Membungkam Aset Bangsa dengan Bisnis
“Mobil Proto(la)n”
Jancok...jancok....eeh Hmmm mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan “carut marutnya” kebijakan sang pemangku jabatan tertinggi negeri ini, mulai dari penerapan harga BBM yang cenderung mengikuti harga pasar dunia tanpa benar-benar memperhitungkan kepentingan nasional (kalau gak salah, kalau salah ya harap dimaklum saja dan maaf....!) sehingga masyarakat pun dibuat gusar akan naik turunnya BBM dengan interval waktu yang cukup singkat. Yahh...mungkin itu semua karena ada kebimbangan dibalik langkah seorang pimpinan akibatnya setiap program yang dijalankan pun seakan tak fokus pada pemberdayaan maupun kesejahteraan masyarakat, kartu sehat/kartu pintar juga mulai tak jelas kemana arah sasarannya hingga saat ini, karena kita sendiri pun tau akan seperti apa program ini jika dijalankan, kalau dilihat ternyata masih banyak masyarakat yang dibuat bingung dengan sinkronisasinya dua kartu tersebut dengan BPJS kesehatan sebagai salah satu program unggulan yang diusung pak presiden pilihan rakyat, walaupun santer kalau kartu sehat dan juga kartu pintar akan diperuntukan bagi masyarakat yang kurang mampu, terus sampai mana edukasinya kemasyarakat bung ?
Andaikata ini (kartu sehat dan kartu pintar) berjalan sesuai konsep yang diharapkan pemangku jabatan RI saat ini apakah sudah dipikirkan juga jaminan kebutuhan hidup masyarakat selain sehat dan pintar ? kenapa kok gak diantisipasi juga dengan menerbitkan kartu bebas makan sehari-hari atau apalah yang penting program tersebut bisa menyentuh kebutuhan dasar dari masyarakat, toh kita sakit tidak setiap hari bahkan pintar pun tidak bisa “dijamin” selain untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pendidikan formal yang layak.
Belum beresnya konflik yang mendera KPK-POLRI (Cicak Buaya jilid 2) membuat negeri ini kembali bertanya-tanya mengenai keberadaan serta status kepemimpinan dinegeri ini dikala ekspektasi tinggi terhadap penegakan hukum mulai dikoyak-koyak, dimana dan sampai mana peran pemerintah saat ini dalam menyelesaikan ketidakpastian diranah hukum yang melibatkan dua institusi tersebut, sebenarnya kita ini punya pemimpin atau enggak sih? Kok bisa-bisanya intervensi parpol bisa membuat orang yang katanya sebagian besar masyarakat mempunyi karakter kuat tiba-tiba luluh lantak dibikin “tolah-toleh” hanya untuk sebuah kepentingan negara, idealnya komunikasi politik dapat dibangun secara kooperatif dan komprehensif antara eksekutif dan legeslatif jika itu menyangkut kepentingan nasional bukannya mencari pedoman hidup kembali pada parpol tertentu.
Kembali pada pokok permasalahan, lantas entah itu benar adanya atau sekedar pembenaran belaka dalam komunikasi politik pemerintah sekedar untuk meredam berbagai tuduhan atas kekuatiran yang berkembang dimasyarakat terkait kehadirannya dalam proses kerjasama penandatanganan MOU (Memorandum of Uderstanding) yang melibatkan PT Adiperkasa Cipta Lestari milik mantan Kepala BIN Hendropriyono dengan perusahaan pabrikan mobil asal Malaysia, disinyalir kerjasama ini dilakukan untuk pengembangan mobnas (mobil nasional) di Indonesia.
Secara “tegas” pemerintah sendiri mengklarifikasi bahwa kehadirannya saat itu hanyalah sebagai undangan dan menyatakan kalau kerjasama ini bukan urusan G to G (goverment to goverment) melainkan B to B (business to business) namun apapun konteksnya posisi pemerintah telah mengidentifikasikan nilai tawar Indonesia yang lemah karena dalam kerjasama ini secara tidak langsung Indonesia mendukung penuh kerjasama ini walau melalui pihak swasta.
Secara umum Malaysia oleh sebagian masyarakat Indonesia dianggap sebagai “musuh” yang patut diwaspadai. Melihat jauh kedepan sesungguhnya potensi SDM Indonesia tidak bisa dianggap remah bahkan terlihat jauh lebih unggul apabila dibandingkan dengan negeri jiran tersebut kalau kita bicara soal penguasaan teknologi, bayangkan saja melalui tangan-tangan dan otak-otak anak bangsa sendiri Indonesia telah mampu membuat pesawat, alutsista dan kapal yang cukup disegani oleh dunia internasional. Berbagai produk otomotif khususnya kelas mobil dari era ESEMKA dkk hingga generasi mobil listrik masa depan SELO dan yang lainnya adalah bukti nyata keunggulan produk lokal apabila kita melirik “Mobil Protolan” milik tetangga sebelah.
Alasan sederhana kenapa mobil Protolan harus yang dipertimbangkan sepuluh ribu kali baik oleh pemerintah dan swasta jika ingin memajukan dan mengembangkan potensi mobil di Indonesia?
1. Secara teknologi pun kurang bisa diandalkan karena stigma masyarakat masih mendewakan teknologi pabrikan asal jepang dilevel asia.