Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Politik

Biarlah Jokowi Melawan Kotak Kosong

17 April 2018   16:02 Diperbarui: 17 April 2018   17:35 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketidakjelasan maju atau tidaknya Prabowo sebagai capres disebabkan oleh belum menemukan  kesepakatan dengan partai-partai politik di luar partai politik yang sudah mentasbihkan mendukung Jokowi. Masing-masing partai masih jual mahal untuk berkoalisi dengan Gerindra untuk memajukan Prabowo sebagai capres. Semuanya tebar pesona, ingin mencari panggung politik yang lebih seksi, sekaligus mampu menaikan harga diri partai.

Mitra koalisi yang paling dekat Gerindra, PKS sepakat akan mendukung Prabowo apabila menyetujui mengambil sembilan cawapresnya yang diajukan. Syarat bagi PKS tidak bisa ditawar lagi, tetapi bagi Gerindra adalah pilihan yang sulit, karena tak satu pun nama-nama yang diajukan PKS memiliki elektabilitasnya bagus. Salah satu calon kuat PKS, Ahmad Heryawan, mantan gubernur Jawa Barat tidak begitu dikenal di luar Jawa Barat. 

Berkoalisi dengan PAN, pun nyaris sama. Meskipun PAN selama ini terjalin hubungan dengan mesra Gerindra, tetapi tidak berarti begitu gampang berkoalisi dengan Gerindra rasanya mikir 100 kali, apalagi PAN berharap lebih dari PKS, yakni ingin mengajukan ketua umumnya sebagai capres, atau kalau pun jadi cawapres PAN lebih memilih Jokowi. Tampaknya PAN sedang bermain dengan dua kaki pada rencana dukungan pilpres 2019.

Partai Demokrat lain lagi pikirannya. Sama sekali tidak tertarik bergabung dengan Gerindra. Kalau saja harus memilih, mereka lebih senang bergabung dengan Jokowi. Namun adalah pilihan terakhir, hal yang krusial lebih dahulu dipikirkan adalah membentuk  poros ketiga supaya kader terbaiknya, AHY punya peluang menjadi capres atawa cawapres.  Prabowo tak terlalu berharap banyak menggandeng partai Demokrat. 

Terakhir dengan PKB, Gerindra harapannya menipis. Tidak ada DNA-nya PKB dan Muhaimin berkoalisi dengan Gerindra, terlebih lagi  PKB melalui ketua umum partainya Muhaimin telah mengkampanyekan branding JOIN (Jokowi-Muhaimin) di beberapa posko di Jakarta. Seandainya pun nantinya Jokowi tidak memilih Muhaimin cawapresnya. Maka PKB akan tetap bergabung dengan koalisi Jokowi.

Atas dasar permasalahn tersebut, sangatlah wajar bila saat ini ada yang menyebut bahwa Prabowo sedang galau kelas berat karena antara keinginan untuk maju sebagai capres tidak berimbang dengan harapan kenyataan di lapangan. Kalau mau memilih tentu Prabowo berharap memilih Gatot atawa Anis karena memiliki ekspetasi elektabilitas cukup tinggi, dibanding kader-kader partai. Prabowo akhirnya tersandera oleh kepentingan partai-partai lain.

Bilamana dalam 2 atau 3 bulan kedepan, situasi jalan ditempat artinya tidak ada solusi, maka bisa saja Prabowo lengser, tanpa memberikan jatah kepada calon lain. Situasi tersebut berdampak pada koalisi Jokowi. Jokowi bakal jadi calon tunggal. lawannya kotak kosong. Hasil sementara antara Jokowi (Memilih Jokowi) versus Kotak Kosong (Tidak Memilih Jokowi) adalah 45.22 : 46.37 untuk sementara kotak kosong unggul tipis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun