Mohon tunggu...
Ridhony Hutasoit
Ridhony Hutasoit Mohon Tunggu... Auditor - Abdi Negara

Aku ini bukan siapa-siapa, hanya terus berjuang meninggalkan jejak-jejak mulia dalam sejarah peradaban manusia, sebelum kelak diminta pertanggungjawaban dalam kekekalan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Begini Cara Komunitas GKM Gaungkan Asian Games

20 Juli 2018   08:00 Diperbarui: 20 Juli 2018   09:46 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu pagi kemarin (15/7) begitu cerah, setelah hampir 3 bulan, Kendari sering dilanda hujan. Matahari sangat bersahabat memancarkan kehangatannya. Kolaborasi awan biru dan rona jingga fajar mendesak raga ini untuk terbangun dari tidur lelap untuk melakukan salah satu olahraga favorit, yaitu joging. Taman Kota Kendari menjadi arena yang saya pilih membakar kalori tubuh, serta menikmati udara segar di Ibu Kota Bumi Anoa.

Tempat tinggal saya dan Taman Kota berdekatan sehingga dapat ditempuh cukup dengan 7 menit berjalan kaki. Lapangan luas berumput hijau, car free day, serta jogging track nan rindang ini menjadikan area ini ramai dengan perbagai aktivitas masyarakat, mulai rekreasi, olahraga, hingga special events dari instansi pemerintah hingga organisasi masyarakat. Saat sampai di lokasi joging, ada hal yang berbeda dan menarik. Lapangan rumput hijau pas di depan Kantor Walikota ini dihiasi dengan berbagai untaian kain perca.

Sumber: Koleksi Pribadi
Sumber: Koleksi Pribadi
Saya melakukan pemanasan awal, dan mulai joging. Dalam putaran pertama, saya makin penasaran kegunaan dekorasi kain perca. Dalam putaran kedua, saya mulai sadar, untaian kain perca itu membentuk area-area segi empat. Setiap area memiliki nama yang terpasang pada plang warna-warni yang tertancap di pintu masuk area tersebut. Mulai dari engrang, sodokoro, mesuke, panahan, balap karung, lompat tali, tarik tambang hingga gasing kayu. Nama-nama tersebut adalah permainan tradisonal yang dulu sempat mengisi masa kecil saya. Inilah konsep acara yang dirancang oleh Komunitas Gerakan Kendari Mengajar (Komunitas GKM) dalam rangka merayakan hari jadi kelima.

Sumber: Koleksi Pribadi
Sumber: Koleksi Pribadi
Festival permainan tradisional ini menjadi sarana Komunitas GKM untuk  menarik minat masyarakat dalam mengenal dan mendukung gerakan mulia mereka, dan tentu saja, mempromosikan Asian Games 2018.  Rasa penasaran saya pun makin pekat,  saya segera mencari ketua panitia dan mulai menggali informasi tentang  festival dan GKM itu sendiri.

Komunitas GKM merupakan organisasi/komunitas sosial yang bergerak di bidang pendidikan anak pada tingkat dasar yang terbentuk tanggal 23 Juni 2013. Pelopornya adalah seorang pemuda bernama Andi Ahmad yang merupakan pengajar muda dari Indonesia Mengajar. Andi menginisiasi gathering beberapa komunitas yang peduli pendidikan di kota Kendari, seperti Klub Buku Kendari (KBK), Forum Lingkar Pena (FLP), Lingkar Studi Ilmu Penalaran (LSIP) Universitas Haluoleo, dan Sahabat Pulau. 

Saat ini, GKM memiliki 100 pemuda-pemudi Sultra yang secara sukarela memberikan diri, dana, dan/atau daya dalam rangka turut mencerdaskan bangsa yang dikomandoi oleh seorang Srikandi Sultra bernama Asniwun Nopa. Area pelayanan mereka bukan hanya kota kendari, bahkan jauh ke pelosok-pelosok daerah di Sulawesi Tenggara. Bentuk aktivitas rutin GKM berupa kegiatan pengajaran di dua daerah binaan, yaitu Puloongida, Kelurahan Watulondo Kecamatan Puwatu (Sabtu dan Minggu) dan di SDN 20 Baruga, Nanga-Nanga (Sabtu). 

Selain itu, GKM turut menginisiasi pendirian taman baca dan pendistribusian buku bacaan kebeberapa titik taman bacaan di Sulawesi Tenggara, dan event sosial tahunan, seperti gerakan 1.000 Buku di Tahun 2014 dan Gerakan Buku Tulis (GSBT) di tahun 2015. Info lebih rinci tentang GKM dapat diakses di www.kendarimengajar.com.

Sumber: Koleksi Pribadi
Sumber: Koleksi Pribadi
Bagi saya, acara yang mereka lakukan sangat inspiratif karena membawa hidup kembali permainan yang mulai dilupakan. Mungkin, generasi "zaman now" akan menyebut permainan ini sebagai permainan "zaman old" karena permainan anak zaman sekarang dipenuhi dengan nuansa digital/ aplikasi. Maka jangan heran, generasi "zaman now" cenderung asyik dengan gadget-nya, bahkan mulai tergerus dengan pembiasaan "dunianya sendiri". 

Festival yang dilakukan Komunitas GKM ini memberikan kesempatan pada masyarakat sekitar untuk kembali menikmati keindahan interaksi sosial langsung melalui permainan "jadul". Permainan tradisional ini bukan hanya membuat saya rindu atas masa kanak-kanak, namun menggelorakan semangat kompetisi dan sportivitas dalam adu ketangkasan setiap permainan tanpa memandang latar belakang atau label diri. 

Esensi ini berelasi dengan kehadiran Asian Games 2018 sebagai energy of Asia. Inilah yang dijadikan dasar panitia sehingga acara ini bukan hanya menyajikan informasi seputar GKM kepada masyarakat sebagai main course, melainkan turut menyajikan bumbu spesial berupa promosi atas Asian Games 2018. Buktinya, Master of Ceremony (MC) kegiatan ini tidak pernah lelah untuk menginformasikan hal-hal terkait Asian Games, mulai dari kapan tanggal pembukaannya, kebanggaan negara kita sebagai tuan rumah, jumlah cabang olahraga yang akan diperlombakan, hingga mendorong masyarakat untuk turut mendukung kompetisi internasional ini dengan berbagai cara.

Pagi itu, semangat pengabdian dan Asian Games begitu terasa hingga menembus nadi. Semangat inilah yang menarik diri saya untuk bergegas turut ambil bagian menikmati permainan-permainan tersebut. Tidak lupa saya meminta contact person GKM karena akan saya ajak kolaborasi/kerja sama, baik dalam kegiatan budaya kerja hingga aktivitas edukasi dan perlindungan konsumen pada OJK Provinsi Sulawesi Tenggara (OJK Sultra) di mana saya mengabdi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun