Mohon tunggu...
Sosbud

Sedekah Laut Desa Balongdowo, Sidoarjo

28 April 2019   14:42 Diperbarui: 28 April 2019   14:44 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi sedekah laut di desa Balongdowo kecamatan Sidoarjo menurutku unik. Tradisi yg biasa disebut juga Nyadran ini dilakukan setiap bulan Ruwah- bulan kalender Jawa sebelum puasa Ramadhan. Aku sebelumnya tidak pernah tahu tradisi ini, meskipun sudah bertahun-tahun tinggal di Sidoarjo. Baru mengetahui saat anakku - Andre, tertarik mengambil skripsi S1 sosiologinya  tentang Nyadran. Dia tertarik karena adanya fenomena  tradisi ini menggunakan arak-arakan sound sistem yg super besar di atas perahu sederhana.

Sejatinya Nyadran di Balongdowo sama dengan tempat lain, yaitu upacara syukuran atas hasil yg diperoleh selama 1 tahun kemarin, dan berharap kebaikan rejeki lagi di tahun yg akan datang,  - dlm hal ini karena desa Balongdowo mayoritas nelayan kupang, mereka berharap selamat saat melaut dan tangkapan kupang selalu banyak.

Upacara Nyadran ini biasanya dilaksanakan hari Minggu pagi saat air laut pasang sehingga perahu  dapat menuju ke laut . Tetapi sebelumnya sudah ada perayaan,  seperti pasar malam dan pementasan wayang kulit

Upacara pemberangkatan  sedekah laut minggu pagi biasanya dimulai dgn  tumpeng nasi kuning yg diserahkan kepala desa sbg simbol diberangkatkan rombongan perahu untuk ziarah ke makam dewi Sekardadu, dan ada juga  tumpeng sayur dan buah setinggi kira kira 3 m yg diarak dan diperebutkan warga sekitar- konon yg memperoleh sayur atau buah dari tumpeng tsb akan mendapat berkah.

Nah yg unik di rombongan perahu - perahu tsb selain mengangkut para peziarah, yg dominan terlihat  adalah memuat sound system. Perahu peserta Nyadran bisa mencapai 30 , tapi hampir separuhnya berisi sound system. Sepanjang perjalanan dari Balongdowo sampai tempat makam dewi Sekardadu ( di pulau Kepetengan) sound system memutar lagu yg umumnya disukai   penduduk setempat , sedangkan orang di dlm perahu tsb berjoget diatas peralatan sound system. Sangat menakjubkan, mulai dari perahu sederhana yg bisa mengangkut peralatan begitu besar tanpa oleng, belum lagi saat mereka harus melewati bawah jembatan yg tingginya hanya sekitar 1-2 m dari permukaan air sungai yg sedang pasang ( biasanya perangkat sound system dibongkar dulu, setelah perahu  melewati kolong jembatan, perangkat disusun lagi)

Bagiku tradisi sedekah laut atau Nyadran desa Balongdowo harus lebih di sosialisasikan sehingga bisa menarik wisatawan untuk mengunjungi Sidoarjo, apalagi di desa ini terkenal dengan penghasil  kupang yg menurutku, hewan kecil ini sangat lezat dan jarang ditemukan di tempat lain. Selain itu wisatawan juga bisa ikut naik perahu mengunjungi makam dewi Sekardadu , dimana masyarakat desa Balongdowo meyakini adalah ibu dari Sunan Giri.

Semoga juga dgn skripsi Andre, tradisi desa Balongdowo ini lebih dikenal masyarakat luas. Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun