Mohon tunggu...
Rikson Pandapotan Tampubolon XVI
Rikson Pandapotan Tampubolon XVI Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sedang belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Dari Mereka yang Memenuhi Panggilan Hidup Sebagai Guru

6 Agustus 2014   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:15 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Membaca buku “Menjadi Sekolah Terbaik: Praktik-Praktik Strategis Dalam Pendidikan”, mengajak kita kembali mengamati kondisi pendidikan di sekeliling kita. Atau barangkali, sekedar melakukan nostalgia (flash back) masa-masa dimana kita menjadi “objek” dalam sistem yang ada, yaitu menjadi peserta didik dalam bangku sekolah. Sebuah pengalaman yang menggugah, sekaligus mengajak kita untuk lebih kritis dalam melihat persoalan ditubuh pendidikan kita saat ini.

Berbicara tentang pendidikan, tentunya kita sedang membicarakan tentang masa depan. Baik tentang diri kita sendiri, keluarga sampai dengan komunitas terbesar yaitu sebuah bangsa. Layaknya sebuah adagium, “Membangun sebuah bangsa, bangunlah pendidikannya”. Rasanya, tidak ada yang berani membantah tentang teori tersebut, karena sejarah telah membuktikannya.

Buku ini lebih banyak bercerita tentang kreasi, inovasi dan teladan yang diberikan seorang guru dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Belajar dari mereka-mereka yang jarang, bahkan tidak pernah disorot media untuk sekedar dijadikan bahan perbincangan publik. Mereka itu ialah guru-guru yang senantiasa bekerja dan berbuat untuk memenuhi panggilannya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Sudah saatnya sistem pendidikan kita kembali memberikan perhatian lebih kepada kearifan/keunikan lokal (local wisdom) yang menjadi identitas kita sebagai Negara bangsa. Kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, bahwa keberagaman merupakan anugrah yang diberikan Sang Khalik, sebagai sesuatu yang bersifat final dan harusnya diapresiasi.


Pendidikan seharusnya melibatkan peserta didik sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungannya. Oleh karena itu, pendidikan seyogianya bertumpu pada tujuan untuk menumbuhkembangkan kemampuan tiap anak untuk hidup selaras dengan sesame dan lingkungannya. (Hal. 55)

Menarik untuk menyimak buku yang ditulis oleh tiga orang sosok pemerhati pendidikan yang sudah cukup dikenal dikalangan praktisi dan pengamat pendidikan. Mereka adalah Anita Lie, Takim Andriono dan Sarah Prasasti. Bekerjasama dengan lembaga filantrofi dalam dunia pendidikan yaitu Tanoto Foundation, mereka mencoba memotret oase-oase pendidikan disekitar kita yang layak dijadikan teladan dan diapresiasi.

Sukanto Tanoto adalah sosok sekaligus tokoh peduli pendidikan yang ada dibalik sepak terjang Tanoto Foundation. Sukanto Tanoto sepertinya telah berhasil melihat akhir dari problematika sosial bangsa dan Negara ini muaranya adalah sektor pendidikan. Untuk itulah, Sukanto Tanoto melalui Tanoto Foundation berusaha memberikan dampak perubahan nyata dalam sektor pendidikan.

Penulis buku ini mencoba memberikan pendekatan yang berbeda dalam memberikan pemahaman baru atas pendekatan yang konvensional yaitu top-down. Tidak ada salahnya, kita meluangkan waktu sejenak untuk melihat bagaimana guru-guru yang ada di grass root pendidikan, mencoba menyelesaikan persoalan pendidikan dilingkungannya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dilingkungannya. Beberapa cerita menarik ada dalam buku ini.

Simak saja salah satu contoh kreasi inovasi pendidikan yang dilakukan Bapak Masri, Guru SMP Negeri I Ukui, Pelalawan, Riau. Kreasi terkadang sederhana-tidak selalu ribet. Sejatinya kreasi itu bermula dari niat dan mencoba mengamati apa yang ada pada diri kita dan lingkungan kita. Inilah keajaiban dari sebuah panggilan hidup.


Terinspirasi dari “Kontrak Belajar” yang dibuat antara fasilitator dan peserta program pelatihan pendidikan yang diselenggarakan Tanoto Foundation, Pak Masri lalu mengajak para peserta didik dikelasnya untuk membuat kontrak belajar. Ia mengharapkan kontrak belajar ini dapat menggantikan tata tertib sekolah yang sudah tidak berfungsi seperti yang diharapkan. (Hal. 169)

Motivasi belajar yang rendah dan disiplin yang lemah dari peserta didik, telah membuat inisiatif sang pencetus “Kontrak Belalar”. Dengan melibatkan para peserta didik dan guru dalam merumuskan kontrak belajar telah menarik antusiasme peserta didik, agar lebih bertanggung-jawab terhadap karya peraturan yang mereka buat sendiri. Kerinduan peserta didik untuk bisa terlibat secara aktif dalam proses pendidikan sepertinya telah mendorong produktivitas belajar mereka. Sebuah ide dan langkah sederhana yang telah membuat sebuah perubahan mendasar.

Walaupun buku ini terbatas hanya menyajikan praktek dari pendidikan tindakan kelas formal, seperti SD, SMP dan SMA. Buku ini sangat menarik dan layak untuk dibaca, khususnya bagi mereka yang ingin belajar memahami dan memecahkan persoalan pendidikan dari para inspirator pendidikan yang berdimensi horizontal.

Ternyata, banyak oase-oase pelipur lara dari carut marut pendidikan disekitar kita. Kita hanya perlu sedikit waktu untuk mendengar dan melihat sekeliling kita, dan sedikit menjauhi “kebisingan” hingar bingar persoalan pendidikan kita hari ini. Oase itu nyata dan benar-benar ada bagi kita yang merindukannya.

Terkadang kita terlalu sibuk membahas relasi vertikal dari sistem pendidikan, yang ada kebanyakan ialah umpatan, nada sinis, pesimis dan terkadang tak tentu arah (disorientasi). Membahas sistem pendidikan melalui dimensi vertikal dan horizontal akan memberikan kita pemahaman yang utuh dan harapan baru atas masa depan bangsa dan Negara ini.

Mari, belajar dari mereka yang memenuhi panggilan hidup sebagai guru. Semoga pendidikan kita mampu menyerap spirit dan mengedukasi dari para guru-guru kita yang senantiasa mengabdi tanpa mengharapkan balas jasa.

Judul Buku: Menjadi Sekolah Terbaik; Praktik-Praktik Strategis dalam Pendidikan

Penulis: Prof. Anita Lie, Ed. D., Takim Andriono, Ph. D., Sarah Prasasti, M. Hum.

Penerbit: Tanoto Foundation & Raih Asas Sukses

Tahun Terbit: Jakarta 2014, Cetakan Pertama

Tebal Buku: IV+ 188 hlm.; ilus.; 23 cm

ISBN (13) 978-979-013-2054

ISBN (10) 979-013-205-0

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun