Mohon tunggu...
Riko Furnando
Riko Furnando Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa FISIP UAJY

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelecehan Seksual di Mesir? Kok Kolektif?

12 Oktober 2020   10:22 Diperbarui: 12 Oktober 2020   10:33 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Juli 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah membentuk suatu organisasi yang fokus pada kesetaraan gender. Organisasi ini disebut dengan UN Women, yang mana memperjuangkan hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita.

UN Women sendiri merupakan singkatan dari Unites Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women. Yang mana organisasi ini dibentuk karena banyak sekali ketimpangan yang kian terjadi terutama dalam dimensi gender, sehingga diperlukan perhatian khusus pada kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita dan perempuan.

Namun, hingga saat ini masih banyak sekali negara-negara di dunia yang memandang wanita sebelah mata. Sehingga, wanita tidak memperoleh haknya dan diperlakukan secara semena-mena, salah satunya di Mesir.

Menurut data statistik yang diakses dari hofstede-insights.com, Mesir memiliki tingkat Masculinity 45, yang mana seharusnya mereka hidup dengan keseimbangan gender. Masculinity merupakan dominasi yang dilakukan oleh laki-laki dalam suatu kelompok sosial (Samovar, Porter, Stefani & Sidabalok, 2010) yang merupakan kebalikan dari Femininity.

Namun, sangat disayangkan pada kenyataannya wanita yang bekerja di Mesir hanya memperoleh upah sepertiga gaji Pria. Selain itu, posisi penting dalam pekerjaan juga hanya ditempati oleh 16% wanita. Hak wanita dalam bersuara dan berpolitik juga terbatas. (liputan6.com)

Hal ini juga menjadi perhatian dunia internasional, dengan diberitakannya dalam BBC News, dimana disebutkan bahwa Mesir merupakan negara Arab terburuk untuk perempuan. 

Tingkat pelecehan seksual di Mesir sangat tinggi, hingga suatu ketika PBB menuai laporan bahwa 99,3% perempuan dan anak perempuan di Mesir menjadi korban pelecehan seksual. Pelecehan seksual ini berlangsung setiap harinya dan tidak memandang latar belakang atau status wanita dan perempuan.

Disisi lain, Mesir merupakan salah satu negara kolektivis, dengan tingkat individualitas hanya 25 point, data ini merupakan hasil dari hofstede-insights.com/. Budaya kolektivis lebih mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu (Samovar, Porter, McDaniel, 2016). 

Dengan tingkat individualitas yang terbilang cukup rendah, seharusnya masyarakat yang ada memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, untuk kebersamaan dan kesejahteraan.

Namun, dengan adanya kasus pelecehan seksual dan ketimpangan yang terjadi, membuktikan bahwa negara yang lebih mementingkan kepentingan kelompok, masyarakatnya seringkali masih memikirkan kepuasan pribadi (contoh: sex, kepentingan politik, dll). Selain itu, tindak seluruh negara yang menganut masculinity memperhatikan dan benar-benar memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak wanita.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun