Mohon tunggu...
Blue Ambience
Blue Ambience Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar untuk sering menulis

Introvert, INFJ, suka ngedesain, penikmat kopi. Hobi menonton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngobrol

26 Juni 2018   19:34 Diperbarui: 26 Juni 2018   19:34 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: askmewhats.com

Ngobrol ialah suatu perbuatan yang jarang ku jumpai dibeberapa situasi. Selalu ada perasaan kaya"ngapain ngobrol", entah kenapa dalam komunikasiku dengan sesama aku merasa ada banyak hal yang bisa dilakukan atau lebih bermanfaat dari pada sekedar ngobrol dan haha hihi gak jelas. 

Aku merasa saling tenggang rasa, menjaga hormat, saling bantu, dan melakukan sesuatu yang mempunyai tujuan positif itu lebih baik daripada ngobrol.

Kilas balik momen pembentukan prinsip

Saat itu aku masih SMA, ada orang asing yang mencoba mendekatiku karena aku terkesan suka sendiri dan itu cewe, ia bicara lalu berkomentar aku mempunyai jeda tiap kali kita saling melontarkan pertanyaan, dari situlah kurasa titik balik kini aku menjadi mulai cepat merespon orang bahkan berkesan rewel ketika berhubungan dengan sesuatu yang berkepentingan menurutku.

Lalu dimomen yang lain saat itu aku memang jarang ngobrol tapi bukan berarti pemalu, aku bicara ketika momen tertentu apalagi ketika aku butuh sesuatu aku pasti nyamperin orangnya langsung seperti saat aku mau minjem tip-x waktu itu. 

Kejadiannya aku manggil dia dari jauh lalu aku menghampirinya, mungkin bagi dia itu momen langka ketika aku menyebut nama orang dengan lantang, mungkin dia merasa itulah momen pertamaku menyapanya secara langsung, dan diapun melontarkan cibiran "ih kamu nyamperin pas ada maunya doang!". Whut the bug....

Dari sana aku entah secara psikologi bermonolog "oh.. aku dimata orang lain gitu ya.." aku pun membuat alasan bahwa aku memang tak melakukan sesuatu hanya untuk disukai orang lain, aku tak tau kalau yang kulakukan itu salah, tapi saat diberitahu.. gaada alesan lain selain berubah bukan? Dari sana aku bukan berbalik mendekat keorang lain malah aku menghindari kontak untuk dateng ke orang lain disaat ada butuh doang, intinya harus punya alesan lain.

Dari sanalah menurutku gimana lingkungan mempengaruhiku dalam hal pembentukan karakter, kemudian aku menyadari seharusnya aku menerima pendidikan ini didalam keluarga tapi sayangnya kebanyakan lingkungan yang merubahku.

Aku tak ingin mengkambing hitamkan orang tuaku mengapa aku mempunyai karakter seperti ini, tapi aku membenci mereka disaat mereka mengetahui sifat jelekku dan memarahiku serta mencela dengan perkataan kasar. 

Dalam hati ku berkata "dimana kalian saat aku butuh, apakah kalian ada disana mengawasiku, mengawasi bagaimana aku dibesarkan, mengawasi pengalaman apa yang telah kulalui.. semua kenangan berlalu dengan aku yang menjadi "anak tanpa kasih sayang orang tua".

Kuyakin disana (masa kecil) ada tragedi yang menyebabkan mulutku bungkam dan mempunyai argumen bahwa "diam lebih baik". Kurasa karakter kita sekarang ialah buah dari karakter kita di masa balita. Dimana kita mendapat banyak informasi dari dunia luar, diberikan arahan dan didikan serta merasakan berbagai perasaan sedih, senang, malu, marah, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun