Mohon tunggu...
Rika PramudyaAksanti
Rika PramudyaAksanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - kuliah

Saya adalah mahasiswa dari jurusan jurnalistik saya memiliki hobi menggambar dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menelusuri Komunikasi Antar Budaya dalam Tradisi Kirab Budaya di Desa Pandanan

13 Mei 2023   21:58 Diperbarui: 13 Mei 2023   22:01 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klaten adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang kaya akan tradisi budaya. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah kirab budaya. Kirab budaya merupakan sebuah upacara adat yang biasanya dilakukan pada hari-hari besar keagamaan seperti hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Upacara ini diiringi dengan penghormatan terhadap sesepuh atau tokoh masyarakat setempat.

Dukuh Pandanan, Klaten menjadi sorotan baru dalam hal komunikasi antar budaya. Hal ini terkait dengan tradisi kirab budaya yang dilakukan di desa tersebut, yang digelar pada setiap bulan Suro. Kirab budaya ini menjadi ajang unjuk kebolehan warga dalam mempertahankan kearifan lokal serta menjadi ajang bertemunya budaya-budaya yang ada di desa tersebut.

Dalam tradisi kirab budaya ini, warga desa Pandanan mengenakan pakaian adat dan membawa berbagai benda yang menjadi ciri khas budaya mereka, seperti keris, wayang, dan alat musik tradisional. Mereka kemudian berjalan kaki mengelilingi desa sambil menari dan menyanyikan lagu-lagu daerah. Acara ini tidak hanya dihadiri oleh warga desa setempat, melainkan dari berbagai luar daerah.

Di Pandanan, terdapat tradisi upacara kirab adat budaya yang diawali dengan pemukulan gong oleh Bupati Klaten. Peserta kemudian mengikuti kirab mengelilingi Dukuh Pandanan sejauh sekitar 2 kilometer dengan beragam atraksi seperti kereta kencana, kebo bule dari Keraton Surakarta, kereta kuda, gunungan apem dan hasil bumi, reog, jathilan, dan drumband.

Setiap tahunnya, arak-arakan ini menarik perhatian banyak orang yang sudah menunggu sejak pagi dengan antusiasme tinggi, meskipun terik panas matahari tak mengurangi semangat mereka. Peserta kirab diawali dengan enam ekor kerbau keturunan Kyai Slamet, dilanjutkan dengan puluhan prajurit keraton dan kereta kencana yang ditarik oleh kuda. Ketua Panitia Kirab, Sri Nugroho, menjelaskan bahwa kegiatan budaya ini sudah turun temurun dilakukan setiap tahun saat memasuki bulan Suro, sebagai wujud syukur dan napak tilas leluhur.

Namun, sayangnya akibat pandemi COVID-19, acara kirab budaya di Pandanan tidak dapat dilaksanakan sampai tahun ini, sehingga dampaknya turut dirasakan oleh pengunjung wisata di Tugu Waseso yang menurun dan ekonomi warga yang juga mengalami penurunan.

Namun, di balik keindahan tradisi ini terdapat permasalahan dalam komunikasi antar budaya. Dalam perspektif komunikasi antar budaya, setiap budaya memiliki sistem simbol, nilai, norma, dan sikap yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dapat terjadi kesalahpahaman atau konflik dalam komunikasi antar budaya jika tidak dilakukan dengan baik.

Komunikasi antar budaya dalam tradisi kirab budaya di Desa Pandanan Klaten dapat dijelaskan melalui teori komunikasi antar budaya. Teori ini mengacu pada pertukaran informasi, nilai, dan norma-norma antara individu atau kelompok dari budaya yang berbeda. Teori ini juga mencakup interaksi antara budaya-budaya tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap masing-masing budaya.

Dalam tradisi kirab budaya di Klaten, terdapat perbedaan sistem simbol, nilai, dan norma yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi antar budaya. Misalnya, terdapat perbedaan dalam makna dari pakaian adat yang dikenakan pada upacara tersebut. Selain itu, terdapat perbedaan dalam bahasa dan ekspresi tubuh yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi antar budaya. kesalahpahaman dalam hal komunikasi antar budaya dapat dihindari dengan melakukan komunikasi yang efektif. Salah satu teori komunikasi antar budaya yang dapat digunakan dalam hal ini adalah teori interaksi simbolik. Teori ini menyatakan bahwa manusia memahami dunia melalui interpretasi terhadap simbol-simbol yang ada di dalamnya. Dalam konteks ini, simbol-simbol tersebut dapat berupa bahasa, gerakan tubuh, atau pakaian adat.

Dalam konteks tradisi kirab budaya di Klaten, teori interaksi simbolik dapat diterapkan dengan mengenali simbol-simbol yang ada dalam budaya tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan atau melakukan observasi terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi tersebut. Dengan demikian, kesalahpahaman dalam komunikasi antar budaya dapat dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun