Mohon tunggu...
Rifki Al Shahib
Rifki Al Shahib Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 4 Samarinda

Pendidikan dan Keuangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Iuran Uang Kas Kelas: Praktik Wajar yang Menciptakan Budaya Utang Sejak Bangku Sekolah

28 September 2022   22:51 Diperbarui: 30 September 2022   20:57 11000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kita semua sepakat bahwa sekolah adalah tempat terbaik untuk meningkatkan kualitas diri setelah lingkungan keluarga. Di sekolah, siswa medapatkan pendidikan dan dipersiapkan untuk bisa hidup dengan baik ditengah masyarakat. Berbagai ilmu serta bekal seperti kejujuran, percaya diri dan berbagai macam kebiasaan baik di sekolah diajarkan untuk diadopsi siswa agar menciptakan lulusan yang berakhlak mulia. Namun, meskipun begitu, ada juga terdapat kebiasaan buruk yang dianggap wajar dan masih dipraktekkan sampai saat ini, yaitu praktik iuran kas kelas.

Praktik iuran kas kelas terjadi di banyak lembaga pendidikan seperti SD, SMP, SMA, bahkan di bangku Universitas. Iuran wajib ini jumlahnya macam - macam, ada yang 5 ribu perminggu, 10 ribu perminggu, bahkan 20 ribu perbulan. Entah pada tahun kapan praktik ini mulai dilaksanakan, keberadaan iuran uang kas terasa seperti lintah darat, yang semakin lama semakin besar beban yang harus ditanggung. Memangnya apakah tujuan dari uang kas itu sendiri ? banyak yang bilang untuk keperluan kelas seperti pengadaan sapu, sekop, spidol,  penghapus dll, dan yang paling lucu serta menggelitik perut yang lapar ini adalah iuran kas kelas diadakan untuk mengajarkan siswa memiliki rasa kepedulian bagi sesama seperti menjenguk teman yang sakit, membantu korban banjir, serta kebakaran. Padahal penagihan iuran kas kelas pada umumnya dilakukan secara tidak manusiawi dan diberikan secara terpaksa oleh pemilik uang yang disebabkan keterbatasan ekonomi, bukankah itu jatuhnya menjadi tidak ikhlas? Hal ini menimbulkan stigma miring terhadap bendahara itu sendiri. Banyak sebutan miring yang ditujukan kepada bendahara kelas seperti rentenir serta premannya preman kelas. Pengadaan perlengkapan kelas seperti sapu, sekop, spidol,  penghapus dll  sudah menjadi tanggung jawab sekolah melalui staff penyediaan barang, jadi siswa tidak perlu lagi membeli hal hal seperti itu, tinggal datang dan minta saja, pasti akan dilayani jika tersedia. Lagipula, kebutuhan perlengkapan kelas juga bukan kebutuhan rutin yang diadakan secara berulang. Jadi jika alasan pengadaan uang kas untuk perlengkapan kelas, mungkin rasanya tidak perlu diadakan.

Tanpa kita sadari, iuran kas kelas membiasakan anak untuk berhutang dan lari dari tanggung jawabnya. Hal ini didasari pada praktek yang terjadi didalam lingkungan sekolah itu sendiri, dimana bendahara yang menganggap bahwa iuran kas kelas adalah kewajiban bagi seluruh anggota kelas. Bagi siswa yang tidak mau membayar, mereka akan kabur ketika bendahara sibuk berkeliling menagih siswa lain. Sayangnya praktek ini juga didukung oleh walikelasnya, bahkan walikelas pun turut ikut campur dalam praktek iuran kas kelas, yaitu menyimpan uang kas dengan dalih agar aman dari kehilangan, dengan kata lain, mereka tidak menaruh kepercayaan kepada siswanya untuk mengelola uang hasil iuran (lantas untuk apa menunjuk bendahara).

Penarikan iuran dilakukan secara rutin namun pelaporannya hampir tidak pernah atau jarang dipublikasikan kepada seluruh anggota kelas, hal ini disebabkan kebanyakan bendahara kelas tidak pernah diajarkan bagaimana caranya membuat laporan keuangan. Jika kita membuka buku catatan  bendahara, bisa dipastikan isinya hanya nama nama anggota kelas dan tabel tabel untuk menandakan orang tersebut sudah membayar atau belum membayar.  Tidak ada catatan pemasukan uang perminggu atau perbulan dan tidak ada juga catatan pengeluaran, hal ini sangat mudah terjadi penyelewengan dana yang dilakukan oleh bendahara maupun guru itu sendiri.

Praktik iuran kas kelas hampir tidak ada manfaatnya selain mengumpulkan uang secara cuma - cuma atau memanfaatkannya untuk rekreasi kelas diakhir tahun pembelajaran. Meskipun tanpa diadakannya iuran rutin kas, para siswa masih bisa mengikuti rekreasi kelas, yaitu hanya menyiapkan uang transportasi, tiket masuk serta makan selama diperjalanan. Itu akan jauh lebih hemat dan lebih sehat dibanding pengadaan iuran kas kelas.

Praktik iuran kas kelas yang terjadi saat ini sangat tidak sesuai dengan tujuan awal sekolah yang menciptakan lulusan berakhlak mulia yang mampu hidup ditengah masyarakat, justru malah menciptakan pribadi dengan potensi melakukan tindak korupsi.Perlukah praktik pengumpulan iuran uang kas secara rutin diteruskan demi mempertahankan budaya buruk yang sudah  menjadi kewajaran dalam dunia pendidikan kita ? tidak ada yang tau selama tidak ada yang peduli dengan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun