Mohon tunggu...
rifky galvaleri
rifky galvaleri Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswa

mahasiswa yang pengen jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Film

Review "Parasite", Oscarnya Asia (Part 4)

10 Maret 2020   21:44 Diperbarui: 10 Maret 2020   22:07 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Memainkan Imajinasi Penonton
Film dengan narasi brilian ini akan jadi film yang buruk, jika bukan karena sinematografi yang maksimal, indera pengarah yang kuat, dan yang paling penting, dialog yang memancing pesan dan filosofi yang mencerminkan realitas brutal kelas di masyarakat kita.

Di awal, banyak momen komedi situasional, lewat ekspresi atau perilaku. Namun, bukan komedi yang bikin kalian akan ngakak karena dialog receh, tapi komedi yang bikin kalian nyadar, bahwa itu pernah kalian alami atau pernah terjadi di kehidupan kalian.

Menuju setengah film, unsur horor akan bikin komedi itu perlahan habis. Bukan horor hantu atau sosok pembunuh yang mengintai. Horor yang diciptakan Joon-ho bisa dirasakan lewat manusia dalam film Parasite.

Hingga, ke momen klimaks yang benar-benar membungkam ketawa penonton. Joon-ho bisa memainkan imajinasi penonton soal kejadian selanjutnya, dari kemungkinan terburuk yang biasa ada di film thriller, sampai hal-hal yang tak terduga.

Hanya lewat tata kamera dan desain produksi, film Parasite tampilkan intrik yang intens, meski scoringnya standar. Lewat film ini, Bong Joon-ho layak menang di Academy Award.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun