena aturan PSBB/PPKM dan apalagi traveling, lupakan dulu deh :O

Ada beberapa teman di Jakarta yang cerita kalo sejak pandemi dia nggak pulang kampung, karena memikirkan keselamatan keluarga dan dirinya sendiri. Apalagi kalo ada penyakit kormobid dan potensi perpindahan virus yang tidak kita sadari. Ada lagi teman yang pada akhirnya malah lebih suka WFH. Katanya kalo di rumah nggak was-was kayak di kantor yang ketemu orang dan berada di ruang tertutup cukup lama. Ada juga teman yang kantornya dilockdown karena jadi klaster Covid-19. Tapi tidak sedikit pula kantor-kantor yang tetap WFO (Work From Office), tidak menerapkan WFH sama sekali.

Ahh...saya lagi-lagi bersyukur saja  :) Sampai detik ini saya nggak pernah pakai aplikasi meeting online tersebut, gaptek juga, tapi semua lebih pada karena belum memerlukan untuk aktivitas/pekerjaan saya. Dan walau pekerjaan saya di property terbilang sepi karena pandemi, tapi saya berusaha tidak stress. Saya punya Mami yang serumah dengan saya, beliau adalah supporter terbaik saya. Dan pada dasarnya karena saya adalah “anak rumahan”, jadi ketika di rumah saja pun, saya bawa happy hehehe...Dari rumah saya bisa spare waktu untuk writing, memaksimalkan web dan aplikasi untuk urusan pekerjaan, jual beli online via sosmed dan WA, dll. Thanks GOD! Tetap bersyukur :) Dan ketika  di tahun 2022 ini banyak ahli  yang juga memprediksi property akan bangkit kembali, saya sungguh meng-AMIN-kan! Saya sendiri mulai merasakan titik terang itu sejak Februari 2022. Hopefully!

 Dua tahun pandemi ini pun mengajarkan kita untuk BERDAMAI...dengan diri sendiri juga dengan situasi dan kondisi di luar kendali kita. Berusaha survive dengan cara kita masing-masing. Dan disiplin protokol kesehatan adalah hal mendasar yang butuh perjuangan mengalahkan ego yang tidak mudah dalam prakteknya.

Mulai dari soal masker yang awalnya tidak wajib, menjadi diwajibkan (sesuai aturan WHO) jika keluar rumah harus memakai masker. Aduh! Saya pakai masker begitu duluuu...hanya kalo lagi di Jakarta karena polusi udara yang tinggi. Terutama juga di dalam angkot, metro mini dan busway karena sering smell bad, juga naik taxi konven berasa mual kalo bau joknya. Nah sekarang kemana-kemana kudu pakai masker. Selama kita pergi, ya selama itulah...engap...engap dah!  Lalu mencuci tangan. Dulu paling kalo habis dari toilet dan mau makan ya. Sejak pandemi, kita harus sering-sering cuci tangan. Pakai hand sanitizer atau wet tissue jika tidak ada air. Pokoknya kalo harus keluar rumah, “atribut perang” ini jangan sampai lupa :P

Kebiasaan salaman, cipika cipiki dan segala bentuk kontak fisik juga mesti dihilangkan dulu, diganti dengan “Salam Corona”. Harus berani menegur dan menolak orang-orang yang tidak jaga jarak aman dengan kita. Termasuk menghindari bertamu dan menerima tamu di rumah, nggak usah sungkan karena pada dasarnya semua ingin sehat dan selamat. Yaa...saya pikir-pikir ada bagusnya sih, menghindari ngrumpi dan nggosip yang nggak jelas juga hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun