Minggu pagi kemarin (15/7) begitu cerah, setelah hampir 3 bulan, Kendari sering dilanda hujan. Matahari sangat bersahabat memancarkan kehangatannya. Kolaborasi awan biru dan rona jingga fajar mendesak raga ini untuk terbangun dari tidur lelap untuk melakukan salah satu olahraga favorit, yaitu joging. Taman Kota Kendari menjadi arena yang saya pilih membakar kalori tubuh, serta menikmati udara segar di Ibu Kota Bumi Anoa.
Tempat tinggal saya dan Taman Kota berdekatan sehingga dapat ditempuh cukup dengan 7 menit berjalan kaki. Lapangan luas berumput hijau, car free day, serta jogging track nan rindang ini menjadikan area ini ramai dengan perbagai aktivitas masyarakat, mulai rekreasi, olahraga, hingga special events dari instansi pemerintah hingga organisasi masyarakat. Saat sampai di lokasi joging, ada hal yang berbeda dan menarik. Lapangan rumput hijau pas di depan Kantor Walikota ini dihiasi dengan berbagai untaian kain perca.
Komunitas GKM merupakan organisasi/komunitas sosial yang bergerak di bidang pendidikan anak pada tingkat dasar yang terbentuk tanggal 23 Juni 2013. Pelopornya adalah seorang pemuda bernama Andi Ahmad yang merupakan pengajar muda dari Indonesia Mengajar. Andi menginisiasi gathering beberapa komunitas yang peduli pendidikan di kota Kendari, seperti Klub Buku Kendari (KBK), Forum Lingkar Pena (FLP), Lingkar Studi Ilmu Penalaran (LSIP) Universitas Haluoleo, dan Sahabat Pulau.Â
Saat ini, GKM memiliki 100 pemuda-pemudi Sultra yang secara sukarela memberikan diri, dana, dan/atau daya dalam rangka turut mencerdaskan bangsa yang dikomandoi oleh seorang Srikandi Sultra bernama Asniwun Nopa. Area pelayanan mereka bukan hanya kota kendari, bahkan jauh ke pelosok-pelosok daerah di Sulawesi Tenggara. Bentuk aktivitas rutin GKM berupa kegiatan pengajaran di dua daerah binaan, yaitu Puloongida, Kelurahan Watulondo Kecamatan Puwatu (Sabtu dan Minggu) dan di SDN 20 Baruga, Nanga-Nanga (Sabtu).Â
Selain itu, GKM turut menginisiasi pendirian taman baca dan pendistribusian buku bacaan kebeberapa titik taman bacaan di Sulawesi Tenggara, dan event sosial tahunan, seperti gerakan 1.000 Buku di Tahun 2014 dan Gerakan Buku Tulis (GSBT) di tahun 2015. Info lebih rinci tentang GKM dapat diakses di www.kendarimengajar.com.
Festival yang dilakukan Komunitas GKM ini memberikan kesempatan pada masyarakat sekitar untuk kembali menikmati keindahan interaksi sosial langsung melalui permainan "jadul". Permainan tradisional ini bukan hanya membuat saya rindu atas masa kanak-kanak, namun menggelorakan semangat kompetisi dan sportivitas dalam adu ketangkasan setiap permainan tanpa memandang latar belakang atau label diri.Â
Esensi ini berelasi dengan kehadiran Asian Games 2018 sebagai energy of Asia. Inilah yang dijadikan dasar panitia sehingga acara ini bukan hanya menyajikan informasi seputar GKM kepada masyarakat sebagai main course, melainkan turut menyajikan bumbu spesial berupa promosi atas Asian Games 2018. Buktinya, Master of Ceremony (MC) kegiatan ini tidak pernah lelah untuk menginformasikan hal-hal terkait Asian Games, mulai dari kapan tanggal pembukaannya, kebanggaan negara kita sebagai tuan rumah, jumlah cabang olahraga yang akan diperlombakan, hingga mendorong masyarakat untuk turut mendukung kompetisi internasional ini dengan berbagai cara.
Pagi itu, semangat pengabdian dan Asian Games begitu terasa hingga menembus nadi. Semangat inilah yang menarik diri saya untuk bergegas turut ambil bagian menikmati permainan-permainan tersebut. Tidak lupa saya meminta contact person GKM karena akan saya ajak kolaborasi/kerja sama, baik dalam kegiatan budaya kerja hingga aktivitas edukasi dan perlindungan konsumen pada OJK Provinsi Sulawesi Tenggara (OJK Sultra) di mana saya mengabdi.Â