Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sandiaga Pilihan yang Tepat Cawapres Prabowo

13 Agustus 2018   14:02 Diperbarui: 13 Agustus 2018   14:15 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TEROPONGSENAYAN.com

Terpilihnya Sandiaga sebagai cawapres Prabowo dianggap sebagai bentuk kekagetan politik di pihak oposisi. Bagaimana tidak disebut kaget, sebelumnya nama Sandi tidak masuk yang direkomendasikan GNPF ulama. Dalam amar politiknya GNPF ulama merekomendasikan Salim Segaf Al-Jufri, politisi gaek PKS, dan Ustadz Abdus Somad atau dikenal dengan sebutan UAS sebagai Cawapres Prabowo. Sayangnya UAS menolak.

Padahal Prabowo memohon-mohon dan berharap banget UAS jadi pendampingnya. Bahkan tidak cukup Prabowo, bahwa yang mendukung UAS jadi Cawapres banyak, termasuk putrinya Pak Amin Rais, Hanum Rais, yang merupakan penulis, membuat tagar #Somadeffect tidak membuat UAS luluh pindah haluan ke jalur politik, sekalipun seorang Hanum harus berderai air mata di acara ILC selasa malam lalu (7/8/2008). UAS teguh pada pendirian, lebih memilih jalur hidupnya melalui dakwah dan pendidikan sebagai pengajar. Namun demikian, UAS tidak menyurutkan semangat untuk Prabowo dengan menyarankan untuk memilih Salim Segaf Al-Jufri yang dianggapnya sebagai seniornya yang lebih layak dan pantas mendampingi Prabowo.

Apa yang disarankan UAS bisa diterima oleh Prabowo dan juga PKS, tetapi tidak bagi dua partai pengusung lainnya, PAN dan Demokrat. Kedua partai tersebut mencalonkan jagoannya masing-masing. PAN selain ketua umumnya, Zulkifli Hasan, juga ikut mendorong UAS. 

Sementara SBY dan Demokrat tanpa malu-malu berharap putra kesayangannya, Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) bisa dipilih Prabowo. Masing-masing partai tidak ada yang mau mengalah, sama mawon ingin mencalonkan kadernya masing-masing. Inilah yang mungkin membuat Prabowo jadi bimbang. Maka wajarlah dalam satu kesempatan Prabowo berucap," Kalau ada calon yang lebih baik, maka dia siap mundur, dan akan mendukungnya calon tersebut".

Pernyataan Prabowo dibaca oleh Salim Segaf sebagai intropeksi untuk dirinya dan partainnya, lalu dia pun berpikir, buat apa ngotot jadi cawapres, bila keinginannya tidak dapat dukungan dari PAN dan Demokrat. Salim Segaf pun kembali berucap bahwa UAS yang pantas jadi cawapres. Dari kacamata Salim, UAS bisa diterima oleh semua petinggi partai. Tapi lagi-lagi UAS keukeuh dengan pendiriannya untuk tidak terlibat langsung dengan urusan politik praktis.

Tarik ulur siapa yang menjadi cawapres menemui jalan buntu, Lobi-lobi sudah berkali-kali hanya akan jadi pepesan kosong bila tidak ada keputusan. Prabowo sebagai capres sekaligus inisiator harus segera mengambil keputusan  ditengah-tengah kebuntuan tersebut, mengingat batas waktu pendaftaran tinggal menghitung hari. Nama Sandiaga Uno dan AHY muncul ke permukaan dua hari sebelum diputuskan. Dan tak menunggu waktu lama, sehari kemudian, Sandiaga akhirnya diputuskan jadi pendamping Prabowo.

Pemilihan nama Sandiaga Uno sebagai cawapres menimbulkan gejolak. Andi Arif, politisi demokrat, menuduh ada politik transaksional, dengan menyebut PKS dan PAN menerima guyuran fulus masing-masing Rp. 500 milyar. Sandiaga tidak terlalu peduli dengan cuitan Andi Arif. Dan dianggapnya hanya sekedar bumbu-bumbu politik. Barangkali, Sandiaga lebih memilih mempersiapkan diri menghadapi Pilpres 2019 begitu dia terpilih, dari sekedar dengar ocehan Andi Arif.

Lagi pula Sandiaga sadar bahwa orang seperti Andi Arif atau siapa pun yang kecewa atas pilihannya bukanlah satu. Ada banyak pihak yang merasa kaget dengan keterpilihan dia, termasuk GNPF ulama yang merasa rekomendasinya dikacangin atau istilah sekarang yang lagi in dimahfudkan. Tapi Sandiaga sadar bahwa GNPF ulama tidak lantas berubah haluan dengan mendukung kubu sebelah. GNPF ulama punya satu visi dengannya, yakni  #2019 ganti Presiden.

Pilihan Prabowo atas Sandiaga Uno tidak bisa dinafikan sebagai pilihan yang tepat. Selain eye catching dikalangan emak-emak, Sandiaga juga menawarkan gairah baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Nama Jokowi, Prabowo, dan Ma'ruf Amin adalah nama familiar dalam dunia perpolitikan dan birokrasi, yang sudah makan asam garam. Kedepannya nama-nama tersebut bakal tenggelam namanya seiring dengan berjalannya waktu.

Hal lainnya yang ditawarkan dari Sandiaga adalah sikap dan gaya hidup yang bisa jadi panutan. Kekayaannya yang hampir 3,6 trilyun, tidak menjadikan dia angkuh. Dia bisa bergaul dengan kalangan mana saja. Dan satu hal yang patut ditiru adalah kesukaan dia terhadap olahraga. 

Mau diajak marathon ok, renang ayo, dan sepedaan siap. Jadi apa yang menjadi pilihan Prabowo menawarkan gairah anak muda yang sehat, jujur, dan tentunya peduli terhadap bangsa dan negara. Selanjutnya tawaran tersebut dikembalikan kepada selera masing-masing pemilih.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun