Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diskon yang Hebat? Be SMART dong

5 Januari 2013   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:28 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat yang tepat
Mendapat manfaat
Anda menjadi hemat
karena Rajin melihat
dan Tidurpun jadi nikmat

Itulah diskon yang hebat
(Rifki Feriandi)

Barang diskon memang tepat untuk diburu, baik oleh bapak-bapak terutama oleh ibu-ibu. Menarik, mengundang, mengasyikan dan menguntungkan. Diskon akan menjadi sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik oleh kita sebagai konsumennya. Di sinilah dibutuhkan sebuah “kecerdasaran” seorang konsumen. Cerdas = SMART. Dengan cerdas mengelolanya, sebuah diskon akan menjadi sesuatu yang hebat.

Lima kunci yang penulis temukan dari pengalaman selama ini dalam mencapai diskon yang hebat itu, baik sewaktu bujangan (yang tentunya sadar diskon) sampai dengan sudah berpenghasilan (dengan perasaan berdiskon yang tidak lagi sensitif).

Pertama yaitu Saat yang tepat, yaitu mendapatkan diskon terhadap barang atau jasa yang memang sedang kita butuhkan – baik pada saat itu atau untuk saat-saat dalam waktu berdekatan. Dengan kunci ini, konsumen akan lebih terfokus sehingga tidak mudah tergiur barang diskon yang tidak dibutuhkan. Saat butuh minyak goreng lalu ada yang didiskon, itulah saat yang tepat. Susu bayi sedang didiskon, tapi di rumah masih ada satu dua dus, ya itu juga saat yang tepat karena toh susu itu dibutuhkan dalam waktu berdekatan. Sementara mainan pasir buat anak yang sedang didiskon belum perlu lah dibeli jika acara ke pantai nya masih dalam angan-angan.

Belilah produk diskon yang Memberi manfaat. Perlu diingat bahwa tidak semua diskon membawa manfaat.. Membeli barang-barang karena impulsif melihat besarnya harga diskon cenderung tidak bermanfaat. Coba kita lihat dan pelajari, berapa banyak barang-barang diskon yang dibeli teronggok di sudut lemari tanpa disentuh jemari si bibi sama sekali. Penulis pernah membeli scarf / syall tebal sewaktu di Australia karena sedang didiskon gila-gilaan. Sesampainya di Jakarta, dari sejak beli sampai sekarang belum sekalipun scarf itu dipakai, karena memang sebuah scarf tebal tidaklah terlalu bermanfaat untuk daerah tropis – kecuali jika kita sedang demam hebat. Di sini pula pentingnya tegas terhadap perasaan sendiri, dan kukuh untuk hanya membeli dari daftar apa-apa yang sedang dibutuhkan. Bolehlah sedikit impulsif, tapi hanya terhadap barang yang benar-benar bermanfaat seperti buku.

Lalu apa jadinya sebuah diskon jika sebagai konsumen Anda justru tidak berhemat. Bukankah diskon adalah potongan harga, yang berarti harga lebih murah atau lebih hemat? Di mana letak hematnya jika Anda membeli barang, lalu karena ada ada voucher diskon lagi dan lagi dan lagi, sehingga keluar uang lagi terus untuk membeli produk diskon lainnya. Penulis mengakui kesalahan sendiri ketika terbawa bujuk rayu diskon voucher sekian puluh ribu untuk pembelian sekian ratus ribu sehingga setelah selesai memberi barang diskon yang dibutuhkan, lalu berusaha mencari barang-barang lain – yang dipaksa untuk dirasakan dibutuhkan – hanya untuk menghabiskan tiga empat lembar voucher yang baru didapat. Target uang yang dikeluarkan hari itu akan mudah terlewati. Mau berhemat malah menjadi boros.

Diskon identik dengan trik? Penipuan atau pembohongan publik? Positif thinking saja lah. Imbangilah dengan Rajin melihat harga. Penulis membeli buku novel tebal seharga lima puluh ribu setelah jelas-jelas harga yang sering penulis lihat adalah di atas 150 ribu. Coklat keren buat oleh-oleh penulis beli beberapa biji setelah kaget karena harganya lebih rendah dari harga yang biasanya penulis lihat, baik di gerai itu maupun digera-gerai pesaing. Diskon besar sebuah produk jasa perhotelan yang menjamur lewat internet pun akan bisa dinikmati jika kita rajin melihat: harga, perincian harga dan fasilitas, apa yang termasuk dalam harga itu dan apa pula biaya-biaya tambahan lain yang akan muncul nantinya. Rajin-rajin juga melihat harga pasaran, dan hindari asumsi. Teliti dan jeli terhadap “syarat dan ketentuan berlaku”, termasuk simbol * yang muncul.

Sebuah diskon akan menjadi hebat jika malamnya kita bisa tidur dengan nikmat. “Alhamdulillah, bisa mendapat hotel buat liburan dengan harga 50% dan check out tanpa biaya-biaya aneh lainnya”, “Ah lega, si Kecil bisa minum susu cukup banyak nih, dengan harga hemat”. Apa artinya diskon jika kita gundah dan gelisah, diselimuti penyesalan telah membeli barang ini dan itu. “Wah ternyata voucher diskonnya bukan 50%, cuman 10% deh. Harga di tempatnya gerai lain gak 150 ribu, tapi 100 ribu”. Cepat tanggaplah. Kembalikan barang jika kita menyadari kekeliruan. Jika tidak ada fasilitas pengembalian barang atau jika hal itu sudah terjadi, coba ikhlaskan saja dan terima kesalahan itu sebagai sebuah pelajaran.

Nikmatilah hidup ini. Nikmatilah diskon ini. Namun ….

Makan ketupat pake kedondong. Be SMART dong.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun