Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Penting Tulis Dulu

2 Juli 2020   12:15 Diperbarui: 2 Juli 2020   14:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis memang pekerjaan yang unik. Tidak semua orang dapat melakukannya. Walaupun hampir bisa dipastikan semua yang bisa membaca tentu  dapat menulis. Akan tetapi menulis sehingga menghasilkan tulisan yang enak dibaca, bermanfaat, dan menimbulkan kerinduan bagi pembaca tentunya tidaklah mudah.

Berbagai alasan bisa saja dikemukakan oleh seorang penulis mengapa terjun ke dunia "kalam" ini. Sebagian mengklaim menulis sebagai hobi. Yang lain menganggap menulis adalah luapan eksperesi. Ada juga yang menulis karena hendak berbagi ilmu yang bermanfaat untuk orang lain. Bahkan ada yang menulis sebab hendak mencaci maki. Bagian yang ini sebaiknya di abaikan saja.

Apapun alasan yang dikemukakan, menulis memang menjadi suatu hal yang gampang-gampang susah. Atau susah-susah gampang ya? He he... tergantung sudut pandang masing-masing. Bagi sebagian orang menulis boleh jadi secepat berbicara. Dengan cepat sebuah tulisan dapat dilahirkannya. Isinyapun bernas dan mengena.

Tapi untuk sebagian lainnya menulis maha sulitnya. Terkadang membutuhkan perenungan berjam-jam bahkan berhari-hari sebelum sebuah tulisan dapat dilahirkan. Ritual yang dilakukan untuk perenungan bisa beragam jenisnya. Dari yang lumrah seperti mengambil tempat yang sepi untuk dapat membuat tulisan, sampai yang unik dan konyol. Kita mungkin sering mendengar seorang penulis baru dapat menemukan ide setelah dibibirnya terselip sebatang rokok. Padahal kalau ditilik, apa hubungannya ya antara rokok dan ide tulisan? Tapi itulah kenyataannya. Penulis lain harus mendengarkan musik supaya tangannya dapat mengetik dengan lancar. Bahkan ada yang sering menemukan ide tulisan bagus ketika "nongkrong" di kamar kecil. Barangkali andapun memiliki pengalaman unik yang tak kalah lucunya untuk menemukan sebuah ide tulisan.

Membaca dan menulis bak aur dan tebing yang saling menguatkan

Tapi tidak selalu sebuah tulisan selesai dengan lancar. Tak  jarang seorang penulis profesionalpun kadang terkendala dalam memulai atau menyelesaikan tulisannya. Apalagi untuk seorang amatiran dan pemula. Jangan coba dicari apa yang menjadi penyebab hal ini bisa terjadi.  Karena tidak akan pernah bertemu benang merahnya. Pada satu penulis suasana hati yang galau boleh jadi membuat produktifitas menulisnya menurun drastis. Tetapi untuk penulis lainya justeru sebaliknya. Ketika sedang ditimpa masalah semakin lancar dalam membuat sebuah tulisan. Bukankah  seorang yang sedang jatuh cinta atau patah hati tiba-tiba lancar dalam menulis puisi? Sementara penulis lainnya puasa menyentuh laptop karena ditinggal orang terkasihnya.

Jika bicara topik sebuah tulisan rasanya juga bisa beragam. Mulai dari yang paling gampang diterima oleh pembaca seperti politik dan dunia artis, sampai seputar lingkungan, kuliner, hobi, dan lainnya bisa menjadi topik pembahasan dalam sebuah tulisan.

Mungkin ini juga yang membedakan antara penulis profesional dan amatiran seperti saya. Saya sering kali dibuat terkagum-kagum membaca sebuah tulisan dari seorang penulis kawakan. Rasanya topik yang dibahas cukup sederhana, tapi dikemas dengan apik sehingga enak dibaca.  Kali lain saya dibuat melongo dengan judul sebuah tulisan. Kok bisa ya topik seperti itu dibahas. Anehnya menarik ketika dibaca. Mengapa tidak terfikir oleh saya sebelumnya. Akhirnya saya menyimpulkan pengalaman dari sang penulislah yang membuat beliau dapat mumpuni seperti itu. Ketika mencari tahu lebih jauh saya mendapati bahwa ratusan tulisan telah ditulis oleh beliau-beliau para penulis piawai ini. Beribu konsep barangkali pernah di oret sebelum menjadi sebuah tulisan utuh.  Yang pasti lagi melihat referensi yang tertera dalam tulisan  ini ratusan judul buku juga yang telah dibaca.  ya, membaca memang tidak bisa lepas dari menulis. Membaca dan menulis bak bambu dengan tebing, saling menguatkan. Semakin banyak membaca akan semakin lancar tangan menulis. 

Saya tidak terlalu merasa terkejut ketika sebuah berita yang viral ditulis pada sebuah media dan dibaca ribuan orang. Akan tetapi ketika sebuah topik biasa yang nyaris terlupakan ditulis mengalir dan dibaca banyak orang, saya akan kagum luar biasa.  Asumsi saya kekuatan penulisnya dalam merangkai katalah yang dapat membuat hal tersebut terjadi.

Terkadang saya bertanya dalam hati, bagaimana caranya teman-teman wartawan dapat melahirkan bermacam tulisan setiap hari. Tidak hanya satu, tetapi bisa lebih. Hal tersebut berlangsung terus menerus. Beranjak dari satu berita ke berita lainnya. Memburu nara-sumber diberbagai tempat. Tentunya tidak semuanya berjalan lancar. Ada berbagai hambatan yang ditemui dilapangan. Tapi bisa jadi inilah yang membuat teman-teman tersebut bertahan. Adrenalin yang terpacu ketika berusaha mendapatkan berita yang terbaru tentunya menimbulkan sensasi tersendiri. Belum lagi ketika harus mengejar target deadline di meja redaksi. Tidak terbayangkan dinamikanya. Hanya karena passion nya disana mereka menikmati pekerjaan tulis menulis ini.

Passion? Ini mungkin yang menjadi kunci dunia tulis menulis. Disamping hasrat untuk menulis. Seperti yang dikemukakan oleh penulis senior almarhum Arswendo Atmowiloto. Dalam bukunya "Menulis itu gampang", Mas Wendo mengatakan "Kreatifitas berhubungan dengan nafsu. Menjadi pengarang harus memiliki nafsu untuk bersikap kreatif,". Ketika menulis sudah merupakan sebuah panggilan jiwa ide-ide akan mengalir begitu saja. Perkara media apa yang digunakan untuk publikasi sebuah tulisan terserah saja. Yang penting  setiap hari ada jejak yang tertinggal dalam bentuk sebuah tulisan. Tidak perlu menjadi wartawan untuk bisa menulis.  Faktanya penulis profesionalpun berasal dari berbagai profesi. Untuk itu mari berusaha tetap menulis. Supaya fikiran yang ada dapat dicurahkan. Agar ilmu yang dipunya dapat terbagikan. Biar perasaan yang disimpan dapat ditumpahkan.  Dengan harapan tulisan yang ada mempunyai "tuah" seperti yang disampaikan oleh Buya HAMKA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun