Mohon tunggu...
Rihad Wiranto
Rihad Wiranto Mohon Tunggu... Penulis - Saya penulis buku dan penulis konten media online dan cetak, youtuber, dan bisnis online.

Saat ini menjadi penulis buku dan konten media baik online maupun cetak. Berpengalaman sebagai wartawan di beberapa media seperti Warta Ekonomi, Tempo, Gatra, Jurnal Nasional, dan Cek and Ricek.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Medsos Seharusnya untuk Berbagi Gagasan Atasi Banjir

4 Januari 2020   11:11 Diperbarui: 4 Januari 2020   11:13 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak banjir (kompas.com)

Air hujan hingga 377 mm yang terjadi di Jakarta khususnya di Halim menjadi rekor terderas. Secara umum di Jakarta curah hujan di atas 300 mm tergolong ekstrim. Banjir cukup mengagetkan karena sudah beberapa tahun terakhir banjir tidak separah ini. Akibatnya ada yang biasanya tak banjir kali ini kebagian limpahan air.  

Kejadian ini disambut ramai oleh netizen. Sayangnya sebagian mereka menggunakan banjir sebagai komoditas politik untuk mengecam dan mencela gubernur sekarang maupun sebelumnya. Padahal yang seharusnya dikedepankan adalah mencari solusi. Syukurlah tidak semua netizen berlaku demikian. Pada beberapa grup WA yang saya ikuti tidak semua berbicara yang tidak perlu. Banyak yang berbagi kebaikan bukan caci maki. 

Beberapa orang menampilkan berita para relawan yang bekerja keras menolong korban. Mereka  nasi bungkus, alat pembersih, dan sebagainya. Seorang teman dan rekan setimnya menyebarkan semangat juangnya untuk membantu korban menggunakan kendaraan sendiri. Tampak semangat. Luar biasa.

Saya juga mendapati diskusi tentang pengelolaan sampah. Bagus dan inspiratif. Seorang fotografer pernah meliput sebuah pengelolaan sampah di Surabaya dan diceritakan dalam grup WA. "Aku pernah lihat di daerah Surabaya ada yang buat tong2 gede di modif tengahnya di kasih paralon kemudian di paling bawah ada 'pintunya' sebagai cara membuat kompos," kata fotografer wanita ini.

Teman yang tinggal di Bumi Serpong Damai, bercerita pengelolaan sampah diserahkan kepada swasta. Satu rumah iurannya Rp 50 ribu. Truk sampah datang per dua hari sekali. Kalau Bintaro Jaya malah sampah dikelola pengembang. "Setiap bayar iuran bulanan dikasih plastik sampah utk sebulan," kata teman saya. 

Teman lagi di Depok bercerita tentang pelaksanaan bank sampah di perumahannya. Sudah beberapa tahun terakhir dilaksanakan program bank sampah dan ternyata bisa berhasil dilaksanakan sampai sekarang. Jadi kebiasaan untuk reduce, reuse, dan recycle perlu dikembangkan di seluruh perumahan. 

Bencana seperti banjir ini harus disikapi dengan bijaksana. Grup medsos bisa menyumbang tukar pendapat dan inisiatif untuk menghadapi bencana, bukan malah menggunakannya untuk saling menyalahkan. 

Pada prinsipnya, makhluk hidup termasuk manusia akan selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan alam termasuk jenis bencana yang berubah-ubah. Hujan yang lebih lebat mungkin akan terjadi lagi. Kitalah yang harus siap menghadapi perubahan alam. Hujan yang semakin lebat tak bisa disalahkan. Justru kita yang harus siap menghadapi tantangan alam ini.  Diperlukan ide dan gagasan baru yang bertujuan untuk menghadapi tantangan yang lebih berat di masa datang. 

Sekian dulu dari saya Rihad Wiranto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun