Mohon tunggu...
Ridwan Lanya
Ridwan Lanya Mohon Tunggu... mahasiswa

Ridwan Lanya, Mahasiswa "MENULISLAH SEBELUM DITULIS"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Konsep Drama

26 September 2025   07:41 Diperbarui: 26 September 2025   07:40 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Drama, sebagai salah satu genre sastra, menempati posisi istimewa karena menyatukan dimensi sastra tulis dan seni pertunjukan. Ia bukan hanya teks yang disusun oleh pengarang, tetapi juga peristiwa hidup yang diwujudkan di panggung. Aristoteles dalam Poetika menegaskan bahwa drama adalah tiruan perbuatan manusia yang disampaikan melalui dialog dan aksi tokoh, dengan enam unsur utama: alur (plot), karakter (character), diksi (diction), pemikiran (thought), melodi (melody), dan tontonan (spectacle). Unsur-unsur inilah yang membedakan drama dari genre sastra lain seperti prosa atau puisi. Drama tidak sekadar menceritakan kehidupan, melainkan menghadirkannya secara langsung di depan penonton melalui tindakan dan percakapan.

Makna penuh sebuah drama baru tercapai ketika ia dipentaskan. Sebagai teks sastra, drama memuat dialog, monolog, dan petunjuk lakon (Nebentext) yang memberi panduan bagaimana teks harus diwujudkan. Namun, sebagai seni pertunjukan, drama menciptakan pengalaman unik karena melibatkan aspek visual, auditori, dan emosional. Setiap pementasan selalu berbeda---aktor bisa mengimprovisasi, suasana bisa berubah, dan penonton merespons dengan cara yang tidak pernah sama. Karena itu, pementasan drama adalah pengalaman yang hidup dan "sekali waktu," berbeda dengan film atau sinetron yang bisa diulang dengan hasil identik.

Dalam perkembangan teater dunia, lahir berbagai teori yang memperkaya pemahaman drama. Stanislavski mengajarkan realisme psikologis yang menuntut aktor menyelami peran secara mendalam. Brecht memperkenalkan epic theatre dengan teknik Verfremdungseffekt (efek pengasingan) agar penonton tidak larut dalam ilusi, melainkan berpikir kritis terhadap realitas sosial. Antonin Artaud menghadirkan konsep theatre of cruelty yang mengguncang emosi penonton secara ekstrem. Semua teori ini menunjukkan bahwa drama bukan sekadar hiburan, melainkan wahana pendidikan, perenungan, dan kritik sosial.

Di Indonesia, drama modern berkembang dengan akar tradisi pertunjukan rakyat seperti wayang orang, ketoprak, ludruk, dan lenong. Bentuk-bentuk tradisional ini menekankan interaksi langsung dengan penonton melalui humor, musik, maupun simbol budaya. Pada masa kolonial dan pascakemerdekaan, lahir drama modern dengan tokoh-tokoh penting seperti Sanusi Pane, Utuy T. Sontani, Arifin C. Noer, Rendra, dan Putu Wijaya. Karya-karya mereka sering menghadirkan kritik sosial dan politik, misalnya Suksesi karya Arifin C. Noer yang mengulas perebutan kekuasaan, atau Opera Kecoa karya Riantiarno yang menggambarkan kehidupan marjinal kota. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa drama Indonesia adalah arena dialog antara tradisi lokal dan modernitas global.

Fungsi drama jauh melampaui hiburan. Dalam pendidikan, drama digunakan sebagai media pembelajaran yang melatih imajinasi, kreativitas, kerja sama, dan keterampilan komunikasi siswa. Dalam psikologi, muncul konsep drama therapy yang membantu individu mengekspresikan emosi dan menyembuhkan trauma melalui peran dan simulasi. Dalam masyarakat, drama berfungsi sebagai kritik sosial yang mengangkat isu-isu kemiskinan, ketidakadilan, atau penindasan. Dengan demikian, drama adalah medium multidimensional: sastra, seni, pendidikan, sekaligus sosial.

Secara struktural, drama memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, alur, penokohan, konflik, latar, dialog, serta amanat yang membentuk bangunan cerita. Unsur ekstrinsik meliputi latar belakang sosial, budaya, politik, dan ideologi pengarang yang memengaruhi penciptaan teks. Sebagai seni pertunjukan, drama membutuhkan elemen tata rias, tata busana, tata panggung, tata cahaya, hingga tata suara untuk menciptakan pengalaman estetis yang menyeluruh. Semua unsur ini berpadu dalam sebuah pementasan, di mana aktor, sutradara, penata artistik, dan penonton sama-sama memainkan peran penting.

Jika dibandingkan dengan genre lain, drama memiliki keistimewaan tersendiri. Novel memberi ruang panjang untuk narasi yang kompleks, cerpen menekankan kepadatan simbolik, dan puisi menghadirkan ekspresi emosional yang ringkas dan intens. Drama berbeda karena bersifat dialogis dan performatif: ia baru hidup sepenuhnya di panggung. Berbeda pula dengan media lain seperti sandiwara radio, sinetron, dan film. Radio hanya mengandalkan suara tanpa visual, sinetron sering berseri panjang dengan orientasi komersial, sedangkan film mengandalkan bahasa sinematik dengan editing dan pengulangan adegan. Drama panggung tetap unik karena menghadirkan interaksi langsung antara pemain dan penonton, menciptakan emosi spontan yang tidak tergantikan.

drama dapat dipandang sebagai cermin kehidupan sekaligus ruang imajinasi. Ia menampilkan manusia dengan segala konflik, kebahagiaan, penderitaan, dan pencarian makna. Dari tragedi Yunani kuno karya Sophocles hingga drama absurd karya Beckett, dari ludruk Jawa Timur hingga Opera Kecoa, semuanya membuktikan bahwa drama adalah seni yang lintas zaman, lintas budaya, dan selalu relevan. Ia adalah teks dan sekaligus aksi, sastra dan sekaligus seni, hiburan dan sekaligus pendidikan, refleksi dan sekaligus kritik. Inilah kekayaan drama yang membuatnya tetap hidup, dipelajari, dan diapresiasi hingga hari ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun