Mohon tunggu...
Rifaa Rabbani
Rifaa Rabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi

available

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tampah: Jejak sejarah, Nilai Budaya dan Komunikasi Antar Budaya dalam Alat Dapur Tradisional

12 November 2023   23:25 Diperbarui: 12 November 2023   23:27 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar milik pribadi

Museum Sribaduga merupakan tempat penyimpanan peninggalan-peninggalan budaya bersejarah yang berdiri pada tahun 1974. Museum ini terletak di Jalan BKR, Kota Bandung. Pada tahun 1980, museum diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr Daud Yusuf dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Barat. Namun, di tahun 1990 museum ini merubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. Dimana Sri Baduga sendiri ialah nama seorang Raja Agung di Jawa Barat.

Museum Sri Baduga Bandung adalah salah satu museum terkenal di Jawa Barat. Museum ini memiliki koleksi yang sangat beragam, mulai dari perkakas, pakaian adat, permainan, alat musik tradisional maupun alat dapur yang digunakan tempo dulu. Koleksi yang disimpan di museum Sribaduga memiliki nilai sejarah dan nilai seni yang tinggi. Dalam artikel ini, kita akan memahami lebih lanjut tentang sejarah dan keberagaman budaya Jawa Barat melalui koleksi alat dapur tradisionalnya. Kita dapat mengetahui tentang peran salah satu alat dapur tradisional dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Seiring berjalanya waktu, kita terus mengikuti perkembangan teknologi yang sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak perubahan yang terjadi dari zaman dahulu hingga sekarang. Saat ini, alat-alat semakin canggih dan modern sehingga kita dapat melakukan aktivitas dengan mudah. Kita dapat melakukan aktivitas serba instan. Namun, tetap ada objek-objek sederhana yang mempunyai nilai sejarah dan akan diingat karena Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang beragam dan unik. Salah satunya adalah Tampah. Mengapa Tampah menjadi suatu alat yang bersejarah dan mempunyai peran budaya?

Tampah atau yang lebih dikenal dengan nama nyiru adalah salah satu peralatan rumah tangga tradisional yang berasal dari Jawa Barat yang berupa wadah. Sejarah tampah berasal dari zaman kerajaan Mataram Kuno, saat itu tampah digunakan sebagai peralatan makan kerajaan dan adat istiadat Jawa. Tampah terbuat dari anyaman bambu atau rotan yang membentuk sebuah wadah bundar atau datar dengan pegangan di sampingnya. Bahan-bahan tersebut dipilih karena tahan lama dan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Tampah merupakan salah satu simbol kearifan lokal dan keindahan budaya Jawa Barat. Dalam kehidupan sehari-hari, tampah digunakan untuk menyajikan makanan, menyimpan barang-barang kecil, atau bahkan sebagai hiasan rumah. Selain itu, tampah juga memiliki makna simbolis dalam adat istiadat Jawa Barat. Dalam beberapa acara adat seperti pernikahan atau upacara tradisional, tampah sering digunakan sebagai alat pelengkap. Seiring berjalannya waktu, tampah telah mengalami perkembangan dari segi desain dan material. Sekarang, ada banyak variasi tampah yang terbuat dari bahan yang lebih modern seperti plastik, rotan sintetis, atau anyaman serat alami lainnya.

Tampah atau nyiru asal Jawa Barat memiliki nilai sejarah yang tinggi. Tampah atau nyiru merupakan salah satu hasil kerajinan tangan tradisional yang telah ada sejak zaman dahulu. Wadah ini biasanya terbuat dari anyaman bambu atau rotan. Nilai sejarahnya terletak pada fungsinya sebagai wadah untuk menyimpan makanan atau barang berharga pada zaman dahulu. Tampah atau nyiru juga sering digunakan dalam upacara adat Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat menganggap wadah nyiru sebagai simbol keindahan dan kebersamaan. Selain itu, wadah nyiru juga menjadi bukti keahlian tangan para pengrajin lokal di Jawa Barat. Proses pembuatan wadah nyiru dilakukan secara manual dan membutuhkan ketelitian serta kesabaran. Hal ini juga mencerminkan nilai kebersamaan dan kearifan lokal dalam menjaga tradisi dan membuat kerajinan tangan yang bernilai. Bagi warga Jawa Barat, Nyiru biasanya digunakan untuk menjemur makanan dan menyajikan makanan.

Nyiru terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk bulat. Di Desa Jahiang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, menjadi sentra pembuatan nyiru (alat untuk menapi/menjemur). Konon, nyiru bambu adalah seni anyaman tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Sejarahnya dapat dilacak kembali ke zaman kerajaan Sunda pada abad ke-14. Keterampilan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan merupakan bagian penting dari budaya Jawa Barat. Anyaman nyiru memiliki fungsi sosial yang kuat dalam masyarakat. Proses pembuatan anyaman nyiru sering kali melibatkan banyak orang, yang bekerja bersama-sama dan saling berinteraksi. Hal ini menciptakan rasa kebersamaan, meningkatkan solidaritas, dan mempererat hubungan sosial antara anggota masyarakat.

Nilai budaya anyaman nyiru memiliki relevansi yang sangat penting dengan nilai masa kini. Anyaman nyiru merupakan warisan budaya dari masyarakat Indonesia, khususnya suku Sunda, Jawa Barat. Nilai-nilai budaya yang tertanam dalam proses anyaman nyiru mempunyai makna yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, anyaman nyiru mengandung nilai kelestarian lingkungan. Bahan baku anyaman nyiru biasanya berasal dari bambu yang merupakan bahan alami dan dapat terbarukan. Ini memberikan inspirasi dan mengingatkan kita untuk menjaga lingkungan alam sekitar dan menggunakan sumber daya secara bijak. Kedua, nilai kreativitas dan keterampilan juga terkandung dalam anyaman nyiru. Proses anyaman yang membutuhkan ketelitian dan keterampilan dapat mengembangkan kreativitas seseorang serta meningkatkan keahlian tangan. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai masa kini seperti inovasi, kemampuan adaptasi, dan pengembangan diri. Dengan demikian, nilai budaya anyaman nyiru memiliki relevansi yang kuat dengan nilai masa kini. Melalui penerapan nilai-nilai budaya anyaman nyiru, kita dapat memperkaya kehidupan kita dengan nilai-nilai lingkungan, kreativitas, dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dan nilai-nilai masa kini.

Sebagai kesimpulan, nyiru atau tampah merupakan alat rumah tradisional yang perlu dijaga kelestariannya, karena selain dari segi penggunaannya, tampah atau nyiru memiliki filosofi yang bagus yaitu kebersamaan dan solidaritas karena dalam proses produksinya pun anyaman nyiru yang melibatkan banyak orang yang saling bekerja sama. Penting bagi generasi muda untuk melestarikan dan menghargai nyiru atau tampah sebagai warisan budaya Indonesia.

https://budaya-indonesia.org/nyiru Samsudin, D. (2021). Pengetahuan Generasi Milenial Sunda Perkotaan terhadap Peralatan Dapur Tradisional Sunda. SUAR BETANG, 16(2), 179-197. Cristiana, D., & Yunaningsih, A. (2020). Edukasi Alat Dapur Tradisional Untuk Pelestarian Warisan Budaya. Altasia Jurnal Pariwisata Indonesia, 2(3), 311-316.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun