Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ghosting dan Profesionalisme di Dunia Kerja

13 Oktober 2020   12:03 Diperbarui: 14 Oktober 2020   08:37 2712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tenggat waktu menyelesaikan pekerjaan. (sumber: shutterstock)

Saya pernah berkecimpung di dalam dunia korporasi yang dipenuhi dengan orang-orang yang "ajaib". Para pekerja lepas yang berhubungan dengan buku saya yang saya temui selama empat tahun ini membuktikan bahwa di atas "ajaib" masih ada "lebih ajaib". 

Saya sampai geleng-geleng kepala, sangat heran dengan cara para pekerja lepas itu memperlakukan klien mereka.

Jika saya ghosting klien saya, maka bisa dipastikan usaha saya sudah bubar dari kapan tahun. Usaha pembuatan furnitur pada intinya adalah usaha jasa yang berlandaskan kepercayaan dan relasi jangka panjang. 

Ada banyak pengusaha seperti saya, jadi bagaimana supaya saya memiliki keunggulan dibandingkan yang lain? Salah satu caranya adalah dengan menjaga kepercayaan itu, dan tidak pernah ghosting apa pun alasannya.

Saya tahu kebanyakan pekerja ghosting karena mereka belum selesai mengerjakan pekerjaan mereka. Mereka tidak siap men-deliver hasil, mereka tidak sanggup memenuhi target, dan timeline mereka kedodoran sangat jauh dari deadline yang ditetapkan klien. 

Dalam kondisi amburadul seperti itu, banyak pekerja yang memilih ghosting dan nyuekin klien mereka yang kelimpungan setengah mati.

Parahnya, ketika klien sudah hampir menyerah dan mau memindahkan pekerjaan ke pihak lain daripada makan hati terus, tiba-tiba mereka muncul lagi dengan seribu satu alasan. 

Tidak ada kuota internetlah (hari gini?), orang tua sakit di kampunglah (memangnya tidak bisa memberitahu secara baik-baik kepada klien?), dan sejuta peristiwa yang mungkin saja tidak pernah terjadi untuk membenarkan keterlambatan mereka dan ketidakmampuan mereka memenuhi deadline.

Saya sering gemas dengan para pekerja seperti ini. Apakah kita berada di dalam dunia kerja yang berisi anak-anak remaja dengan emosi dan citra diri yang labil? 'Kan tidak. 

Para pekerja yang saya kenal adalah orang-orang dewasa yang sudah ditempa di sekolah tinggi dan bekerja dalam jangka waktu lama di bidangnya masing-masing. Jadi mengapa banyak orang yang memilih "menghilang" daripada memberikan alasan dengan profesional dan bertanggung jawab atas kekurangan mereka?

Kalau memang tidak bisa mengerjakan tugas karena sedang sakit atau merawat orang yang sakit, beri tahu. Kita semua manusia yang tahu bahwa tidak semuanya berjalan mulus setiap hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun