Mohon tunggu...
Rina Wibowo
Rina Wibowo Mohon Tunggu... -

Ekonomi Pembangunan, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya Menenangkan Hati Semudah Itu

22 Oktober 2018   13:01 Diperbarui: 23 Oktober 2018   14:35 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teruntuk siapapun yang sedang berusaha menenangkan hati.

@xiaorina

Apa kalian sedang ingin menangis hari ini? Apa kalian ingin berteriak memperingatkan ketidakadilan yang terjadi? Apa kalian mempunyai masalah yang belum terselesaikan? Apa kalian mempunyai teman yang seberapa baik kalian merubah diri akan tetap dianggap sebagai orang rendahan? Apa saat ini kalian sedang menunggu hasil dari upaya kalian yang tidak ada kabar? Atau mimpi kalian tidak ada pertanda untuk muncul? Atau kalian sudah mencapai sesuatu yang tinggi dan takut jika terjatuh dan kehilangan semuanya? Atau tentang jodoh?

Teruntuk kalian yang sedang berusaha menenangkan hati.

Dunia memang benar-benar memberikan banyak alasan untuk sakit kepala bukan? Atau setidaknya alasan untuk menangis setiap malam. Ketika seorang murid yang ingin mendapatkan nilai yang bagus agar orang tuanya bisa membanggakannya, ternyata murid-murid lainnya lebih gencar dalam belajar dan nilai murid tersebut anjlok dibandingkan dengan teman-temannya.

Ketika seorang pekerja, mengerjakan tugas yang diberikan atasan dengan sebaik-baiknya, tapi ternyata ada orang lain dengan kapasitas yang berbeda mengerjakan tugas bagai dewa? Seorang wirausaha muda dengan bisnisnya yang baru saja berkembang lalu memutuskan untuk membuka cabang dan karena salah perhitungan justru membuat karirnya langsung anjlok, seorang guru yang menginginkan semua muridnya mempunyai nilai 100 semua tapi pada akhirnya ada saja satu atau dua orang yang tidak sesuai dengan harapannya.

Kehidupan, memang seperti itu.


Sejujurnya, masih banyak hal di dunia ini yang membuat hati tidak tenang. Sebagai pribadi dan individu dewasa (eh emang lo udah dewasa? Secara umur si iya). Banyak yang membuatku tidak tenang, mulai dari hal yang sangat rumit sampai dengan yang sangat ringan. Tapi, yang perlu kita ketahui adalah terkadang kita tidak tenang bukan karena kita sendiri, tapi karena melihat orang lain dan penglihatan orang lain.

Tapi apakah normal seseorang dengan umur segini mengalami gejolak hati dan pikiran sampai sehebat ini?

Jawabannya, aku tidak tahu.

Aku membaca banyak buku terkait quarter life crisis yang mungkin sedang aku dan banyak orang seusiaku alami sekarang. Teman-temanku di ekonomi, sastra dan bahkan teman-teman komunitas kepenulisan juga banyak yang mengalaminya. Banyak dari mereka yang tiba-tiba saja menjadi orang lain hanya karena menderita penyakit (baca : quarter life crisis) ini. Salah satu temanku yang mempunyai kemampuan public speaking yang sangat bagus, tiba-tiba saja menjadi orang yang sangat pendiam. Ketika kamu bertanya apa dia ada masalah? Apa dia sedang memikirkan sesuatu atau sedang ada beban tertentu? Dia selalu menjawab tidak ada, tidak ada sama sekali. Dia hanya sedang memikirkan masa depannya. Temanku yang lain, yang pada awalnya adalah orang lebih pendiam dari aku, tiba-tiba saja menjadi orang yang tidak aku kenal. Dia berubah jadi orang cerewet dan cepat marah serta mengeluh hampir satu menit sekali. Dia bahkan sekarang berani memaki-maki teman setimnya di meeting formal. Bahkan kasus yang paling parah adalah salah satu temanku didiagnosa depresi dan sampai sekarang dia harus meminum obat setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun