Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Kata Menuliskan Takdirnya

5 Juli 2015   02:25 Diperbarui: 5 Juli 2015   02:25 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap kata yang tertulis menuntut takdirnya. Menulis hal hal yang buruk berarti berkeinginan menyongsong pelbagai kenaasan di depan mata. Pun sebaliknya menderetkan kata kata yang luhur akan melimpahkan kebaikan serta kemuliaan di kemudian hari.

Saya merenung sejenak ketika membaca sebuah artikel berjudul “Sebab Kata Adalah Takdir” yang ditulis oleh Den Muhammad Rasyidi Suara Merdeka 12 Januari 2014. Den Muhammad Rasyidi adalah esais Masyarakat Bawah Pohon ( MBP) Yogyakarta. Saya menggunting artikel itu dan menempelkannya dalam buku kliping koleksi.

Terhenyak ketika Den Muhammad Rasyidi (DMR) memaparkan fakta fakta bahwa deretan kata yang tertulis menuntut sebuah kenyataan di kemudian hari. Batin saya menghubungkan realitas ini dengan sebuah dalil ajaran luhur ”kata kata adalah doa”.

Buru buru saya menerawang, menarik garis ke belakang dari kekinian, apakah catatan-catatan yang pernah saya tulis bermakna mulia atau buruk. Sebuah kata muncul dari pergulatan batin. Ngeri juga manakala mendapati sebuah kenyataan, kata itu menjadi hidup di masa depan dan “menelan’ penulisnya. Batin yang bergejolak ketika seseorang mengalami suatu kesengsaraan misalnya, berpotensi menjadi janin munculnya kata kata yang buruk. Entah itu sebuah kutukan, cacian, cemoohan, kemarahan, umpatan, atau kecaman, pikir saya.

Semuanya berawal ketika teman DMR ini menceritakan kepadanya bahwa apa yang ditulis adalah apa yang ditakdirkan kepadanya. Menurut sang teman, cerpen, sajak, dan esai yang ditulis menjadi nyata dalam kehidupan. Bahkan sang teman tidak menyangka tulisannya menjadi nyata.

Dalam artikel ini beberapa contoh nyata dipaparkan,penulis Kristanto Agus Purnomo ( Kriapur) meninggal persis seperti judul sajaknya”Kupahat Mayatku di Air”. Ia meninggal di Air karena mobil yang ditumpanginya tercebur di kali

DMR juga menulis dalam artikelnya tentang penyair Sitok Srengenge (SS). Berdekatan waktunya dengan diterbitkan artikel tersebut SS mengalami skandal dengan seorang mahasiswi. Sebelumnya tahun 1992 dan 1994, SS menelurkan antolodi sajak pertamanya, Persetubuhan Liar.

Yang popular di masyarakat ada sebuah lagu yang dirilis Ayu Ting Ting “ Alamat Palsu”. Dalam kenyataannya Ayu ditinggalkan suaminya, dan selama menikah ternyata mendapat informasi palsu. Pun Zaskia Gotik si pelantun lagu” Satu Jam” mendapati kenyataan bahwa di tengah tengah acara pertunangannya Vicky ditangkap polisi.

Saya membuka catatan harian saya tertanggal 09 September 2012. Dalam catatan itu saya menuliskan 10 cita-cita di masa depan. Cita cita itu antara lain terkait dengan hobi menulis, karir dan profesi, kesehatan, dan harapan terhadap anak. Satu dari 10 cita cita itu sekarang menjadi kenyataan yang saya benar benar mensyukuri. Apakah ini memang benar benar sebuah dalil atau hanya sebuah kebetulan.Bukankah takdir setiap manusia berbeda beda. Bagaimana mungkin benda mati yang bernama “kata” menggerakkan alam semesta untuk mewujudkan sebuah kenyataan. Setelah meresapinya saya meyakini bahwa sebuah kata mempunyai ruh. Itulah ruh yang membuat deretan huruf yang menjadi kata itu menagih kenyataan di kemudian hari.

Saya teringat novel NH Dini Dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang. NH Dini menulis: Aku percaya kepada Tuhan. Aku tidak pernah lupa selalu memohon agar yang baik-baiklah yang dikaruniakan Dia kepadaku dan kepada lingkungan dekatku. Namun aku percaya bahwa Tuhan mempunya cara menulis “skenario” yang penuh misteri untuk kehidupan makhluk-Nya”

Tuhan menghadirkan karunia melalui “skenario” yang penuh misteri dalam berbagai bentuk :kenikmatan,kepopuleran, bakat, daya tarik, kedudukan, kekuasaan, kekayaan. Penderitaan pun menjadi sebuah “karunia” manakala keberadaanya mampu menjadikan seseorang melahirkan sikap mental yang luhur. Deretan kata yang tertulis mungkin sebuah realitas untuk mengelola sebuah karunia. Adalah pilihan, kata kata yang baik atau kata kata yang buruk untuk menuliskan sebentuk karunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun