Mohon tunggu...
Rifki Al Shahib
Rifki Al Shahib Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 4 Samarinda

Pendidikan dan Keuangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurangnya Sikap Menghargai Guru di Sekolah

15 Oktober 2022   10:39 Diperbarui: 15 Oktober 2022   10:48 2571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah adalah rumah kedua bagi guru dan siswa, dimana guru berperan sebagai orang tua, dan siswa berperan sebagai anak. Hubungan antara guru dan siswa sebenarnya sangat unik dan seru untuk dibahas, karena guru biasanya bertemu dengan banyak siswa dengan berbagai macam karkater, begitupun siswa bertemu dengan guru yang memiliki karakter yang berbeda - beda. Meskipun banyak bertemu dengan berbagai macam jenis siswa, rupanya guru menyimpan beberapa nama disetiap kelas yang diajar sebagai murid kesayangannya. Meskipun sebenarnya guru juga mendapatkan perilaku yang buruk dari siswanya karena siswa disekolah masih belum maksimal dalam menghargai keberadaan guru. Topik ini sangat menarik untuk dibahas untuk menyadarkan siswa atau biasa disebut dengan kata "peserta didik" bahwa, betapa pentingnya menghargai guru di sekolah.

"tak kenal maka tak sayang". ada dua tipe murid yang sangat mudah untuk dikenal oleh guru, yaitu si Murid nakal dan si murid responsif. nakal yang dimaksud bukan berarti peserta didik melakukan kenakalan remaja, nakal seperti yang disebutkan adalah peserta didik yang tidak memperhatikan gurunya dengan berbicara dan bercanda bersama teman, tertawa nyaring, bahkan bermain hapenya dikelas pada saat guru sedang berbicara di depan kelas, sedangkan murid responsif adalah kebalikannya, yaitu murid yang aktif mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran termasuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, serta murid yang memiliki kepribadian yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Mendidik peserta didik sebagai tugas utama guru bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, kecakapan dalam berbicara menyampaikan ilmu pengetahuan didepan peserta didik bukanlah sebuah modal utama dalam mendidik, akan tetapi guru juga harus mampu untuk memahami karakter peserta didik agar terciptanya hubungan yang baik antara guru dan peserta didik. Setidaknya terdapat 20 - 30 peserta didik dengan karakter berbeda yang dihadapi oleh guru di kelas. Banyak sekali tantangan yang dihadapi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan karakter yang berbeda - beda, salah satu tantangannya adalah ketika menghadapi peserta didik yang tidak memperhatikan gurunya dengan berbicara dan bercanda bersama teman, tertawa nyaring, bahkan tidak sedikit pula yang bermain hapenya dikelas pada saat guru sedang berbicara di depan kelas. Padahal aslinya peserta didik kita adalah anak yang baik dirumah, anak yang penurut, rajin membantu orang tua, patuh terhadap nasihat orang tua, dan menghormati orang tuanya. Lantas mengapa perilaku tersebut berubah ketika sampai di sekolah ? Apakah guru perlu melayangkan tamparan keras di pipi peserta didik agar ia sadar dengan dalih yang ditampar itu adalah setan yang ada di dirinya? Apa yang salah ? Atau mungkinkah gurunya yang tidak tidak bisa menguasai kelas ? Perlu adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, karena harga diri seorang guru dipertaruhkan di dalam kelas.

Mengapa orang berbondong - bondong datang ke acara keagamaan untuk mendengarkan ceramah agama ? Karena mereka membutuhkannya. Para jemaah akan mendengarkan dan mengikuti kegiatan secara khusyuk agar ilmu nya bisa diserap oleh diri. Namun kebalikannya, peserta didik dengan perilaku "nakal" tidak seperti itu, dan membawa kepada sebuah pernyataan bahwa mereka sebenarnya tidak membutuhkan ilmu dari guru karena sikapnya. Jika kamu tidak tertarik terhadap suatu pelajaran atau tidak suka dengan gurunya, maka diam saja dan jangan mengganggu guru dalam menjalankan amanahnya. Lagipula, Tidak sah rasanya guru harus memaksa peserta didik menyukai apa yang tidak disukainya. Tidak bijak bagi seorang guru yang melakukan ancaman kepada peserta didik untuk menyukai pelajaran yang tidak disukainya.

Semua kembali kepada kesadaran masing - masing. Peserta didik tidak harus dipaksa untuk menghargai guru. Sikap menghargai datang karena kesadaran diri, sadar bahwa guru adalah orang tua kedua mu disekolah, maka perlakukanlah guru tersebut seperti kamu memperlakukan orang tua mu dirumah. Sebenarnya guru punya kekuatan dan kuasa penuh atas peserta didik, guru bisa saja menulis angka 100 atau 20 kepada peserta didik, guru bisa mengeluarkan peserta didik dari kelas, bahkan guru juga bisa membuat peserta didik tidak dapat naik ke tingkat selanjutnya. Guru sebagai orang tua bisa melakukan apa saja terhadap peserta didik, namun sayang yang berlebihan terhadap peserta didiknya membuatnya berat untuk melakukan hal tersebut, sehingga lahirlah generasi - generasi bobrok berikutnya.

Pesan dan harapan untuk guru

Guru juga sebaiknya melakukan introspeksi diri. Boleh jadi terjadinya hal - hal yang tidak menyenangkan yang diberikan oleh siswa adalah cerminan bahwa guru tersebut "kurang"  dalam menguasai kelas. Guru sebagai penanggung jawab atas semua kegiatan di kelas harus bisa menciptakan kondisi dan suasana nyaman bagi seluruh siswa, lakukan pendekatan pendekatan yang humanis agar tercipta hubungan yang baik antara kedua belah pihak. Guru juga manusia, tidak pernah luput dari kesalahan, jangan malu untuk berkonsultasi dengan guru lain terkait tips dan trik dalam mengajar di kelas. Lakukan evaluasi setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan lakukan tindak lanjut jika terjadi kesalahan atau kekurangan selama proses pembelajaran belangsung. Menjadi guru yang sekaligus menjadi kunci lahirnya generasi - generasi hebat memang tidak mudah, tanggung jawab sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara adalah hal yang mulia yang melekat pada diri guru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun