Mohon tunggu...
Rifqi Rohganda
Rifqi Rohganda Mohon Tunggu... Graduate Nusantara Business Institute Majoring In Communication Science of Broadcasting Study Program

Author's hobby • As a nation rich in culture and tradition I believe that cultural literacy plays an important role in strengthening national identity.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rendah Hati Bukan Rendah Diri

27 September 2025   18:19 Diperbarui: 27 September 2025   18:22 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Alexander The Great sumber by Pinterest

            

Artikel Ini Mengandung Sisi Nilai Sejarah Dunia

            Rendah hati bukanlah sifat pertama yang terlintas dalam pikiran ketika membayangkan orang-orang luar biasa sepanjang sejarah. Para pemimpin legendaris mulai dari Julius Caesar, Alexander Agung, Napoleon Bonaparte, Jendral MacArthur, dan sebagaiannya tidak dikenal sebagai orang-orang yang rendah hati. Bahkan kemenangan-kemenangan yang mereka capai seringnya tidak berhubungan dengan sifat rendah hati. Untungnya sejarah tetap penuh dengan contoh-contoh pemimpin dan orang-orang luar biasa yang memiliki kerendahan hati. Sifat rendah hati mereka bahna bisa memengaruhi jalannya peristiwa-peristiwa kemanusiaan. Mengingat saat ini dunia terus berubah dengan cepat serta tidak dapat diprediksi, kerendahaan hati menjadi kualitas yang diperlukan bagi orang-orang luar biasa untuk berhasil dalam hidupnya.

          Seringkali kerendahan hati ditafsirkan berbeda sehingga banyak orang menganggap bahwa rendah hati bukanlah sifat yang seharusnya dimiliki orang-orang luar biasa di dunia. Sifat rendah hati kerap disamakan dengan lemah lembut, sopan, dan penurut, lambat bertindak, takut-takut, bahkan pengecut. Padahal kerendahan hati lebih kompleks dari pada anggapan tersebut. Kerendahan hati tidak berkaitan dengan bias seseorang dalam bertindak. Sebaliknya kerendahan hati itu adalah tentang bagaimana seseorang memandang dunia dan khususnya bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain, dan dengan keadaan-keadaan di sekitarnya. Orang yang rendah hati pertama-pertama memikirkan faktor-faktor lingkungan di sekitarnya baik orang lain, situasi atau peristiwa atau hal-hal yang lebih besar. Kerendahan hati yang sejati ditandai dengan sejauh mana pengambilan keputusan dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar dirinya.

         Berpikir melampaui diri sendiri dengan memahami lebih dalam tentang apa yang dimaksud dengan kerendahan hati dan yang lebih penting apa yang bukan kerendahan hati akan lebih mudah untuk memahami mengapa kualitas ini sangat penting bagi kita agar bisa stand out from the crowd. Jendral Angkatan Darat Amerika Serikat yaitu Robert Brown dan Kolonel Robert Taradash pernah mengatakan dalam pidatonya bahwa kerendahan hati yang diterapkan di semua tingkatan adalah memastikan kemenangan bagi sekutu saat mengalahkan tentara Jerman pada tahun 1944. Saat itu di Normandia, pasukan amfibi sekutu mendarat di pantai yang salah hingga terjadi kekacauan. Namun di tengah kekacuan tersebut, Jendral Dwight D. Eisenhower yang dikenal rendah hati mampu memimpin dengan menjaga dan mengoperasionalkan pasukannya. Di sisi lain, pasukan Adolf Hitler yang terbilang lebih lengkap dan lebih terorganisir malah jadi lumpuh menghadapi invasi yang dilakukan sekutu pada tanggal 6 Juni 1944 dini hari. Alasannya konyol yaitu tidak ada satupun yang berani membangunkan Hitler, padalah waktu itu tanda tangannya untuk surat izin mengeluarkan cadangan tank lapis baja sangat dibutuhkan. 

         Kala itu, Jendral Eisenhower dengan rendah hati rela mengorbankan kendali, wewenang, dan bahkan harga dirinya dengan memberdayakan dan mempercayai para prajurit bawahannya untuk mengambil keputusan mandiri dan bertindak secara indenpenden. Sebaliknya Hitler yang tinggi hati dan termakan keangkuhan jurtu menghambat kemampuan pasukannya untuk menghalau invasi. Hitler senantiasa menuntut agar ia secara pribadi terlibat dalam pengambilan keputusan taktis.

*dislclaimer : konsep konten penulisan ini bertujuan untuk menciptakan budaya literasi yang sudah diringkas sedemikan rupa oleh penulis melalui berbagai sumber buku yang aktual.. terimakasih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun