Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humor

(Humor) Aroma Parfum Perempuan Di Celana Ayah

29 Maret 2013   09:27 Diperbarui: 4 April 2017   16:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjebak dalam perangkap musuh pasti lah perih. Namun terjebak dalam himpitan dara cantik berpakaian seksi, di bangku penumpang kabin bus antarkota, jelas beda rasanya. Seandainya sahabat adalah laki laki beristri yang “terjebak” seperti kawan saya dalam cerita berikut, Apa yang akan sahabat lakukan?

Trevor adalah pekerja ulang alik yang berkantor di sebuah perusahaan di kota Malang. Istri dan kedua anaknya tinggal di Surabaya. Setiap hari Sabtu Trevor pulang ke Surabaya dan balik lagi ke Malang Senin Shubuh-nya.

Pada suatu Sabtu sore sepulang kerja, Trevor mencegat bus jurusan Malang -Surabaya. Bus selalu penuh sesak dengan penumpang di Sabtu sore. Setelah naik ke atas bus, Trevor tidak mendapati satu tempat duduk pun yang kosong. Penumpang juga nampak berdiri berjubel,bergelantungan di gangdi kabin bus AC itu.

Trevor mengambil posisi di tengah. Tepat di depannya, seorang perempuan mintaturun karena salah jurusan. Pucuk dicinta ulam tiba, Trevor pun berniat duduk di kursi yang baru saja ditinggalkan perempuan itu.

Di depannya nampak kursi penumpang dengan tiga tempat duduk. Bangku kosong, yang baru saja ditinggalkan perempuan tadi, posisinya di tengah. Di dua kursi penumpang yang lain, sudah ditempati dua orang perempuan.

Semua mata laki laki yang bergelantungan di gang bus. sesekali memandangi kedua perempuan cantik itu. Tentunya karena kedua perempuan itu nampak “mengkilat” diantara penumpang perempuan lainnya.

Salah satunya duduk di dekat kaca jendela bus, berambut sebahu dengan T-Shirt ketat warna hitam bergambar wajah Sebastian Bach,vokalis grup Hardrock Skid Row. Di bagian bawah kakinya dibalut short pant warna putih separo di atas lutut.

Di samping perempuan berkaus metal ini, kursi tengahnya kosong. Sedangkan satu tempat duduk lainnya nampak seorang perempuan manis berkacamata dengan rok kain hitam ketat di atas lutut berpadu dengan atasan blazer warna senada.

Karena tempat duduk yang kosong berada di tengah, Trevor meminta perempuan ber-Blazer ini untuk geser ke tengah. Pikir Trevor, rasanya risih kalau dirinya harus duduk diapit dua perempuan cantik yang membiarkan paha kuning langsatnya terbuka sampai hampir setengah di atas lutut.

“ Mbak bisa minta tolong geser ke tengah “ pinta Trevor tersenyum kikuk.

Perempuan ber-Blazer itu bergeming, dengan tersenyum dia menjawab,” Mas saja yang duduk di tengah, saya di sini saja “

Perempuan ber-Blazer ini memindahkan kedua kakinya, memberikan jalan kepada Trevor. Perlahan lahan Trevor menempelkan pinggulnya di jok kursi penumpang. Dia tidak punya pilihan lain, “terpaksa” duduk diapit ketat kedua perempuan cantik di kursi penumpang yang sempit.

Walaupun bukan laki laki lugu namun Trevor juga bukan laki laki “nakal”. Situasi terjepit diantara paha mulus dara belia yang cantik itu tak pelak tetap membuat Trevor canggung dan salah tingkah.

Perempuan dengan short pant, sebutlah Darlene, yang duduk menempel di kaca jendela, sedikit menggeser pinggulnya untuk memberikan ruang pada Trevor. Sementara itu perempuan ber-blazer, sebutlah Carrie, juga menggeser kedua pahanya karena terdesak paha Trevor.

Dinginnya bus AC Ekonomi menguatkan sedapnya aroma wewangian kedua gadis itu. Indera penciuman Trevor dimanjakan oleh aroma parfum Carrie dan Darlene yang bercampur menjadi satu, perpaduan keharuman kayu cendana dan bunga melati.

Kedua perempuan itu sebelumnya tidak saling mengenal. Keduanya mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di kota Malang yang pulang ke rumah orang tuanya di Surabaya.

Trevor memulai obrolan dengan Carrie dan Darlene.

“Ngomong ngomong..nih maaf ya mbak, apa nggak kedinginan kok pakai rok dan celana pendek seperti itu mbak ?” tanya Trevor kepada Carrie dan Darlene sambil memandangi paha yang terbuka di kanan kirinya.

Darlene tersipu menjawab,” Saya sudah terbiasa Mas”

“Masa kecil saya di Toronto mas, di sana cuacanya lebih gila kalau musim dingin” sambung Carrie.

Percakapan diantara ketiganya bak gayung bersambut, seputar masalah film dan musik. Nampaknya wawasan Trevor tentang musik dan film cukup mengesankan kedua mahasiswi cantik itu. Darlene adalah penggemar musik hardrock sedangkan Carrie adalah penikmat Jazz.

Ketika bus memasuki kota Surabaya, hujan cukup lebat mengguyur. Turun dari terminal, Trevor membentangkan jaket tebalnya sebagai payung kedua gadis itu. Kedua dara itu menempel ketat ke Trevor sambil satu tangan memegang jaket Trevor yang terbentang di atas kepala.

Trevor sempat berpamitan pada awalnya. Namun di tengah hujan lebat,akhirnya Trevor tak kuasa menolak ajakan kedua gadis itu untuk naik taxi bareng.

Kebetulan rumah Trevor di kawasan jalan Ketintang Surabaya, searah dengan tujuan kedua gadis itu. Mendadak, sebelum sampai tujuan, tiba tiba Trevor minta turun di sekitar Jembatan Merah.

“ Saya turun di sini saja, saya ada kepentingan” kata Trevor sambil menyodorkan dua lembar lima puluh ribuan kepada Darlene untuk ongkos Taksi.

“ Tidak usah Mas, biar nanti saya yang bayar ongkos taksinya” jawab Carrie.

Sebelum Trevor sempat menjawab, Carrie menyuruh sopir taksi untuk segera berangkat.

Trevor berhenti karena teringat pesan BB istrinya minta dibelikan susu bayi untuk anak keduanya yang baru berumur setahun.

“ Gila…..perempuan perempuan itu cantik sekali. Sialan ..hampir saja saya lupa kalau saya sudah punya istri. Astagfirullah” pikir Trevor dalam hati.

Sesampainya di rumah menjelang Magrib, Trevor mendapati istrinya Palida sedang memasukkan baju kotor ke mesin cuci. Setelah meletakkan tas ransel dan berbasa basi dengan istri, Trevor menyahut handuk dan masuk ke kamar mandi.

Selesai membersihkan badan Trevor keluar dari kamar mandi. Sementara itu Palida menyahut kaos dan celana kotor dari tangan Trevor yang hanya mengenakan handuk .

Kedua anak Trevor yang tadinya tidur, terbangun dan memanggil manggil..Ayah..Ayah. Wajah Palida cemberut sesaat setelah memasukkan baju dan celana panjang kotor Trevor ke dalam mesin cuci.

Dengan suara datar dan santai, namun berwajah kecut, Palida bertanya,” Beli parfum baru ya Yah”

“ Nggak….memangnya ada apa?” tanya Trevor yang belum mengetahui arah pertanyaan istrinya.

“ Ini bajumu bau parfumnya anyir banget..beda dengan parfum yang biasa ayah pakai “ kata Palida sambil menuangkan deterjen ke mesin cuci.

“ Biasanya kan kalau ayah beli parfum kan ngajak mamah….mamah tahu parfum ini parfum perempuan…tumben tumbenan ayah beli parfum dengan aroma yang ada di baju ayah ini” sambung Palida ketus.

Trevor cukup bijak untuk tidak meladeni rentetan pertanyaan istrinya. Pikir Trevor, suasananya tidak tepat untuk memberikan penjelasan tentang pernak pernik kehidupan orang dewasa saat ini. Sementara pada saat yang sama, kedua anaknya terbengong melihat orang tuanya berbicara.

“ Nanti saya ceritakan” kata Trevor singkat.

Sampai menjelang tidur,pada malam hari itu Palida tidak mengajak Trevor bicara. Pertanyaan Trevor pun hanya dijawab hanya dengan “Ya” dan “Tidak”. Trevor nampaknya memahami prasangka istrinya terkait dengan parfum di bajunya itu.

Ketika Trevor bangun keesokan harinya, Palida sudah selesai sholat shubuh. Kedua anak Trevor masih lelap tertidur karena hari masih gelap. Selesai sholat shubuh Trevor menarik tangan istrinya yang akan berangkat tidur lagi.

“ Saya perlu bicara Mah” kata Trevor.

Mereka berdua beranjak menuju ruang tamu. Kemudian Trevor menceritakan bahwa bau parfum di bajunya itu disebabkan karena dirinya duduk dipepet Carrie dan Darlene. Trevor menceritakan kalau bus penuh sesak tidak ada tempat duduk, kecuali bangku ditengah tengah kedua mahasiswi itu.

Namun demikian Trevor tidak menceritakan bahwa kedua mahasiswi itu cantik ,seksi , dan tanpa sungkan memamerkan pahanya. Pun Trevor juga tidak menceritakan kalau mereka bertiga naik taksi sampai di Jembatan Merah.

Setelah mendengar keterangan Trevor, Palida masih belum puas.

“ Kebanyakan orang pakai parfum itu dengan menyemprotkannya ke baju. Artinya seharusnya memang baju kedua perempuan itu kena baju ayah sehingga baju ayah juga bau parfum, Itu masuk nalar. “ tukas Palida.

“ Nah persis seperti itu” kata Trevor yang menyangka Palida sudah cukup puas dengan penjelasannya.

Namun Palida masih mengejar dengan kecurigaannya,” Tapi kenapa celana panjang ayah juga bau parfum. Logikanya dimana Yah?”

Trevor nampak kaget dengan pertanyaan istrinya. Namun dengan sigap dia menjawab,” Ya bisa saja to Mah..salah satu perempuan itu pakai syal panjang dan tebal. Syal itu digunanakan menutupi pahanya agar tidak kelihatan oleh ayah”

“ O begitu ya…oke deh ayah. Aku percaya kok..terima kasih ayah mau jujur” kata Palida.

Pada saat menceritakan kisah di atas kepada saya melalui pesan BB, Trevor mengajukan pertanyaan kepada saya. Bagaimana seandainya saya yang berada di bus itu. Apakah saya juga akan duduk di tengah tengah perempuan itu? Atau saya akan tetap berdiri menggelantung? Saya jawab: Saya akan duduk di tengah. Bodoh sekali kalau saya tetap berdiri dalam perjalanan Malang Surabaya.

Trevor membalas lagi : Bro, Darlene wajahnya kayak Avril Lavigne. Kalau Carrie kaya Callista Flockhart.

Ditulis Rikho Kusworo 29 Maret. Selesai Jam 15.50.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun